BY SITI MUTIAH CC:FOR CREDIT
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Leukemia
adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL bertanggung Jawab untuk
80% kasus Leukemia pada anak insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak yang
berusia antara 3 sampai 5 tahun anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih
baik dari pada anak laki-laki Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang
lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (surfifal rate) rata-rata
yang lebih rendah.
(Betz, Cecily L, 2002. Hal : 300 ).
Anak adalah
individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik, yang
mempunyai petensi untuk tumbuh dan berkembang.anak bukanlah meniatur orang
dewasa, melainkan individu yang berada pada pada proses tumbuh-kembang dan
mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat sehat sakit, anak
membutuhkan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung sihingga
tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. .(Supartini Yupi,2004)
Salah satu
tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi
kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, Menanggapi hal ini, keperawatan telah
memberikan penekanan lebih pada peran perawat sebagai pendidik. Pengajaran,
sebagai fungsi dari keperawatan, telah dimasukkan dalam undang-undang praktek
perawat dan dalam American Nurses Association Standards of Nursing Practice,
Dengan demikian, pendidikan kesehatan dianggap sebagai menjadi fungsi
mandiri dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab utama dari proses
keperawatan.
(Brunner &
Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)
Salah satu
masalah kesehatan yang sering diderita oleh individu adalah gangguan sistem
Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi
terjadinya Leukemia yaitu faktor sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan
biologis. Leukemia disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor exogen seperti:
sinar radiasi, bahan kimia (bensol, arsen, preparat sulfat) dan faktor endogen
seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter. (Asuhan keperawatan pada anak
Edisi 2, Suriadi S.Kp MSN 2006)
Menurut H.L.
Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh factor biologik, faktor
prilaku, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik
merupakan faktor yang berasal individu yang bersangkutan dan disebut faktor
keturunan. Faktor keturunan ini misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa,
dan beberapa jenis penyakit kelainan darah yang termasuk penyakit kanker..
Di dunia, kanker
merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Menurut
laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari
10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun
kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit
kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang diantaranya akan
meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang
memadai
Berdasarkan
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan
penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler,
infeksi, pernafasan dan pencernaan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevelensi tumor di masyarakat sebesar 4,3 per 1000
penduduk. Sedangkan Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan
pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%),
kanker hati dan saluran empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non Hodgkin
(6,77%), dan Leukemia (5,93%). Leukemia merupakan kanker yang sering terjadi
pada anak.
Menurut data
badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker pada
anak terus meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh kejadian penyakit
kanker pada manusia. Sedangkan angka kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus
persejuta anak pertahun. Sebuah laporan internasional bahkan menyatakan 10%
kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
Dan data
RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama kematian
kanker anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan
retinoblastoma (kanker mata). Bahkan ditengarai jumlah anak pengidap leukemia
di Indonesia mencapai 25-30%.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari Leukimia?
2.
Apa Etiologi
dari Leukimia?
3.
Apa Manifestasi klinis dari Leukimia?
4.
Bagaimana Patifisiologi dari Leukimia?
5.
Apa Pemeriksaan penunjang dari Leukimia?
6.
Apa Penatalaksanaan medis dari Leukimia?
7.
Bagaimana Konsep keperawatan pada Leukimia?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Leukimia.
2.
Untuk mengetahui etiologi dari Leukimia.
3.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Leukimia.
4.
Untuk mengetahui bagaimana patifisiologi dari Leukimia.
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Leukimia.
6.
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Leukimia.
7.
Untuk mengetahui bagaimana Konsep keperawatan
pada Leukimia.
bab ii
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Leukimia
a. Pengertian
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih”
pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi
dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada
satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan
tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan
gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik
yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi.
a. Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur
dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi,Skp,MSN
& Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160)
b. Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit
yang abnormal dan ganas serta
sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006 Hal: 44)
c. Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur
dalam jaringan tubuh yang membentuk darah.
(Wong’s Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6
Hal: 1137)
d. Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya akumulasi
leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah.
(Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150)
b. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum
diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian, orang dengan
faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
a. Host
Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan
bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada
anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur
15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK
merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia
lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih
tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok
kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar
2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika
Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia
daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika
leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4
tahun.
Penelitian Lee at all
(2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-University of Southern
California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut
etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi
yang dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum
berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
Faktor
Genetik
Insiden leukemia pada
anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal.
Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia
akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom
Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan
sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita
dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk
mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu,
leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et
al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang
yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA
(OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75
kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita leukemia.
b. Agent
Virus
Beberapa virus tertentu sudah
dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian
yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme
reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe
C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti
kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T
manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron
dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum
pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di
antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor
eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan
LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko
menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di
bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom
atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak.
Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi.
Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan
sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene,
arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko
terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia
(misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang
terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA
(OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan
2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
Merokok
Merokok merupakan salah satu
faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang
potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran
dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10
tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang
yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding
dengan orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002),
menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok.
Penelitian lain di Canada
oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA.
Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
c. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang,
sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien
termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang
lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah
tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi
leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang
tidak menderita leukemia.
c.
Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum
tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat
meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom,
atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi,
inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan
genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya
proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu
pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali
dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal.
Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa,
kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
d.
Manifestasi klinik Leukemia
Gejala klinis
dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia,
infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a.
Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis
LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala
klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri
dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang
dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada
sternum, tibia dan femur.
b.
Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama
LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom
kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau
petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100
ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.
c.
Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25%
penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala
biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan
kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan
latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan
dengan perjalanan penyakitnya.
d.
Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3
fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik
ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada
fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie,
ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
e.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA
ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita
LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK
ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang
pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel
sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari
sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap).
Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita
LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40%
dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh
peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan
hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas
granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
f. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
1. Kemoterapi pada penderita LLA
Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada
tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit,
segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel
leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten
terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk
mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering
diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi,
untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik
dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi
penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi
lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai
dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2. Kemoterapi pada penderita LMA
Fase induksi
Fase induksi adalah regimen
kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah
tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak
dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan
di masa yang akan datang.
Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan
sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya
terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan
dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka
remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup
lebih dari 5 tahun hanya 10%.
3. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus
ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem
penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
·
Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum
tulang
·
Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
·
Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
·
Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11
gr/dl).
·
Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia
<100.000/mm3 dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa,
kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai
kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk
mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala
karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan
kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata
adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien
dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada
pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2
tahun.
4. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
·
Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea
merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka
waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi
pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum
tulang.
·
Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut,
tetapi respons sangat rendah.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini
ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel
leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron,
x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat
keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
c.
Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang
dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang
sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi
atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil
terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam
waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA)
yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda
yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d.
Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk
mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek
samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi.
B. Konsep Dasar Keperawatan Leukemia
1. Pengkajian
Riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang menunjukkan adanya
penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih, nyeri pada
ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala,
dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia
(Wong’spediatricnursing 2009. Hal:1140)
Adapun pengkajian yang
sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi
1.
Biodata
a)
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b)
Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2.
Riwayat kesehatan sekarang
a)
Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b)
Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
3.
Riwayat kesehatan sebelumnya
a)
Riwayat kehamilan/persalinan.
b)
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c)
Riwayat pemberian imunisasi.
d)
Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e)
Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh
klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II ,III), Campak, Hepatitis, dan
riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
5.
Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
- Berat badan
BBL : 2500 gr – 4000
gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9
1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
6 - 12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5
- Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 45 - 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
2 - 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 7
Atau
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x
TB 2 tahun)
b.
Perkembangan tiap tahap usia
- Berguling : 3-6 bulan
-
Duduk :
6-9 bulan
- Merangkak : 9-10 bulan
- Berdiri : 9-12 bulan
- Jalan : 12-18 bulan
- Senyum pertama kali
dengan orang lain : 2-3 bulan
- Bicara : 2-3 tahun
- Berpakaian tanpa
dibantu : 3-4 tahun
(
6.
Pemeriksaan fisik
a)
Keadaan Umum
Meliputi : Baik, Jelek, Sedang
b)
Tanda-tanda vital
-
TD : Tekanan Darah
-
N : Nadi
-
P : Pernapasan
-
S : Suhu
c)
Antropometri
-
TB : Tinggi badan
-
BB : Berat badan
-
LLA : Lingkar lengan atas
-
LK : Lingkar kepala
-
LD : Lingkar dada
-
LP : Lingkar perut
d)
Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan
napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan wheezing.
e)
Sistem cardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau
tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylaryreffilingtime.
f)
Sistem pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau
tidak, anoreksia atau
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan penurunan (tidak adekuatnya) pertahanan tubuh sekunder
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan Hipermetabolik dan kurangnya intake.
c. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan
Agen kimia ; Pengobatan antileukemia.
d. Ketakutan berhubungan dengan prosedur
tindakan chemoterapi / pengobatan.
e. Resiko tinggi terjadi injuri
berhubungan dengan proses tindakan Chemoterapi.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh