9/10/2018

MAKALAH POS MALARIA DESA (POSMALDES)


BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
     Peran serta masyarakat sangat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan, hal ini berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman lapangan serta peningkatan cakupan program yang dikaji secara statistik (Depkes, 1997). Oleh karena itu peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus dipupuk karena kesehatan bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan kesehatan (provider), melainkan juga merupakan masalah masyarakat sendiri (consumer). Salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah memberdayakan masyarakat melalui pembentukan kader Pos Malaria Desa (Posmaldes).
 Posmaldes merupakan wadah komunikasi dan informasi kesehatan serta pengembangan masyarakat dalam rangka penanggulangan malaria atas dasar swadaya masyarakat. Disamping itu Posmaldes juga dapat didefinisikan sebagai tempat dimana masyarakat dengan mudah memperoleh pelayanan pengobatan malaria di bawah pengawasan tenaga kesehatan yakni petugas Puskesmas atau Pustu yang membawahinya (Dinkes,2004).
 Pembentukan Posmaldes ini merupakan hasil kerjasama Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) dengan Global Fund AIDS, TB dan Malaria (GFATM) sebagaimana tertuang dalam MOU yang ditandatangani tahun 2003. Pembiayaannya berasal dari dana Global Fund ditambah APBN dan APBD. Di Indonesia, Posmaldes dipusatkan di bagian timur Indonesia yang terkenal sebagai daerah endemik malaria yaitu Papua, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
B. Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Posmaldes?
2.    Bagaimana Tujuan dari Posmaldes?

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini supaya pembaca makalah ini dapat bertambah wawasan serta mampu membuat makalah dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Posmaldes
Posmaldes merupakan tempat dimana masyarakat dapat dengan mudah memperoleh pelayanan pengobatan malaria. Pekerja dari Posmaldes tersebut disebut kader, yakni seorang yang dipilih oleh masyarakat untuk bekerja sebagai kader malaria secara sukarela, untuk ikut serta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan malaria yang ada diwilayahnya, dan yang telah mendapat pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan diagnosa dan memberikan pengobatan malaria (Dinkes, 2004).
Seorang kader Posmaldes harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: Bertempat tinggal di wilayah RT/RW yang bersangkutan sehingga pelayanannya benar-benar dirasakan masyarakat, mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan tugas sebagai kader sehingga pekerjaan kader tidak terbengkalai, mau bekerja secara sukarela karena kader mempunyai tugas yang cukup banyak dan menuntut tanggung jawab yang tidak sedikit. Sarat kader posmaldes yang lain adalah : mau dilatih untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karena kader bukan berasal dari orang berlatar belakang pendidikan kesehatan melainkan masyarakat umum, bisa membaca dan menulis karena kader bertanggung jawab terhadap pencatatan dan pelaporan kepada Puskesmas dan pemberian obat kepada penderita, diterima oleh masyarakat sehingga memudahkan interaksi dengan masyarakat dan pelaksanaan tugasnya di masyarakat, juga seorang kader diharapkan mampu menyelesaikan masalah di masyarakat dan mampu bekerja sesuai prosedur yang ada (Dinkes, 2004).
Dalam menjalankan tugasnya, kader Posmaldes akan berinteraksi dengan masyarakat sehingga untuk memilih seorang kader harus melibatkan  tokoh masyarakat. Mekanisme perekrutan kader adalah sebagai berikut :
1.      Advokasi
Untuk mendapat dukungan dari pengambil keputusan ditingkat kecamatan perlu dilakukan advokasi tentang perlunya pembentukan Posmaldes untuk mendekatkan pelayanan kesehatan di daerah endemis malaria yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan. Sasaran advokasi adalah : Muspida, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan, PPL Kecamatan, PU Kecamatan, KUA.
2.      Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan secara bertahap mulai dari tingkat kecamatan, desa dan dusun. Materi-materi yang disosialisasikan adalah : Situasi malaria di wilayah kerja Puskesmas, kerugian ekonomi akibat malaria, dampak/ akibat bahaya malaria, penemuan dan pengobatan penderita, faktor resiko terjadinya penularan malaria, pembentukan Posmaldes.
3.      Pembentukan Tim Malaria Kecamatan
Tim malaria kecamatan yang dibentuk anggotanya terdiri dari : Camat sebagai ketua, Kepala Puskesmas sebagai sekrataris, Kepala cabang dinas pendidikan kecamatan sebagai anggota, PU kecamatan, PKK, LSM, Toga/Toma. Agar Posmaldes mendapat dukungan dari masyarakat secara berkesinambungan, perlu mendapat dukungan dari pimpinan setempat baik pemerintah maupun sektor terkait seperti masyarakat, LSM, swasta, organisasi profesi dan Toma/Toga.
4.      Penentuan Lokasi
Lokasi Posmaldes disesuaikan dengan daerah endemis malaria yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan.
5.      Penentuan Tenaga
Tenaga yang direkrut untuk menjadi kader posmaldes perlu memenuhi kriteria sebagai berikut : penduduk setempat, diterima oleh masyarakat, dapat membaca dan menulis, bersedia bekerja secara sukarela, dipilih secara bersama sama oleh masyarakat dengan diketahui oleh kepala desa atau lurah (Depkes, 1999).
B. Tujuan dan Fungsi Posmaldes
Kader yang telah dipilih oleh masyarakat, memiliki tanggung jawab sebagai berikut : Menemukan penderita baik yang dilakukan secara aktif maupun pasif. Yang dimaksudkan dengan penemuan penderita secara aktif yakni kader melakukan kegiatan kunjungan rumah untuk menemukan penderita dengan gejala klinis malaria. Yang diharapkan disini adalah kader menemukan penderita sebanyak-banyaknya dari kunjungan rumah tersebut. Setelah ditemukan penderita, kader melakukan kunjungan untuk mengetahui apakah penderita meminum obat secara teratur atau tidak. Sedangkan penemuan penderita secara pasif yakni kader menunggu penderita datang ke Posmaldes untuk berobat (Dinkes, 2004).
Selanjutnya, kader melakukan pemeriksaan klinis. Penderita dengan gejala klinis seperti demam berkala, menggigil disertai sakit kepala, pusing, mual dan muntah diberi obat anti malaria, yang diminum setelah makan selama tiga hari. Pengobatan pencegahan juga dilakukan kader kepada ibu hamil diatas 3 bulan dengan dosis tunggal yakni dua tablet seminggu (Dinkes,2004).
Kader juga melakukan rujukan penderita ke tempat pelayanan terdekat baik Pustu, Puskesmas maupun Rumah Sakit. Penderita yang dirujuk adalah penderita yang sudah minum obat sesuai petunjuk selama tiga hari tetapi tidak ada perubahan. Gejala-gejala yang dialami penderita rujukan adalah : kejang-kejang, tidak sadar, mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah, kuning pada mata, kencing warna teh tua, nafas cepat, panas tinggi, pingsan, dan muntah terus menerus. Disamping itu penderita yang dirujuk adalah ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari tiga bulan (Dinkes,2004).
Selain kegiatan pengobatan, kader juga memiliki fungsi sebagai penyuluh malaria yakni memberikan penerangan atau penjelasan tentang malaria kepada masyarakat baik yang dilakukan dengan target perorangan maupun kelompok. Secara perorangan, kader dapat melakukan penyuluhan pada saat penemuan dan pengobatan kasus baik secara aktif maupun pasif dengan materi : gejala klinis penyakit malaria, bagaimana minum obat yang benar, penyebab malaria, cara penularan, pencegahan dan bahaya penyakit malaria.
Penyuluhan kelompok biasanya dilakukan di tempat–tempat umum seperti gereja, masjid, posyandu, sekolah, dan dalam kegiatan PKK. Kegiatan penyuluhan ini bukan saja oleh kader tetapi juga bisa oleh tokoh masyarakat dengan materi : gejala – gejala penyakit malaria, cara minum obat yang benar, penyebab, cara penularan, pencegahan dan bahaya malaria, manfaat Posmaldes bagi masyarakat, pencegahan gigitan nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk dengan membersihkan lumpur pada genangan air, menebar ikan pemakan jentik, mengalirkan genangan air, serta membersihkan semak – semak di sekitar rumah (Dinkes,2004).
Kegiatan lain yang juga menjadi tugas kader adalah membantu petugas Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan vektor malaria setelah dilakukan pemetaan dari penemuan kasus. Pemberantasan vektor dilakukan berdasarkan pertimbangan  REESA .
Rasional yakni Lokasi kegiatan pemberantasan vektor yang diusulkan memang terjadi penularan dan tingkat penularannya memenuhi kriteria yang ditetapkan secara langsung dalam kegiatan kerja bakti membersihkan tempat – tempat yang diduga merupakan tempat perindukan vektor malaria setelah ada penemuan kasus.
Efektif yakni  Dipilih salah satu metode/jenis kegiatan pemberantasan vektor  atau kombinasi kedua metode yang saling menunjang, dan metode tersebut dianggap paling berhasil mencegah atau menurunkan penularan. Pemilihan metode yang efektif perlu didukung data epidemiologi, entomologi dan KAP masyarakat.
Efisien yakni Diantara beberapa metode kegiatan pemberantasan vektor yang efektif harus dipilih metode yang biayanya paling murah.
Sustainable yakni kegiatan pemberantasan vektor yang dipilih harus dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu, dan hasil yang sudah dicapai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan yang lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.
Acceptable yakni kegiatan yang dilaksanakan harus dapat diterima dan didukung oleh masyarakat setempat.
Kegiatan pemberantasan vektor dapat dilakukan antara lain : (untuk nyamuk dewasa) penyemprotan rumah, pencelupan kelambu dengan insektisida, (untuk larva) Biological Control yakni penebaran ikan pemakan jentik khusus untuk daerah yang terdapat tempat perindukan vektor potensial,  air permanen dan cocok untuk perkembangbiakan ikan pemakan jentik, Larvaciding : diusulkan untuk desa High Case lncidence (HCI) setelah dilakukan pemetaan Tempat Perindukan Potensial (TPP) yang tidak luas, tidak terlalu menyebar, jarak dengan pemukiman penduduk masih dalam jarak terbang vektor (2 km) dan periode waktu di tempat perindukan tersebut diketahui (Depkes, 1999).
Kader juga berperan melakukan kegiatan pemberantasan vektor bersama petugas Puskesmas setelah ditemukan penderita. Survey dilakukan pada semua penghuni rumah penderita dan empat rumah sekitarnya. Kegiatan survey tersebut bisa berupa :Mass Fever Survey (MSF) untuk tujuan konfirmasi, dilakukan di wilayah yang secara historis pernah HCl dan kunjungan kader tidak teratur; Malariometric Survey Dasar (MSD), dilakukan di wilayah sampel yang terletak di desa indeks dimana jumlah kasus malarianya terbanyak dan desa indeks tersebut mewakili satu wilayah epidemioligi tertentu (seperti persawahan, dan sebagainya) yang belum dilakukan pemberantasan vektor (Depkes, 1999).
Seorang kader Posmaldes diharapkan juga mampu menjalankan fungsi sebagai inspirator atau penggagas dan motivator atau penggerak kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan di masyarakat. Selanjutnya kader harus memberi teladan dengan turut menjadi pelaksana kegiatan di masyarakat dan mampu menjadi penghubung antara masyarakat dengan lembaga swadaya masyarakat atau instansi seperti Puskesmas (Dinkes, 2004).
Sebagai tenaga yang berada di bawah Puskesmas, kader mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan setiap bulan untuk hal – hal yang berhubungan dengan hasil kerja, penggunaan obat dan peralatan Posmaldes. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan kader meliputi : pencatatan kasus yang dilakukan setiap ada penemuan kasus pada buku register penderita, pencatatan penerimaan dan penggunaan obat, slide dan bahan lain dilakukan setiap ada penerimaan dan penggunaan dan pencatatan kematian yang diduga karena malaria setiap ada kematian (Dinkes, 2004).
Keberhasilan Posmaldes dapat diukur dengan : Adanya penemuan penderita klinis malaria baik secara aktif maupun pasif, penderita minum obat secara lengkap sesuai dengan aturan minum yang diberikan, adanya laporan kasus dari Posmaldes ke Puskesmas, adanya peta rumah penderita dan tempat perindukan di Posmaldes dan tidak terjadinya kematian karena malaria serta menurunnya absensi anak sekolah kasus malaria (Dinkes, 2004).






BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kader Posmaldes melakukan perannya dengan baik, diantaranya kader menemukan penderita, mendiagnosa penderita, melakukan pengobatan klinik, membantu kegiatan survey, mengerakkan masyarakat dan memasukan laporan, masing-masing sebanyak 100 %. Sedangkan jumlah kader yang melakukan peran penyuluhan malaria sebanyak 88,88 %, membantu kegiatan pemberantasan vektor sebanyak 66,67 % sedangkan yang terendah adalah kader yang melakukan peran rujukan pasien sebesar 22,22 %.
B.      Saran
Diharapkan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan Posmaldes agar penanganan terhadap gejala malaria dapat teratasi secara dini. Disamping itu juga diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan puskesmas yang membina posmaldes agar kedepannya dapat memberikan dana insentif kepada kader sehingga kegiatan posmaldes dapat berjalan lancar. Dan kepada puskesmas yang membina kader agar memperhatikan dan melibatkan kader dalam kegiatan puskesmas.














Daftar Pustaka

Penelitian:

STUDI TENTANG PERAN KADER POS MALARIA DESA (POSMALDES)
DI KOTA KUPANG
Erny E. Pua Upa 1, Elisabeth Laure 2
Dinkesjatim. 2005. upaya penanggulangan malaria. www.dinkesjstim.go.id: Surabaya





















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
C. Rumusan Masalah............................................................................................
B. Manfaat Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Posmaldes.........................................................................................
B.  Tujuan dan Fungsi Posmaldes...........................................................................
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan......................................................................................................
B.  Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................












KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Pos malaria desa”Tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami ingin mengucapkan terima kasih.  Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.


Ambon, 20 Mei 2016

                                   

                                    Siti mutiah









POS MALARIA DESA

                        Mata Kuliah Pengendalian Malaria 

  logo.gif


Disusun Oleh:

Nama :Siti mutiah  
Nim : P. 071 201 140 96
Tingkat : II.A                     











POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN
AMBON
2016





 



No comments:

Post a Comment

jangan komen yang aneh-aneh