BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran
serta masyarakat sangat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan
kesinambungan pembangunan kesehatan, hal ini berdasarkan hasil pengamatan,
pengalaman lapangan serta peningkatan cakupan program yang dikaji secara
statistik (Depkes, 1997). Oleh karena itu peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus
dipupuk karena kesehatan bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan kesehatan
(provider), melainkan juga merupakan
masalah masyarakat sendiri (consumer).
Salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah memberdayakan masyarakat
melalui pembentukan kader Pos Malaria Desa (Posmaldes).
Posmaldes merupakan wadah komunikasi dan
informasi kesehatan serta pengembangan masyarakat dalam rangka penanggulangan
malaria atas dasar swadaya masyarakat. Disamping itu Posmaldes juga dapat
didefinisikan sebagai tempat dimana masyarakat dengan mudah memperoleh
pelayanan pengobatan malaria di bawah pengawasan tenaga kesehatan yakni petugas
Puskesmas atau Pustu yang membawahinya (Dinkes,2004).
Pembentukan Posmaldes ini merupakan hasil
kerjasama Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) dengan Global
Fund AIDS, TB dan Malaria (GFATM) sebagaimana tertuang dalam MOU yang
ditandatangani tahun 2003. Pembiayaannya berasal dari dana Global Fund ditambah
APBN dan APBD. Di Indonesia, Posmaldes dipusatkan di bagian timur Indonesia
yang terkenal sebagai daerah endemik malaria yaitu Papua, Maluku, Maluku Utara
dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
Posmaldes?
2. Bagaimana Tujuan dari Posmaldes?
D. Manfaat
Penulisan
Manfaat penulisan ini supaya pembaca makalah ini dapat
bertambah wawasan serta mampu membuat makalah dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Posmaldes
Posmaldes merupakan tempat dimana masyarakat dapat dengan mudah
memperoleh pelayanan pengobatan malaria. Pekerja dari Posmaldes tersebut
disebut kader, yakni seorang yang dipilih oleh masyarakat untuk bekerja sebagai
kader malaria secara sukarela, untuk ikut serta dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan malaria yang ada diwilayahnya, dan yang telah mendapat pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan diagnosa dan
memberikan pengobatan malaria (Dinkes, 2004).
Seorang kader Posmaldes harus memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut: Bertempat tinggal di wilayah RT/RW yang bersangkutan sehingga
pelayanannya benar-benar dirasakan masyarakat, mempunyai cukup waktu untuk
melaksanakan tugas sebagai kader sehingga pekerjaan kader tidak terbengkalai,
mau bekerja secara sukarela karena kader mempunyai tugas yang cukup banyak dan
menuntut tanggung jawab yang tidak sedikit. Sarat kader posmaldes yang lain
adalah : mau dilatih untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karena kader
bukan berasal dari orang berlatar belakang pendidikan kesehatan melainkan
masyarakat umum, bisa membaca dan menulis karena kader bertanggung jawab
terhadap pencatatan dan pelaporan kepada Puskesmas dan pemberian obat kepada
penderita, diterima oleh masyarakat sehingga memudahkan interaksi dengan
masyarakat dan pelaksanaan tugasnya di masyarakat, juga seorang kader
diharapkan mampu menyelesaikan masalah di masyarakat dan mampu bekerja sesuai
prosedur yang ada (Dinkes, 2004).
Dalam menjalankan tugasnya, kader Posmaldes akan berinteraksi dengan
masyarakat sehingga untuk memilih seorang kader harus melibatkan tokoh masyarakat. Mekanisme perekrutan kader
adalah sebagai berikut :
1. Advokasi
Untuk mendapat dukungan dari pengambil keputusan ditingkat
kecamatan perlu dilakukan advokasi tentang perlunya pembentukan Posmaldes untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan di daerah endemis malaria yang tidak terjangkau
pelayanan kesehatan. Sasaran advokasi adalah : Muspida, Kepala Cabang Dinas
Pendidikan Kecamatan, PPL Kecamatan, PU Kecamatan, KUA.
2. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan secara bertahap mulai dari tingkat
kecamatan, desa dan dusun. Materi-materi yang disosialisasikan adalah : Situasi
malaria di wilayah kerja Puskesmas, kerugian ekonomi akibat malaria, dampak/
akibat bahaya malaria, penemuan dan pengobatan penderita, faktor resiko
terjadinya penularan malaria, pembentukan Posmaldes.
3. Pembentukan
Tim Malaria Kecamatan
Tim malaria kecamatan yang dibentuk anggotanya terdiri dari :
Camat sebagai ketua, Kepala Puskesmas sebagai sekrataris, Kepala cabang dinas
pendidikan kecamatan sebagai anggota, PU kecamatan, PKK, LSM, Toga/Toma. Agar
Posmaldes mendapat dukungan dari masyarakat secara berkesinambungan, perlu
mendapat dukungan dari pimpinan setempat baik pemerintah maupun sektor terkait
seperti masyarakat, LSM, swasta, organisasi profesi dan Toma/Toga.
4. Penentuan
Lokasi
Lokasi Posmaldes disesuaikan dengan daerah endemis malaria yang
sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan.
5.
Penentuan Tenaga
Tenaga yang direkrut untuk menjadi kader posmaldes perlu memenuhi
kriteria sebagai berikut : penduduk setempat, diterima oleh masyarakat, dapat
membaca dan menulis, bersedia bekerja secara sukarela, dipilih secara bersama
sama oleh masyarakat dengan diketahui oleh kepala desa atau lurah (Depkes,
1999).
B. Tujuan dan Fungsi Posmaldes
Kader yang telah dipilih
oleh masyarakat, memiliki tanggung jawab sebagai berikut : Menemukan penderita
baik yang dilakukan secara aktif maupun pasif. Yang dimaksudkan dengan penemuan
penderita secara aktif yakni kader melakukan kegiatan kunjungan rumah untuk
menemukan penderita dengan gejala klinis malaria. Yang diharapkan disini adalah
kader menemukan penderita sebanyak-banyaknya dari kunjungan rumah tersebut.
Setelah ditemukan penderita, kader melakukan kunjungan untuk mengetahui apakah
penderita meminum obat secara teratur atau tidak. Sedangkan penemuan penderita
secara pasif yakni kader menunggu penderita datang ke Posmaldes untuk berobat
(Dinkes, 2004).
Selanjutnya, kader melakukan pemeriksaan klinis. Penderita dengan
gejala klinis seperti demam berkala, menggigil disertai sakit kepala, pusing,
mual dan muntah diberi obat anti malaria, yang diminum setelah makan selama
tiga hari. Pengobatan pencegahan juga dilakukan kader kepada ibu hamil diatas 3
bulan dengan dosis tunggal yakni dua tablet seminggu (Dinkes,2004).
Kader juga melakukan rujukan
penderita ke tempat pelayanan terdekat baik Pustu, Puskesmas maupun Rumah
Sakit. Penderita yang dirujuk adalah penderita yang sudah minum obat sesuai
petunjuk selama tiga hari tetapi tidak ada perubahan. Gejala-gejala yang
dialami penderita rujukan adalah : kejang-kejang, tidak sadar, mengigau, bicara
salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah, kuning pada mata, kencing
warna teh tua, nafas cepat, panas tinggi, pingsan, dan muntah terus menerus. Disamping
itu penderita yang dirujuk adalah ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari
tiga bulan (Dinkes,2004).
Selain kegiatan pengobatan, kader juga memiliki fungsi sebagai
penyuluh malaria yakni memberikan penerangan atau penjelasan tentang malaria
kepada masyarakat baik yang dilakukan dengan target perorangan maupun kelompok.
Secara perorangan, kader dapat melakukan penyuluhan pada saat penemuan dan
pengobatan kasus baik secara aktif maupun pasif dengan materi : gejala klinis
penyakit malaria, bagaimana minum obat yang benar, penyebab malaria, cara
penularan, pencegahan dan bahaya penyakit malaria.
Penyuluhan kelompok biasanya dilakukan di tempat–tempat umum
seperti gereja, masjid, posyandu, sekolah, dan dalam kegiatan PKK. Kegiatan
penyuluhan ini bukan saja oleh kader tetapi juga bisa oleh tokoh masyarakat
dengan materi : gejala – gejala penyakit malaria, cara minum obat yang benar,
penyebab, cara penularan, pencegahan dan bahaya malaria, manfaat Posmaldes bagi
masyarakat, pencegahan gigitan nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk dengan
membersihkan lumpur pada genangan air, menebar ikan pemakan jentik, mengalirkan
genangan air, serta membersihkan semak – semak di sekitar rumah (Dinkes,2004).
Kegiatan lain yang juga
menjadi tugas kader adalah membantu petugas Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan pemberantasan vektor malaria setelah dilakukan pemetaan dari penemuan
kasus. Pemberantasan vektor dilakukan berdasarkan pertimbangan REESA .
Rasional yakni Lokasi kegiatan pemberantasan vektor yang diusulkan memang terjadi
penularan dan tingkat penularannya memenuhi kriteria yang ditetapkan secara
langsung dalam kegiatan kerja bakti membersihkan tempat – tempat yang diduga
merupakan tempat perindukan vektor malaria setelah ada penemuan kasus.
Efektif yakni Dipilih salah satu metode/jenis kegiatan
pemberantasan vektor atau kombinasi
kedua metode yang saling menunjang, dan metode tersebut dianggap paling
berhasil mencegah atau menurunkan penularan. Pemilihan metode yang efektif perlu
didukung data epidemiologi, entomologi dan KAP masyarakat.
Efisien yakni Diantara beberapa metode kegiatan pemberantasan vektor yang
efektif harus dipilih metode yang biayanya paling murah.
Sustainable yakni kegiatan pemberantasan vektor yang dipilih harus
dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan
tertentu, dan hasil yang sudah dicapai harus dapat dipertahankan dengan
kegiatan yang lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan
pengobatan penderita.
Acceptable yakni kegiatan yang dilaksanakan harus dapat diterima dan didukung
oleh masyarakat setempat.
Kegiatan pemberantasan vektor dapat dilakukan antara lain : (untuk
nyamuk dewasa) penyemprotan rumah, pencelupan kelambu dengan insektisida,
(untuk larva) Biological Control yakni
penebaran ikan pemakan jentik khusus untuk daerah yang terdapat tempat
perindukan vektor potensial, air
permanen dan cocok untuk perkembangbiakan ikan pemakan jentik, Larvaciding : diusulkan untuk desa High
Case lncidence (HCI) setelah dilakukan pemetaan Tempat Perindukan Potensial
(TPP) yang tidak luas, tidak terlalu menyebar, jarak dengan pemukiman penduduk
masih dalam jarak terbang vektor (2 km) dan periode waktu di tempat perindukan
tersebut diketahui (Depkes, 1999).
Kader juga berperan melakukan kegiatan pemberantasan vektor
bersama petugas Puskesmas setelah ditemukan penderita. Survey dilakukan pada
semua penghuni rumah penderita dan empat rumah sekitarnya. Kegiatan survey
tersebut bisa berupa :Mass Fever Survey
(MSF) untuk tujuan konfirmasi, dilakukan di wilayah yang secara historis pernah
HCl dan kunjungan kader tidak teratur; Malariometric
Survey Dasar (MSD), dilakukan di wilayah sampel yang terletak di desa
indeks dimana jumlah kasus malarianya terbanyak dan desa indeks tersebut
mewakili satu wilayah epidemioligi tertentu (seperti persawahan, dan
sebagainya) yang belum dilakukan pemberantasan vektor (Depkes, 1999).
Seorang kader Posmaldes
diharapkan juga mampu menjalankan fungsi sebagai inspirator atau penggagas dan
motivator atau penggerak kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan di
masyarakat. Selanjutnya kader harus memberi teladan dengan turut menjadi
pelaksana kegiatan di masyarakat dan mampu menjadi penghubung antara masyarakat
dengan lembaga swadaya masyarakat atau instansi seperti Puskesmas (Dinkes,
2004).
Sebagai tenaga yang berada di bawah Puskesmas, kader mempunyai
kewajiban untuk memberikan laporan setiap bulan untuk hal – hal yang
berhubungan dengan hasil kerja, penggunaan obat dan peralatan Posmaldes.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan kader meliputi : pencatatan kasus yang
dilakukan setiap ada penemuan kasus pada buku register penderita, pencatatan
penerimaan dan penggunaan obat, slide dan bahan lain dilakukan setiap ada
penerimaan dan penggunaan dan pencatatan kematian yang diduga karena malaria setiap
ada kematian (Dinkes, 2004).
Keberhasilan Posmaldes dapat diukur dengan : Adanya penemuan
penderita klinis malaria baik secara aktif maupun pasif, penderita minum obat
secara lengkap sesuai dengan aturan minum yang diberikan, adanya laporan kasus
dari Posmaldes ke Puskesmas, adanya peta rumah penderita dan tempat perindukan
di Posmaldes dan tidak terjadinya kematian karena malaria serta menurunnya
absensi anak sekolah kasus malaria (Dinkes, 2004).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kader Posmaldes melakukan perannya dengan baik,
diantaranya kader menemukan penderita, mendiagnosa penderita, melakukan
pengobatan klinik, membantu kegiatan survey, mengerakkan masyarakat dan
memasukan laporan, masing-masing sebanyak 100 %. Sedangkan jumlah kader yang melakukan
peran penyuluhan malaria sebanyak 88,88 %, membantu kegiatan pemberantasan
vektor sebanyak 66,67 % sedangkan yang terendah adalah kader yang melakukan
peran rujukan pasien sebesar 22,22 %.
B.
Saran
Diharapkan kepada
masyarakat agar dapat memanfaatkan Posmaldes agar penanganan terhadap gejala
malaria dapat teratasi secara dini. Disamping itu juga diharapkan kepada Dinas
Kesehatan dan puskesmas yang membina posmaldes agar kedepannya dapat memberikan
dana insentif kepada kader sehingga kegiatan posmaldes dapat berjalan lancar.
Dan kepada puskesmas yang membina kader agar memperhatikan dan melibatkan kader
dalam kegiatan puskesmas.
Daftar Pustaka
Penelitian:
STUDI TENTANG PERAN KADER POS MALARIA DESA (POSMALDES)
DI KOTA KUPANG
Erny E. Pua Upa 1, Elisabeth Laure 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR
ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
C. Rumusan
Masalah............................................................................................
B. Manfaat Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Posmaldes.........................................................................................
B.
Tujuan dan Fungsi Posmaldes...........................................................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................................
B.
Saran.................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Pos malaria desa”Tepat pada
waktunya.
Dalam
penulisan makalah ini kami ingin mengucapkan terima kasih. Kami
menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.
Ambon, 20 Mei 2016
Siti
mutiah
POS MALARIA DESA
Mata Kuliah Pengendalian
Malaria
Disusun Oleh:
Nama
:Siti mutiah
Nim
: P. 071 201 140 96
Tingkat
: II.A
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN
KEPERAWATAN
AMBON
2016
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh