BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
SATUAN
ACARA PENYULUHAN
Pokok
Bahasan : Perawatan Ibu dan Bayi
pada Masa Nifas
Sasaran : Ibu Nifas
Hari, tanggal :
Waktu :
40 menit
Tempat : Ruang Nifas
A.
Tujuan
1. Tujuan
umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan ibu
dan bayi pada masa nifas diharapkan ibu-ibu primipara dapat mengetahui dan
mengerti tentang perawatan diri dan bayi yang baik bagi dirinya sendiri
pada masa nifas atau masa pulih kembali yang berlangsung selama 40 hari atau 6
minggu.
2. Tujuan
Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang tentang
perawatan ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan ibu-ibu primipara dapat :
a. Mengetahui
pengertian nifas
b. Mampu
menjelaskan tujuan dilakukan perawatan diri
dan bayi pada masa nifas
c. Mampu melakukan
perawatan diri dan bayi pada masa nifas
B.
Sasaran
Ibu-ibu
Primipara yang ada di ruang nifas RSUD .
C.
Materi
Pokok
bahasan : Perawatan diri dan bayi pada masa nifas
Sub
pokok bahasan :
1. Pengertian
nifas
2. Tujuan
perawatan ibu dan bayi pada masa nifas
3. Perawatan
ibu dan bayi pada masa nifas
D.
Metode
1. Ceramah
2. Tanya
jawab
E.
Media
1. Leaflet
2. LCD
F.
Proses
Kegiatan Penyuluhan
No
|
Acara
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluh
|
Kegiatan Sasaran
|
1
|
Pembukaan
|
5 menit
|
-
Memperkenalkan diri
-
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
-
Melakukan kontrak waktu
-
Menyebutkan materi penyuluhan yang akan
diberikan
-
Membagi leaflet
|
-
Menyambut salam dan
-
mendengarkan
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan
|
2
|
Penyuluhan
|
30 menit
|
-
Menjelaskan tentang:
ü Pengertian
nifas
ü Tujuan
perawatan ibu dan bayi pada masa nifas
ü Perawatan
ibu dan bayi pada masa nifas
-
Melakukan tanya jawab kepada peserta
penyuluhan
|
-
Mendengarkan
-
Memperhatikan
-
Bertanya
-
Menjawab
|
3.
|
Penutup
|
5 menit
|
-
Menyatakan kegiatan telah selesai
-
Mengucapkan terima kasih
-
Mengucapkan salam
|
-
Mendengarkan
-
Menjawab salam
|
G. Evaluasi
1. Evaluasi
struktural
a. Kesiapan
materi penyuluhan
b. Kesiapan
SAP
c. Kesiapan
media : leaflet dan LCD
d. Kesiapan
daftar hadir peserta penyuluhan
e. Peserta
hadir di tempat penyuluhan
f. Penyelenggaraan
penyuluhan dilaksanakan di ruang nifas RSUD .
3. Evaluasi
proses
a. Fase
dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta
antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana
penyuluhan tertib
e. Tidak
ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
f. Jumlah
peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang yang merupakan Ibu
primipara
4. Evaluasi
hasil
a. Peserta
mampu memahami materi yang telah disampaikan
b. Ada umpan
balik positif peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyaji.
Materi
Penyuluhan
PERAWATAN IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS
A.
Pengertian
Nifas
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau
puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar
lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2010).
Periode postpartum adalah masa enam minggu
sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
B. Tujuan Perawatan Masa Nifas
Menurut
Saifuddin (2010) tujuan asuhan pada masa nifas adalah :
1. Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Mendeteksi
masalalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada
bayinya.
3. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan keshatan dini, nitrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan
pelayanan KB
C. Perawatan Ibu Masa Nifas
Perawatan
nifas meliputi :
1. Nutrisi
dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Menurut Saleha (2009) Ibu yang menyusui harus
memenuhi akan gizi sebagai berikut :
a. Tambahan
500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan
diet berimbang mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup.
c. Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan.
e. Minum
kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melaliu ASI.
2. Ambulansi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk
cepat berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang
buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya
prolaps uteri atau retrofleksi (Sulistyawati, 2009).
3. Eliminasi
a. Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil
spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila
tidak dilakukan dengan tindakan dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat
klien atau dengan mengompres air hangat diatas simpisis, jika tidak berhasil
dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b. Defekasi
Biasanya 2–3 hari post partum masih sulit buang
air besar. Jika klien pada hari ke-3 belum juga buang air besar maka diberikan
laksan supositoria dan minum air hangat (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4. Kebersihan
diri
a. Perawatan
perineum
Apabila setelah buang air besar atau buang air
kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang
lembut minimal 1 kali sehari.
Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi.
Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling
sedikit 4 kali sehari. Sarankan ibu untuk cuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya (Wulandari dan Handayani,
2011).
b. Perawatan
payudara
1) Menjaga
payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH
yang menyokong payudara.
2) Apabila
puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting
yang tidak lecet.
3) Apabila
lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
4) Untuk
menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
(Wulandari
dan Handayani, 2011).
Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui,
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mecegah tersumbatnya saluran susu,
sehingga mempelancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara
teratur, perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Rukiyah dkk 2011).
5. Istirahat
Seorang wanita yang dalam masa nifas dan
menyusui memerlukan waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam
proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui
bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal ini akan mengubah pola
istirahat ibu. Oleh karena itu, ibu dianjurkan istirahat (tidur) saat bayi
sedang tidur. Jika ibu kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah
produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidak-mampuan merawat bayi
(Bahiyatun, 2009).
6. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan
episiotomi sudah sembuh maka koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum.
Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Wulandari dan
Handayani, 2011).
7. Senam
Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu
setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas
bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta
memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot
perut. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinyu).
Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatan setiap hari sampai 10 kali
(Dewi dan Sunarsih, 2011).
8. KB
pada Ibu Menyusui
Keluarga berencana adalah salah satu usaha
untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi nasehat perkawinan,
pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan. KB merupakan salah satu usaha
memabantu keluarga atau individu merencanakan kehidupan berkeluargannya dengan
baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Menurut Bahiyatun 2009 macam-macam
metode kontrasepsi untuk ibu menyusui :
a. Metode
amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI.
Metode ini efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya menunda atau menekan ovulasi.
b. Pil
Progestin (Mini pil). Metode ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
mengguanakan pil KB yang sangat efektif pada masa laktasi. Dosisnya rendah,
tidak menurunkan produksi ASI, tidak memberikan efek sampng estrogen. Efek
samping utama adalah gangguan perdarahan (perdarahan bercak atau perdarahan
tidak teratur). Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Cara kerja metode
ini adalah menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks do ovarium
(tidak begitu kuat). Endometrium akan mengalami transformasi lebih awal,
sehingga implantasi lebih sulit. Selain itu, menetralkan lendir serviks yang
menghambat penetrasi sperma dan mengubah motalitas tuba. Hal ini mengganggu
transportasi sperma.
c. Suntikan
Progestin. Metode ini sangat efektif, aman dan dapat digunakan oleh semua
wanita dalam usia reproduksi. Dengan metode ini, kembalinya kesuburan lebih
lambat (rata-rata 4 bulan). Metode ini cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI. Cara kerja metode ini mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan
selaput lendir tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d. Kontrasepsi
Implan. Kontrasepsi ini efektif selama 5 tahun untuk Norplant dan 3 tahun untuk
jadena, Indoplant dan Inplantont. Metode ini dapat digunakan oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu perhatian
khusus bagi tenaga kesehatan. Kesuburan dapat kembali setelah implan di cabut
dan aman dipakai pada saat laktasi. Cara kerja kontrasepsi ini adalah
mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembentikan endometrium sehingga
seulit terjadi implantasi, meggaggu trasporttasi sperma, dan menekan ovulasi.
e. KB
dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Metode ini sangat efektif,
reversibel dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
pemasangan dan pencabutan perlu perhatian khusus bagi petugas kesehatan. AKDR
dapat digunakan oleh semua perempuan usia reproduksi, tetapi tidak boleh
dipakai pada perempuan yang terpajan infeksi menular seksual.
D.
Perawatan
Bayi
Perawatan
bayi meliputi :
1. Memandikan
Bayi
Memandikan bayi adalah suatu cara untuk menjaga
kebersihan, memberikan rasa segar, dan memberikan rangsangan pada kulit (Dewi
dan Sunarsih, 2011). Tujuan memandikan bayi itu sendiri adalah membersihkan
tubuh bayi, memberikan rasa nyaman serta menghindarai terjadinya infeksi dan
iritasi. Beberapa hal yang perlu di perhatikan sebelum memandikan bayi adalah
mengukur suhu tubuh bayi, jika kurang dari 36,50C sebaiknya
hangatkan dulu, sebelum mandi kita perlu mempersiapkan peralatan mandi serta
baju ganti, kemudian menyiapkan air
hangat secukupnya (Yunita, 2012). Menurut Yunita, langkah-langkah memandikan
bayi yaitu:
a. Mempersiapkan
peralatan mandi yaitu 1 ember berisi air
hangat, sabun mandi, sampo bayi, handuk bayi, kassa steril, pakaian bayi
lengkap, minyak telon, bedak dan sisir.
b. Mencuci
tanga dengan sabun kemudian mengeringkan
tangan.
c. Mendekatkan
semua peralatan
d. Jika
bayi masih tidur bangunkan bayi dengan memberikan rangsangan ke bayi, misalnya
menepuk perlahan pada telapak kaki.
e. Membersihkan
kotoran bayi (jika ada) dengan kapas
yang sudah di basahi air atau tisu basah.
f. Meletakkan
bayi pada tempat yang sudah disediakan yang sudah diberi handuk atau bedong
bekas yang dipakai.
g. Membersihkan
mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air bersih dan hangat, dari ujung mata ke pangkal hidung.
h. Membasuh
dan membersihkan muka tanpa sabun.
i. Membersihkan
tubuh bayi dengan sabun mulai dari kepala, telinga, leher, dada, perut, lengan,
punggung dan terakhir alat kelamin dengan menggunakan waslap dan sabun.
j. Meletakkan
bayi kedalam ember bayi secara pelan-pelan. Cara memegang bayi dengan cara
menyisipkan lengan bayi pada sela-sela jari dengan kepala bayi berada pada
lengan bawah lipat siku.
k. Membilas
tubuh bayi secara pelan-pelan sampai bersih.
l. Mengeringkan
bayi dengan handuk sambil memperhatikan kemungkinan adanya kelainan-kelainan.
m. Meletakkan
bayi pada tempat yang sudah disiapkan (gedong, baju, dan popok).
n. Merawat
tali pusat dengan kassa steril.
o. Memakaikan
popok tanpa bedak, baju serta sarung tangan dan sarung kaki.
p. Membedong
bayi dengan benar, menyisir rambutnya dan kenakan topi pada kepala bayi.
q. Meletakkan
bayi di tempat yang nyaman atau bayi disusui oleh ibunya.
r. Membereskan
dan mengembalikan alat.
s. Mencuci
tangan.
2. Perawatan
Tali Pusat
Cara
merawat tali pusat adalah sebagai berikut :
a. Selalu
cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi.
b. Jangan
memberikan apapun pada tali pusar.
c. Rawat
tali pusar terbuka dan kering.
d. Bila
tali pusar kotor atau basah, cuci dengan
air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih.
(Kemenkes RI, 2016)
3. Kebersihan
Popok
Menurut Maharani (2009), langkah-langkah
mengganti popok yaitu :
a. Menggulung
pakaian atas agar tidak kotor.
b. Jika
bayi menggunakan popok kain, lepaskan popok kain dengan perlahan, dan jika bayi menggunakan popok
sekali pakai, langsung lepaskan perekatnya pada sisi kanan dan kiri bayi.
c. Memegang
pergelangan kaki bayi dengan satu tanggan dan angkat pantatnya, lipat popok yang kotor (bagian
yang kotor didalam).
d. Membersihkan
pantat bayi dengan air hangat dan kapas atau kassa atau dengan tisu basah.
e. Untuk bayi
perempuan, bersihkan pantat
bayi dari depan
ke belakang supaya kuman tidak
masuk ke dalam saluran kencing bayi.
f. Memasang
popok bersih dan kencangkan
perekat atau pasang pengikatnya dengan benar.
4. Merawat
Kuku
Menurut Yuanita (2012), langkah-langkah dalam
memotong kuku yaitu :
a. Mempersiapkan
alat-alat : gunting khusus bayi, alcohol, kapas, air hangat.
b. Sebelum
gunting kuku digunakan, sebaiknya di bersihkan terlebih dahulun dengan alcohol
70%.
c. Memegang
salah satu telapak tangan bayi dengan tangan kiri, kemudian lebarkan jarak
jari-jari tangan bayi.
d. Menggunting
kuku bayi dengan tangan kanan secara perlahan dan hati-hati.
e. Membersihkan kotoran
yang ada dibalik
kuku dengan menggunakan kapas
yang sudah dibasahi dengan air hangat.
f. Jangan
terlalu sering menggunting kuku bayi, karena akan mempermudah terjadinya
kerusakan kulitdisekitar kuku.
g. Jika
saat memotong kuku bayi terjadi luka pada jari dan kuku bayi, bersihkan daerah
dengan kapan dan berikan obat antiseptik.
5. Merawat
Kulit
Kulit bayi sangat rentan terhadap gangguan
kulit hal ini disebabkan karena sensitifnya kulit bayi. Untuk itu diperlukan
adanya perawatan yang cermat terhadap kulit bayi. Ketidak cermatan dalam
perawatan kulit bayi dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kulit bayi
yang disebabkan oleh biang keringat atau ruam popok.
Menurut Yunita (2012), langkah-langkah merawat
kulit bayi yaitu:
a. Membiasakan
bayi mandi secara teratur sebaiknya dua kali
sehari sekali menggunakan sabun khusus untuk bayi.
b. Setelah
bayi selesai mandi, keringkan dengan handuk bayi yang lembut dan pastikan bahwa
daerah yang tertutup maupun lipatan benar-benar kering.
c. Menggunakan
pakaian bayi yang berbahan katun karena katun bersifat ramah kulit, memiliki
pori-pori dan menyerap kelambaban.
d. Setiap
bayi berkeringat usap daerah yang berkeringat dengan kain atau tisu basah dan
lembut,kemudian keringkan dengan kain bersih dan menaburkan bedak bayi yang
lembut secara tipis pada kulit bayi.
e. Gunakan
bedak dan minyak telon setelah mandi keseluruh tubuh bayi untuk menjaga kulit
bayi dari iritasi.
f. Sebaiknya
bayi diletakkan dalam ruang yang memiliki ventilasi yang cukup untuk pertukaran
udara.
g. Jangan
memaksa bayi memakai popok terlalu lama, segera mengganti popok jika sudah
basah dan penuh.
6. Pemberian
ASI
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. Manfaat ASI ada
berbagai macam antara lain : sebagai nutrisi, sebagai daya tahan tubuh,
meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang, menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lebih baik (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Menurut Bahiyatun (2009) langkah-langkah menyusui yang
benar yaitu sebagai berikut :
a. Sebelum
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfeksi dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi
diposisikan menghadap perut atau payudara ibu.
c. Ibu
duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
d. Bayi
dipegang ada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh menengadah
dan bokong bayi disokong dengan telapak tangan).
e. Satu
tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan.
f. Perut
bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara tidak hanya
membelokkan kepala bayi).
g. Telinga
dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.
h. Ibu
menatap bayi dengan kasih sayang.
i. Payudara
dipegang dengan dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.
Jangan menekan puting susu atau areola saja.
j. Bayi
diberi rangsangan agar membuka mulut (reflex
rooting) dengan cara menyentuh sisi mulut bayi dengan jari. Setelah
bayi membuka mulut,dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.
k. Usahakan
sebagaian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi
yang salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting susu saja,
yang akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting
susu lecet.
l. Setelah
bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
Menurut Varney (2007), beberapa posisi menyendawakan bayi
yang benar ialah menggendong bayi dibahu dan duduk dipangkuan. Menggendong bayi
di bahu ialah bayi digendong dibahu dengan posisi tegak, kemudian menggosok
atau menepuk punggung bayi dengan lembut sampai bayi bersendawa. Jika perlu
meletakkan selembar kain dibahu untuk menjaga pakaian agar tidak kotor.
Sedangkan dengan duduk dipangkuan caranya dudukkan bayi dipangkuan dan sedikit
dicondongkan kedepan kemudian menggosok dan menepuk punggung bayi dengan lembut
sampai bersendawa. Jangan lupa menopang kepala bayi dengan tangan karna
lehernya masih lemah.
7. Menjaga
kehangatan bayi
Cara menjaga bayi tetap hangat adalah sebagai
berikut :
a. Mandikan
bayi setelah 6 jam, dimandikan dengan air hangat.
b. Bayi
harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan
lembut.
c. Ganti
popok dan baju jika basah.
d. Jangan
tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.
e. Jaga
bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos
kaki, kaos tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan.
f. Jika
berat lahir kurang dari 2500gram, lakukan Perawatan Metode Kanguru (dekap bayi
didada ibu/bapak/anggota keluarga lain kulit bayi menempel kulit
ibu/bapak/anggota keluarga lain).
g. Bidan/Perawat/Dokter
menjelaskan cara Perawatan Metode Kanguru.
(Kemenkes RI, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
E.R, Wulandari, D. (2010) Asuhan
Kebidanan Nifas. Nuha Medika. Yogyakarta.
Bahiyatun.
(2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
Normal. EGC. Jakarta.
Dewi,
V.N.L, Sunarsih, T.( 2011) Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika. Jakarta
Maharani . (2009) Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. EGC. Jakarta.
Rukiyah,
A.I, Yulianti, L. (2011) Asuhan Kebidanan
IV (Patologi). Trans Info Media. Jakarta.
Saifuddin,
A.B. (2006) Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo. Jakarta.
_______.
(2010) Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo. Jakarta.
Saleha,
Siti. (2009) Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Salemba Medika. Jakarta.
Sulistyawati,
A. (2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas. Andi Offset. Yogyakarta.
Varney,
H. (2007) Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Ed. 4. Vol. 1. EGC. Jakarta.
Wulandari,
D, Handayani, A.R. (2011) Asuhan
Kebidanan Nifas. Nuha Medika. Yogyakarta.
Yunita.
(2012) Panduan Perawatan Bayi. Rineka
Cipta. Jakarta.
Pokok
Bahasan : Perawatan Ibu dan Bayi
pada Masa Nifas
Sasaran : Ibu Nifas
Hari, tanggal :
Waktu :
40 menit
Tempat : Ruang Nifas
A.
Tujuan
1. Tujuan
umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan ibu
dan bayi pada masa nifas diharapkan ibu-ibu primipara dapat mengetahui dan
mengerti tentang perawatan diri dan bayi yang baik bagi dirinya sendiri
pada masa nifas atau masa pulih kembali yang berlangsung selama 40 hari atau 6
minggu.
2. Tujuan
Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang tentang
perawatan ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan ibu-ibu primipara dapat :
a. Mengetahui
pengertian nifas
b. Mampu
menjelaskan tujuan dilakukan perawatan diri
dan bayi pada masa nifas
c. Mampu melakukan
perawatan diri dan bayi pada masa nifas
B.
Sasaran
Ibu-ibu
Primipara yang ada di ruang nifas RSUD .
C.
Materi
Pokok
bahasan : Perawatan diri dan bayi pada masa nifas
Sub
pokok bahasan :
1. Pengertian
nifas
2. Tujuan
perawatan ibu dan bayi pada masa nifas
3. Perawatan
ibu dan bayi pada masa nifas
D.
Metode
1. Ceramah
2. Tanya
jawab
E.
Media
1. Leaflet
2. LCD
F.
Proses
Kegiatan Penyuluhan
No
|
Acara
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluh
|
Kegiatan Sasaran
|
1
|
Pembukaan
|
5 menit
|
-
Memperkenalkan diri
-
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
-
Melakukan kontrak waktu
-
Menyebutkan materi penyuluhan yang akan
diberikan
-
Membagi leaflet
|
-
Menyambut salam dan
-
mendengarkan
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan
|
2
|
Penyuluhan
|
30 menit
|
-
Menjelaskan tentang:
ü Pengertian
nifas
ü Tujuan
perawatan ibu dan bayi pada masa nifas
ü Perawatan
ibu dan bayi pada masa nifas
-
Melakukan tanya jawab kepada peserta
penyuluhan
|
-
Mendengarkan
-
Memperhatikan
-
Bertanya
-
Menjawab
|
3.
|
Penutup
|
5 menit
|
-
Menyatakan kegiatan telah selesai
-
Mengucapkan terima kasih
-
Mengucapkan salam
|
-
Mendengarkan
-
Menjawab salam
|
G. Evaluasi
1. Evaluasi
struktural
a. Kesiapan
materi penyuluhan
b. Kesiapan
SAP
c. Kesiapan
media : leaflet dan LCD
d. Kesiapan
daftar hadir peserta penyuluhan
e. Peserta
hadir di tempat penyuluhan
f. Penyelenggaraan
penyuluhan dilaksanakan di ruang nifas RSUD .
3. Evaluasi
proses
a. Fase
dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta
antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana
penyuluhan tertib
e. Tidak
ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
f. Jumlah
peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang yang merupakan Ibu
primipara
4. Evaluasi
hasil
a. Peserta
mampu memahami materi yang telah disampaikan
b. Ada umpan
balik positif peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyaji.
Materi
Penyuluhan
PERAWATAN IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS
A.
Pengertian
Nifas
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau
puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar
lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2010).
Periode postpartum adalah masa enam minggu
sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
B. Tujuan Perawatan Masa Nifas
Menurut
Saifuddin (2010) tujuan asuhan pada masa nifas adalah :
1. Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Mendeteksi
masalalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada
bayinya.
3. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan keshatan dini, nitrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan
pelayanan KB
C. Perawatan Ibu Masa Nifas
Perawatan
nifas meliputi :
1. Nutrisi
dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Menurut Saleha (2009) Ibu yang menyusui harus
memenuhi akan gizi sebagai berikut :
a. Tambahan
500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan
diet berimbang mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup.
c. Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan.
e. Minum
kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melaliu ASI.
2. Ambulansi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk
cepat berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang
buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya
prolaps uteri atau retrofleksi (Sulistyawati, 2009).
3. Eliminasi
a. Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil
spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila
tidak dilakukan dengan tindakan dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat
klien atau dengan mengompres air hangat diatas simpisis, jika tidak berhasil
dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b. Defekasi
Biasanya 2–3 hari post partum masih sulit buang
air besar. Jika klien pada hari ke-3 belum juga buang air besar maka diberikan
laksan supositoria dan minum air hangat (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4. Kebersihan
diri
a. Perawatan
perineum
Apabila setelah buang air besar atau buang air
kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang
lembut minimal 1 kali sehari.
Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi.
Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling
sedikit 4 kali sehari. Sarankan ibu untuk cuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya (Wulandari dan Handayani,
2011).
b. Perawatan
payudara
1) Menjaga
payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH
yang menyokong payudara.
2) Apabila
puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting
yang tidak lecet.
3) Apabila
lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
4) Untuk
menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
(Wulandari
dan Handayani, 2011).
Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui,
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mecegah tersumbatnya saluran susu,
sehingga mempelancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara
teratur, perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Rukiyah dkk 2011).
5. Istirahat
Seorang wanita yang dalam masa nifas dan
menyusui memerlukan waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam
proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui
bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal ini akan mengubah pola
istirahat ibu. Oleh karena itu, ibu dianjurkan istirahat (tidur) saat bayi
sedang tidur. Jika ibu kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah
produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidak-mampuan merawat bayi
(Bahiyatun, 2009).
6. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan
episiotomi sudah sembuh maka koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum.
Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Wulandari dan
Handayani, 2011).
7. Senam
Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu
setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas
bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta
memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot
perut. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinyu).
Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatan setiap hari sampai 10 kali
(Dewi dan Sunarsih, 2011).
8. KB
pada Ibu Menyusui
Keluarga berencana adalah salah satu usaha
untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi nasehat perkawinan,
pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan. KB merupakan salah satu usaha
memabantu keluarga atau individu merencanakan kehidupan berkeluargannya dengan
baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Menurut Bahiyatun 2009 macam-macam
metode kontrasepsi untuk ibu menyusui :
a. Metode
amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI.
Metode ini efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya menunda atau menekan ovulasi.
b. Pil
Progestin (Mini pil). Metode ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
mengguanakan pil KB yang sangat efektif pada masa laktasi. Dosisnya rendah,
tidak menurunkan produksi ASI, tidak memberikan efek sampng estrogen. Efek
samping utama adalah gangguan perdarahan (perdarahan bercak atau perdarahan
tidak teratur). Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Cara kerja metode
ini adalah menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks do ovarium
(tidak begitu kuat). Endometrium akan mengalami transformasi lebih awal,
sehingga implantasi lebih sulit. Selain itu, menetralkan lendir serviks yang
menghambat penetrasi sperma dan mengubah motalitas tuba. Hal ini mengganggu
transportasi sperma.
c. Suntikan
Progestin. Metode ini sangat efektif, aman dan dapat digunakan oleh semua
wanita dalam usia reproduksi. Dengan metode ini, kembalinya kesuburan lebih
lambat (rata-rata 4 bulan). Metode ini cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI. Cara kerja metode ini mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan
selaput lendir tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d. Kontrasepsi
Implan. Kontrasepsi ini efektif selama 5 tahun untuk Norplant dan 3 tahun untuk
jadena, Indoplant dan Inplantont. Metode ini dapat digunakan oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu perhatian
khusus bagi tenaga kesehatan. Kesuburan dapat kembali setelah implan di cabut
dan aman dipakai pada saat laktasi. Cara kerja kontrasepsi ini adalah
mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembentikan endometrium sehingga
seulit terjadi implantasi, meggaggu trasporttasi sperma, dan menekan ovulasi.
e. KB
dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Metode ini sangat efektif,
reversibel dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
pemasangan dan pencabutan perlu perhatian khusus bagi petugas kesehatan. AKDR
dapat digunakan oleh semua perempuan usia reproduksi, tetapi tidak boleh
dipakai pada perempuan yang terpajan infeksi menular seksual.
D.
Perawatan
Bayi
Perawatan
bayi meliputi :
1. Memandikan
Bayi
Memandikan bayi adalah suatu cara untuk menjaga
kebersihan, memberikan rasa segar, dan memberikan rangsangan pada kulit (Dewi
dan Sunarsih, 2011). Tujuan memandikan bayi itu sendiri adalah membersihkan
tubuh bayi, memberikan rasa nyaman serta menghindarai terjadinya infeksi dan
iritasi. Beberapa hal yang perlu di perhatikan sebelum memandikan bayi adalah
mengukur suhu tubuh bayi, jika kurang dari 36,50C sebaiknya
hangatkan dulu, sebelum mandi kita perlu mempersiapkan peralatan mandi serta
baju ganti, kemudian menyiapkan air
hangat secukupnya (Yunita, 2012). Menurut Yunita, langkah-langkah memandikan
bayi yaitu:
a. Mempersiapkan
peralatan mandi yaitu 1 ember berisi air
hangat, sabun mandi, sampo bayi, handuk bayi, kassa steril, pakaian bayi
lengkap, minyak telon, bedak dan sisir.
b. Mencuci
tanga dengan sabun kemudian mengeringkan
tangan.
c. Mendekatkan
semua peralatan
d. Jika
bayi masih tidur bangunkan bayi dengan memberikan rangsangan ke bayi, misalnya
menepuk perlahan pada telapak kaki.
e. Membersihkan
kotoran bayi (jika ada) dengan kapas
yang sudah di basahi air atau tisu basah.
f. Meletakkan
bayi pada tempat yang sudah disediakan yang sudah diberi handuk atau bedong
bekas yang dipakai.
g. Membersihkan
mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air bersih dan hangat, dari ujung mata ke pangkal hidung.
h. Membasuh
dan membersihkan muka tanpa sabun.
i. Membersihkan
tubuh bayi dengan sabun mulai dari kepala, telinga, leher, dada, perut, lengan,
punggung dan terakhir alat kelamin dengan menggunakan waslap dan sabun.
j. Meletakkan
bayi kedalam ember bayi secara pelan-pelan. Cara memegang bayi dengan cara
menyisipkan lengan bayi pada sela-sela jari dengan kepala bayi berada pada
lengan bawah lipat siku.
k. Membilas
tubuh bayi secara pelan-pelan sampai bersih.
l. Mengeringkan
bayi dengan handuk sambil memperhatikan kemungkinan adanya kelainan-kelainan.
m. Meletakkan
bayi pada tempat yang sudah disiapkan (gedong, baju, dan popok).
n. Merawat
tali pusat dengan kassa steril.
o. Memakaikan
popok tanpa bedak, baju serta sarung tangan dan sarung kaki.
p. Membedong
bayi dengan benar, menyisir rambutnya dan kenakan topi pada kepala bayi.
q. Meletakkan
bayi di tempat yang nyaman atau bayi disusui oleh ibunya.
r. Membereskan
dan mengembalikan alat.
s. Mencuci
tangan.
2. Perawatan
Tali Pusat
Cara
merawat tali pusat adalah sebagai berikut :
a. Selalu
cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi.
b. Jangan
memberikan apapun pada tali pusar.
c. Rawat
tali pusar terbuka dan kering.
d. Bila
tali pusar kotor atau basah, cuci dengan
air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih.
(Kemenkes RI, 2016)
3. Kebersihan
Popok
Menurut Maharani (2009), langkah-langkah
mengganti popok yaitu :
a. Menggulung
pakaian atas agar tidak kotor.
b. Jika
bayi menggunakan popok kain, lepaskan popok kain dengan perlahan, dan jika bayi menggunakan popok
sekali pakai, langsung lepaskan perekatnya pada sisi kanan dan kiri bayi.
c. Memegang
pergelangan kaki bayi dengan satu tanggan dan angkat pantatnya, lipat popok yang kotor (bagian
yang kotor didalam).
d. Membersihkan
pantat bayi dengan air hangat dan kapas atau kassa atau dengan tisu basah.
e. Untuk bayi
perempuan, bersihkan pantat
bayi dari depan
ke belakang supaya kuman tidak
masuk ke dalam saluran kencing bayi.
f. Memasang
popok bersih dan kencangkan
perekat atau pasang pengikatnya dengan benar.
4. Merawat
Kuku
Menurut Yuanita (2012), langkah-langkah dalam
memotong kuku yaitu :
a. Mempersiapkan
alat-alat : gunting khusus bayi, alcohol, kapas, air hangat.
b. Sebelum
gunting kuku digunakan, sebaiknya di bersihkan terlebih dahulun dengan alcohol
70%.
c. Memegang
salah satu telapak tangan bayi dengan tangan kiri, kemudian lebarkan jarak
jari-jari tangan bayi.
d. Menggunting
kuku bayi dengan tangan kanan secara perlahan dan hati-hati.
e. Membersihkan kotoran
yang ada dibalik
kuku dengan menggunakan kapas
yang sudah dibasahi dengan air hangat.
f. Jangan
terlalu sering menggunting kuku bayi, karena akan mempermudah terjadinya
kerusakan kulitdisekitar kuku.
g. Jika
saat memotong kuku bayi terjadi luka pada jari dan kuku bayi, bersihkan daerah
dengan kapan dan berikan obat antiseptik.
5. Merawat
Kulit
Kulit bayi sangat rentan terhadap gangguan
kulit hal ini disebabkan karena sensitifnya kulit bayi. Untuk itu diperlukan
adanya perawatan yang cermat terhadap kulit bayi. Ketidak cermatan dalam
perawatan kulit bayi dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kulit bayi
yang disebabkan oleh biang keringat atau ruam popok.
Menurut Yunita (2012), langkah-langkah merawat
kulit bayi yaitu:
a. Membiasakan
bayi mandi secara teratur sebaiknya dua kali
sehari sekali menggunakan sabun khusus untuk bayi.
b. Setelah
bayi selesai mandi, keringkan dengan handuk bayi yang lembut dan pastikan bahwa
daerah yang tertutup maupun lipatan benar-benar kering.
c. Menggunakan
pakaian bayi yang berbahan katun karena katun bersifat ramah kulit, memiliki
pori-pori dan menyerap kelambaban.
d. Setiap
bayi berkeringat usap daerah yang berkeringat dengan kain atau tisu basah dan
lembut,kemudian keringkan dengan kain bersih dan menaburkan bedak bayi yang
lembut secara tipis pada kulit bayi.
e. Gunakan
bedak dan minyak telon setelah mandi keseluruh tubuh bayi untuk menjaga kulit
bayi dari iritasi.
f. Sebaiknya
bayi diletakkan dalam ruang yang memiliki ventilasi yang cukup untuk pertukaran
udara.
g. Jangan
memaksa bayi memakai popok terlalu lama, segera mengganti popok jika sudah
basah dan penuh.
6. Pemberian
ASI
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. Manfaat ASI ada
berbagai macam antara lain : sebagai nutrisi, sebagai daya tahan tubuh,
meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang, menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lebih baik (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Menurut Bahiyatun (2009) langkah-langkah menyusui yang
benar yaitu sebagai berikut :
a. Sebelum
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfeksi dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi
diposisikan menghadap perut atau payudara ibu.
c. Ibu
duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
d. Bayi
dipegang ada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh menengadah
dan bokong bayi disokong dengan telapak tangan).
e. Satu
tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan.
f. Perut
bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara tidak hanya
membelokkan kepala bayi).
g. Telinga
dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.
h. Ibu
menatap bayi dengan kasih sayang.
i. Payudara
dipegang dengan dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.
Jangan menekan puting susu atau areola saja.
j. Bayi
diberi rangsangan agar membuka mulut (reflex
rooting) dengan cara menyentuh sisi mulut bayi dengan jari. Setelah
bayi membuka mulut,dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.
k. Usahakan
sebagaian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi
yang salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting susu saja,
yang akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting
susu lecet.
l. Setelah
bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
Menurut Varney (2007), beberapa posisi menyendawakan bayi
yang benar ialah menggendong bayi dibahu dan duduk dipangkuan. Menggendong bayi
di bahu ialah bayi digendong dibahu dengan posisi tegak, kemudian menggosok
atau menepuk punggung bayi dengan lembut sampai bayi bersendawa. Jika perlu
meletakkan selembar kain dibahu untuk menjaga pakaian agar tidak kotor.
Sedangkan dengan duduk dipangkuan caranya dudukkan bayi dipangkuan dan sedikit
dicondongkan kedepan kemudian menggosok dan menepuk punggung bayi dengan lembut
sampai bersendawa. Jangan lupa menopang kepala bayi dengan tangan karna
lehernya masih lemah.
7. Menjaga
kehangatan bayi
Cara menjaga bayi tetap hangat adalah sebagai
berikut :
a. Mandikan
bayi setelah 6 jam, dimandikan dengan air hangat.
b. Bayi
harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan
lembut.
c. Ganti
popok dan baju jika basah.
d. Jangan
tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.
e. Jaga
bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos
kaki, kaos tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan.
f. Jika
berat lahir kurang dari 2500gram, lakukan Perawatan Metode Kanguru (dekap bayi
didada ibu/bapak/anggota keluarga lain kulit bayi menempel kulit
ibu/bapak/anggota keluarga lain).
g. Bidan/Perawat/Dokter
menjelaskan cara Perawatan Metode Kanguru.
(Kemenkes RI, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
E.R, Wulandari, D. (2010) Asuhan
Kebidanan Nifas. Nuha Medika. Yogyakarta.
Bahiyatun.
(2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
Normal. EGC. Jakarta.
Dewi,
V.N.L, Sunarsih, T.( 2011) Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika. Jakarta
Maharani . (2009) Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. EGC. Jakarta.
Rukiyah,
A.I, Yulianti, L. (2011) Asuhan Kebidanan
IV (Patologi). Trans Info Media. Jakarta.
Saifuddin,
A.B. (2006) Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo. Jakarta.
_______.
(2010) Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo. Jakarta.
Saleha,
Siti. (2009) Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Salemba Medika. Jakarta.
Sulistyawati,
A. (2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas. Andi Offset. Yogyakarta.
Varney,
H. (2007) Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Ed. 4. Vol. 1. EGC. Jakarta.
Wulandari,
D, Handayani, A.R. (2011) Asuhan
Kebidanan Nifas. Nuha Medika. Yogyakarta.
Yunita.
(2012) Panduan Perawatan Bayi. Rineka
Cipta. Jakarta.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh