LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN KALA III (KALA
PENGELUARAN)
- Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 1998).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang hidup dan dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Sarwono,
2002 : 89)
Persalinan
normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
Persalinan
normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik
berikut ini :
·
Terjadi
pada kehamilan aterm, bukan prematur ataupun postmatur.
·
Mempunyai
onset yang spontan, bukan karena induksi.
·
Selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus
ataupun partus lama.
·
Janin
tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput pada bagian anterior
pelvis.
·
Terlaksana
tanpa bantuan artifisial.
·
Tidak
terdapat komplikasi.
·
Mencakup
kelahiran plasenta yang normal.
2.
Klasifikasi Persalinan
a. Bentuk persalinan berdasarkan definisi :
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1998 : 157).
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1998 : 157).
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur
kehamilan dan berat badan yang dilahirkan sebagai berikut :
Abortus
·
Terhentinya
dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan.
·
Umur
hamil sebelum 28 minggu.
·
Berat
janin kurang dari 1000 gr.
4) Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36 minggu. Berat janin kurang dari 2499 gram.
Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36 minggu. Berat janin kurang dari 2499 gram.
5) Persalinan aterm
Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat janin di atas 2500 gram.
Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat janin di atas 2500 gram.
6) Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda-tanda post maturities.
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda-tanda post maturities.
7) Persalinan presipitatus.
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam (Manuaba, 1998 : 158).
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam (Manuaba, 1998 : 158).
3. Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan gejala permulaan persalinan menurut
Mochtar (1994). Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu
sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) dengan tanda sebagai berikut :
a.
Lightening atau setting
atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul, pada pramigravida terjadi menjelang minggu ke-36.
lightening disebabkan oleh :
·
Kontraksi
Braxton hicks
·
Ketegangan
dinding perut
·
Ketegangan
ligamentum rotundum
·
Gaya
berat janin
Saat kepala masuk pintu atas
panggul, ibu akan merasakan rasa sesak pada perut bagian atas berkurang dan
pada bagian bawah terasa sesak.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus
uteri turun.
c. Sering miksi atau sulit berkemih.
d. Sakit di pinggang dan di perut.
e. Serviks mulai lembek dan mendatar. Pada
multipara gambaran ini kurang jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas
panggul menjelang persaslinan.
f.
Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
·
Rasa
nyeri ringan di bagian bawah.
·
Datangnya
tidak teratur.
·
Durasi
pendek.
·
Tidak
bertambah dengan beraktivitas.
·
Tidak
ada perubahan pada serviks.
Tanda-tanda
persalinan Inpartu adalah sebagai berikut :
a. Terjadi his persalinan dengan
karakteristik :
·
Pinggang
terasa sakit yang menjalar ke depan.
·
Sifat
sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
·
Berpengaruh
terhadap perubahan serviks.
·
Dengan
beraktivitas kekuatan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.
d. Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukkan
terjadinya perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks.
Karakteristik kontraksi uterus
atau his yang perlu diperhatikan adalah : kekuatan kontraksi atau intensitas,
frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus terdiri atas tiga fase sebagai
berikut :
·
Increment,
yaitu ketika intensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
·
Acme,
yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
·
Decrement,
yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
Durasi kontraksi uterus diukur dari
awal increment sampai akhir decrement. Frekuensi dihitung dari awal increment
satu kontraksi sampai awal increment berikutnya.
4.
Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan
dalam persalinan (Stenchever dan Sorensen, 1995).
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a. His (kontraksi uterus)
b. Kontraksi otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum
potundum.
e. Efektivitas kekuatan mendorong.
f.
Lama
persalinan.
2) Janin (passanger)
a. Letak janin.
b. Posisi janin.
c. Presentasi jani.
d. Letak plasenta.
3) Jalan lintas (passage)
a. Ukuran dan tipe panggul.
b. Kemampuan serviks untuk membuka.
c. Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus
vagina untuk memanjang.
4) Kejiwaan (psyche)
a. Persiapan fisik untuk melahirkan.
b. Pengalaman persalinan.
c. Dukungan orang terdekat.
d. Intergitas emosional.
5.
Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri atas
empat fase/kala.
Kala I : waktu mulai serviks membuka sampai pembukaan lengkap 10 cm.
Kala II : waktu pengeluaran janin.
Kala III : waktu pelepasan plasenta dan pengeluaran
plasenta.
Kala IV : waktu satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
Ø Kala III (Pelepasan uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti
sekitar 5 sampai 10 menit. Lepasnya plasenta secara schultze yang biasanya
tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah
setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta secara duncan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban.
(Mochtar, 1994).
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memerhatikan tanda-tanda :
a. Uterus menjadi bundar.
b. Fundus uteri mengalami kontraksi kuat.
c. Uterus terdorong ke atas karena plasenta
lepas ke segmen bawah rahim.
d. Tali pusat bertambah panjang.
e. Terjadi perdarahan.
Ø Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala
tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
·
Persalinan
kala tiga lebih singkat
·
Mengurangi
jumlah kehilangan darah
·
Mengurangi
kejadian retensio plasenta.
- Asuhan Keperawatan Pada Kala III
Persalinan kala
III dimulai sejak bayi lahir sampai dengan pengeluaran plasenta. Lama kala III
adalah 1-30 menit dengan rata-rata menit pada nullipara dan 4-5 menit pada
multipara, tahap ini merupakan tahap yang paling singkat.
1. Pengkajian
a.
Aktivitas
:
Kaji rentang aktivitas klien mulai dari bugar sampai keletihan.
b. Sirkulasi :
Tekanan darah dapat meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian
kembali ke tingkat normal dengan cepat.
c. Makanan dan cairan :
Klien dapat kehilangan darah kira-kira 250-300 ml, untuk itu diperlukan
makanan dan cairan dengan jumlah yang adekuat.
d. Nyeri/ ketidaknyamanan :
Terdapat keluhan tremor kaki atau menggigil.
e. Keamanan :
Waspada terhadap adanya robekan atau laserasi pada jalan lahir atau
perluasan episiotomi.
f.
Seksualitas
:
Tali pusat memanjang pada muara vagina, uterus berubah dari diskoid menjadi
bentuk globular dan meninggikan abdomen. Darah berwarna hitam keluar dari
vagina yang menandakan lepasnya plasenta dari endometrium, biasanya hal ini
terjadi 1-5 menit setelah bayi lahir.
2.
Prioritas Keperawatan
a.
Meningkatkan
kontraktilitas uterus.
b. Mempertahankan volume cairan sirkulasi.
c. Meningkatkan keamanan maternal dan bayi
baru lahir.
d. Mendukung interaksi orang tua dengan bayi.
3.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d kontraksi rahim dan regangan pada jaringan.
b. Kurang pengetahuan b/d proses persalinan.
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
b/d perdarahan.
d. Resiko tinggi cedera maternal b/d
pelepasan plasenta.
4.
Intervensi
No.
Diagnosa
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Asuhan Keperawatan
|
Rasional
|
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|||
|
Nyeri
akut b/d kontraksi rahim dan regangan
pada jaringan.
|
|
1) Kaji tingkat nyeri secara konprehensif
(lokasi, durasi, kualitas dan faktor presipitas).
2) Berikan kompres es pada perinium setelah
melahirkan.
3) Bantu dengan menggunakan teknik
pernapasan selama perbaikan luka episiotomi.
4) Ganti pakaian yang basah.
5) Berikan selimut penghangat bila tremor
atau menggigil.
|
1) Pengkajian nyeri secara menyeluruh dapat
membantu perawat dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2) Memberikan kenyamanan dan anastesi
lokal.
3) Hal ini dapat meningkatkan relaksasi dan
pengalihan.
4) Memberikan kenyamanan dan kebersihan.
5) Tremor atau menggigil setelah melahirkan
terjadi karena hilangnya tekanan secara mendadak pada saraf pelvis atau
berhubungan dengan tranfusi janin ke ibu yang terjadi pada pelepasan
plasenta. Kebahagiaan dapat meningkatkan relaksasi otot dari perfusi
jaringan.
|
|
Kurang
pengetahuan b/d proses persalinan.
|
|
1) Diskusikan proses normal dari persalinan
kala III.
2) Jelaskan respon tertentu seperti tremor
atau menggigil.
3) Diskusikan rutinitas masa pemulihan
selama empat jam pertama setelah melahirkan dan orientasikan klien pada
petugas kesehatan yang baru bila sudah pindah di ruangan baru.
|
1) Memperjelas kesalahan konsep yang
dipahami.
2) Pemahaman dapat membantu klien dalam
menerima perubahan tersebut tanpa rasa cemas yang berlebihan.
3) Memberikan kesempatan pemberian
perawatan yang lebih optimal dan meningkatkan kerja sama antara perawat dan
klien.
|
|
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan b/d
perdarahan.
|
|
1) Instruksikan klien untuk mengejan saat
kontraksi dan fokuskan perhatiannya.
2) Hindari menarik tali pusat secara
berlebihan.
3) Kaji tanda vital setelah pemberian oksitosin.
4) Palpasi uterus dan perhatikan adanya
”balloning”.
5) Pantau tanda dan gejala kehilangan
cairan berlebih dan syok.
6) Berikan cairan infus bila ada indikasi.
7) Berikan oksitosin secara intravaskular
atau intramuskular sesuai indikasi.
8) Tempatkan bayi di payudara ibu.
9) Masase uterus dengan perlahan setelah
plasenta keluar.
10) Inspeksi permukaan plasenta maternal dan
fetal,perhatikan ukuran plasenta, insersi tali pusat, kelengkapan jumlah
kontiledon, dan adanya kalsifikasi pada plasenta.
11) Inspeksi keadaan jalan lahir, dan adanya
kemungkinan adanya laserasi.
12) Bantu sesuai kebutuhan bila ada
pengangkatan plasenta secara manual.
|
1) Mengejan membantu pelepasan dan
pengeluaran, menurunkan kehilangan darah, dan meningkatkan kontraksi uterus.
2) Tarikan yang terlalu kuat dapat
menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta serta
meningkatkan perdarahan.
3) Efek samping penggunaan oksitosin adalah
hipertensi.
4) Balloning menunjukkan perdarahan ke
dalam rongga uterus.
5) Perdarahan lebih dari 500 ml dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, sianosis dan penurunan
kesadaran.
6) Penggantian cairan secara parenteral
dapat membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi organ vital.
7) Oksitosin dapat meningkatkan efek
vasokontriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan postpartum.
8) Pengisapan bayi pada payudara ibu dapat
merangsang pelepasan oksitosin dari hiposfisis posterior, meningkatkan
kontaksi miometrium dan mengurangi perdarahan.
9) Rangsangan taktil yang lembut
menyebabkan miometrium berkontraksi, sehingga dapat mengurangi perdarahan.
10) Mendeteksi abnormalitas yang mungkin
berdampak pada ibu maupun bayi. Bila ada jaringan plasenta yang tertinggal
harus dilepaskan secara manual untuk mencegah perdarahan atau infeksi post
partum.
11) Laserasi dapat menimbulkan perdarahan.
12) Intervensi manual perlu dilakukan untuk
memudahkan pengeluaran plasenta dan menghentikan perdarahan.
|
|
Resiko
tinggi cedera maternal b/d
|
|
1) Kaji irama pernapasan.
2) Palpasi fundus dan masase dengan
perlahan.
3) Masase fundus dengan perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
|
1) Pada pelepasan plasenta ada bahaya
emboli cairan amnion yang masuk ke sirkulasi maternal yang menyebabkan emboli
paru.
2) Menghindari rangsangan berlebihan pada
fundus.
3) Masase pada bagian fundus dapat
memudahkan melepasnya plasenta.
|
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM
”KALA III”
Pengeluaran bayi/ janin
Pelepasan placenta
Kontraksi Uterus
Kurang informasi Resiko cedera
maternal
Eschaemi
otot-otot uterus
Kurang Pengetahuan
Cavum uteri mengecil
Menekan ujung saraf sensoris Miometrium bekas
implantasi plasenta
Kortex cerebri Terjadi
Perdarahan
Nyeri dipersepsikan Resiko kekurangan volume cairan
Nyeri
DAFTAR PUSTAKA
B.Sri Hari Ujiningtyas, 2009. “Asuhan Keperawatan Persalinan Normal”. Jakarta
: Salemba Medika
Bobak, Irene, dan Jensen Margareta. 2000. “Perawatan Maternitas dan
Ginekologi”. Terjemahan. Jilid I. Bandung
Dongoes Marylinn, 1996. “Rencana Perawatan Maternal/Bayi”. Alih bahasa
monica ester. Jakarta : EGC
Gulardi Winkjosastro, dkk, 2008. “Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal
(APN)”. Jakarta: JNPK-KR
- Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 1998).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang hidup dan dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Sarwono,
2002 : 89)
Persalinan
normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
Persalinan
normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik
berikut ini :
·
Terjadi
pada kehamilan aterm, bukan prematur ataupun postmatur.
·
Mempunyai
onset yang spontan, bukan karena induksi.
·
Selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus
ataupun partus lama.
·
Janin
tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput pada bagian anterior
pelvis.
·
Terlaksana
tanpa bantuan artifisial.
·
Tidak
terdapat komplikasi.
·
Mencakup
kelahiran plasenta yang normal.
2.
Klasifikasi Persalinan
a. Bentuk persalinan berdasarkan definisi :
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1998 : 157).
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1998 : 157).
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur
kehamilan dan berat badan yang dilahirkan sebagai berikut :
Abortus
·
Terhentinya
dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan.
·
Umur
hamil sebelum 28 minggu.
·
Berat
janin kurang dari 1000 gr.
4) Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36 minggu. Berat janin kurang dari 2499 gram.
Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36 minggu. Berat janin kurang dari 2499 gram.
5) Persalinan aterm
Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat janin di atas 2500 gram.
Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat janin di atas 2500 gram.
6) Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda-tanda post maturities.
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda-tanda post maturities.
7) Persalinan presipitatus.
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam (Manuaba, 1998 : 158).
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam (Manuaba, 1998 : 158).
3. Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan gejala permulaan persalinan menurut
Mochtar (1994). Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu
sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) dengan tanda sebagai berikut :
a.
Lightening atau setting
atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul, pada pramigravida terjadi menjelang minggu ke-36.
lightening disebabkan oleh :
·
Kontraksi
Braxton hicks
·
Ketegangan
dinding perut
·
Ketegangan
ligamentum rotundum
·
Gaya
berat janin
Saat kepala masuk pintu atas
panggul, ibu akan merasakan rasa sesak pada perut bagian atas berkurang dan
pada bagian bawah terasa sesak.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus
uteri turun.
c. Sering miksi atau sulit berkemih.
d. Sakit di pinggang dan di perut.
e. Serviks mulai lembek dan mendatar. Pada
multipara gambaran ini kurang jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas
panggul menjelang persaslinan.
f.
Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
·
Rasa
nyeri ringan di bagian bawah.
·
Datangnya
tidak teratur.
·
Durasi
pendek.
·
Tidak
bertambah dengan beraktivitas.
·
Tidak
ada perubahan pada serviks.
Tanda-tanda
persalinan Inpartu adalah sebagai berikut :
a. Terjadi his persalinan dengan
karakteristik :
·
Pinggang
terasa sakit yang menjalar ke depan.
·
Sifat
sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
·
Berpengaruh
terhadap perubahan serviks.
·
Dengan
beraktivitas kekuatan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.
d. Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukkan
terjadinya perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks.
Karakteristik kontraksi uterus
atau his yang perlu diperhatikan adalah : kekuatan kontraksi atau intensitas,
frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus terdiri atas tiga fase sebagai
berikut :
·
Increment,
yaitu ketika intensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
·
Acme,
yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
·
Decrement,
yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
Durasi kontraksi uterus diukur dari
awal increment sampai akhir decrement. Frekuensi dihitung dari awal increment
satu kontraksi sampai awal increment berikutnya.
4.
Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan
dalam persalinan (Stenchever dan Sorensen, 1995).
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a. His (kontraksi uterus)
b. Kontraksi otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum
potundum.
e. Efektivitas kekuatan mendorong.
f.
Lama
persalinan.
2) Janin (passanger)
a. Letak janin.
b. Posisi janin.
c. Presentasi jani.
d. Letak plasenta.
3) Jalan lintas (passage)
a. Ukuran dan tipe panggul.
b. Kemampuan serviks untuk membuka.
c. Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus
vagina untuk memanjang.
4) Kejiwaan (psyche)
a. Persiapan fisik untuk melahirkan.
b. Pengalaman persalinan.
c. Dukungan orang terdekat.
d. Intergitas emosional.
5.
Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri atas
empat fase/kala.
Kala I : waktu mulai serviks membuka sampai pembukaan lengkap 10 cm.
Kala II : waktu pengeluaran janin.
Kala III : waktu pelepasan plasenta dan pengeluaran
plasenta.
Kala IV : waktu satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
Ø Kala III (Pelepasan uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti
sekitar 5 sampai 10 menit. Lepasnya plasenta secara schultze yang biasanya
tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah
setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta secara duncan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban.
(Mochtar, 1994).
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memerhatikan tanda-tanda :
a. Uterus menjadi bundar.
b. Fundus uteri mengalami kontraksi kuat.
c. Uterus terdorong ke atas karena plasenta
lepas ke segmen bawah rahim.
d. Tali pusat bertambah panjang.
e. Terjadi perdarahan.
Ø Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala
tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
·
Persalinan
kala tiga lebih singkat
·
Mengurangi
jumlah kehilangan darah
·
Mengurangi
kejadian retensio plasenta.
- Asuhan Keperawatan Pada Kala III
Persalinan kala
III dimulai sejak bayi lahir sampai dengan pengeluaran plasenta. Lama kala III
adalah 1-30 menit dengan rata-rata menit pada nullipara dan 4-5 menit pada
multipara, tahap ini merupakan tahap yang paling singkat.
1. Pengkajian
a.
Aktivitas
:
Kaji rentang aktivitas klien mulai dari bugar sampai keletihan.
b. Sirkulasi :
Tekanan darah dapat meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian
kembali ke tingkat normal dengan cepat.
c. Makanan dan cairan :
Klien dapat kehilangan darah kira-kira 250-300 ml, untuk itu diperlukan
makanan dan cairan dengan jumlah yang adekuat.
d. Nyeri/ ketidaknyamanan :
Terdapat keluhan tremor kaki atau menggigil.
e. Keamanan :
Waspada terhadap adanya robekan atau laserasi pada jalan lahir atau
perluasan episiotomi.
f.
Seksualitas
:
Tali pusat memanjang pada muara vagina, uterus berubah dari diskoid menjadi
bentuk globular dan meninggikan abdomen. Darah berwarna hitam keluar dari
vagina yang menandakan lepasnya plasenta dari endometrium, biasanya hal ini
terjadi 1-5 menit setelah bayi lahir.
2.
Prioritas Keperawatan
a.
Meningkatkan
kontraktilitas uterus.
b. Mempertahankan volume cairan sirkulasi.
c. Meningkatkan keamanan maternal dan bayi
baru lahir.
d. Mendukung interaksi orang tua dengan bayi.
3.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d kontraksi rahim dan regangan pada jaringan.
b. Kurang pengetahuan b/d proses persalinan.
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
b/d perdarahan.
d. Resiko tinggi cedera maternal b/d
pelepasan plasenta.
4.
Intervensi
No.
Diagnosa
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Asuhan Keperawatan
|
Rasional
|
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|||
|
Nyeri
akut b/d kontraksi rahim dan regangan
pada jaringan.
|
|
1) Kaji tingkat nyeri secara konprehensif
(lokasi, durasi, kualitas dan faktor presipitas).
2) Berikan kompres es pada perinium setelah
melahirkan.
3) Bantu dengan menggunakan teknik
pernapasan selama perbaikan luka episiotomi.
4) Ganti pakaian yang basah.
5) Berikan selimut penghangat bila tremor
atau menggigil.
|
1) Pengkajian nyeri secara menyeluruh dapat
membantu perawat dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2) Memberikan kenyamanan dan anastesi
lokal.
3) Hal ini dapat meningkatkan relaksasi dan
pengalihan.
4) Memberikan kenyamanan dan kebersihan.
5) Tremor atau menggigil setelah melahirkan
terjadi karena hilangnya tekanan secara mendadak pada saraf pelvis atau
berhubungan dengan tranfusi janin ke ibu yang terjadi pada pelepasan
plasenta. Kebahagiaan dapat meningkatkan relaksasi otot dari perfusi
jaringan.
|
|
Kurang
pengetahuan b/d proses persalinan.
|
|
1) Diskusikan proses normal dari persalinan
kala III.
2) Jelaskan respon tertentu seperti tremor
atau menggigil.
3) Diskusikan rutinitas masa pemulihan
selama empat jam pertama setelah melahirkan dan orientasikan klien pada
petugas kesehatan yang baru bila sudah pindah di ruangan baru.
|
1) Memperjelas kesalahan konsep yang
dipahami.
2) Pemahaman dapat membantu klien dalam
menerima perubahan tersebut tanpa rasa cemas yang berlebihan.
3) Memberikan kesempatan pemberian
perawatan yang lebih optimal dan meningkatkan kerja sama antara perawat dan
klien.
|
|
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan b/d
perdarahan.
|
|
1) Instruksikan klien untuk mengejan saat
kontraksi dan fokuskan perhatiannya.
2) Hindari menarik tali pusat secara
berlebihan.
3) Kaji tanda vital setelah pemberian oksitosin.
4) Palpasi uterus dan perhatikan adanya
”balloning”.
5) Pantau tanda dan gejala kehilangan
cairan berlebih dan syok.
6) Berikan cairan infus bila ada indikasi.
7) Berikan oksitosin secara intravaskular
atau intramuskular sesuai indikasi.
8) Tempatkan bayi di payudara ibu.
9) Masase uterus dengan perlahan setelah
plasenta keluar.
10) Inspeksi permukaan plasenta maternal dan
fetal,perhatikan ukuran plasenta, insersi tali pusat, kelengkapan jumlah
kontiledon, dan adanya kalsifikasi pada plasenta.
11) Inspeksi keadaan jalan lahir, dan adanya
kemungkinan adanya laserasi.
12) Bantu sesuai kebutuhan bila ada
pengangkatan plasenta secara manual.
|
1) Mengejan membantu pelepasan dan
pengeluaran, menurunkan kehilangan darah, dan meningkatkan kontraksi uterus.
2) Tarikan yang terlalu kuat dapat
menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta serta
meningkatkan perdarahan.
3) Efek samping penggunaan oksitosin adalah
hipertensi.
4) Balloning menunjukkan perdarahan ke
dalam rongga uterus.
5) Perdarahan lebih dari 500 ml dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, sianosis dan penurunan
kesadaran.
6) Penggantian cairan secara parenteral
dapat membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi organ vital.
7) Oksitosin dapat meningkatkan efek
vasokontriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan postpartum.
8) Pengisapan bayi pada payudara ibu dapat
merangsang pelepasan oksitosin dari hiposfisis posterior, meningkatkan
kontaksi miometrium dan mengurangi perdarahan.
9) Rangsangan taktil yang lembut
menyebabkan miometrium berkontraksi, sehingga dapat mengurangi perdarahan.
10) Mendeteksi abnormalitas yang mungkin
berdampak pada ibu maupun bayi. Bila ada jaringan plasenta yang tertinggal
harus dilepaskan secara manual untuk mencegah perdarahan atau infeksi post
partum.
11) Laserasi dapat menimbulkan perdarahan.
12) Intervensi manual perlu dilakukan untuk
memudahkan pengeluaran plasenta dan menghentikan perdarahan.
|
|
Resiko
tinggi cedera maternal b/d
|
|
1) Kaji irama pernapasan.
2) Palpasi fundus dan masase dengan
perlahan.
3) Masase fundus dengan perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
|
1) Pada pelepasan plasenta ada bahaya
emboli cairan amnion yang masuk ke sirkulasi maternal yang menyebabkan emboli
paru.
2) Menghindari rangsangan berlebihan pada
fundus.
3) Masase pada bagian fundus dapat
memudahkan melepasnya plasenta.
|
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM
”KALA III”
Pengeluaran bayi/ janin
Pelepasan placenta
Kontraksi Uterus
Kurang informasi Resiko cedera
maternal
Eschaemi
otot-otot uterus
Kurang Pengetahuan
Cavum uteri mengecil
Menekan ujung saraf sensoris Miometrium bekas
implantasi plasenta
Kortex cerebri Terjadi
Perdarahan
Nyeri dipersepsikan Resiko kekurangan volume cairan
Nyeri
DAFTAR PUSTAKA
B.Sri Hari Ujiningtyas, 2009. “Asuhan Keperawatan Persalinan Normal”. Jakarta
: Salemba Medika
Bobak, Irene, dan Jensen Margareta. 2000. “Perawatan Maternitas dan
Ginekologi”. Terjemahan. Jilid I. Bandung
Dongoes Marylinn, 1996. “Rencana Perawatan Maternal/Bayi”. Alih bahasa
monica ester. Jakarta : EGC
Gulardi Winkjosastro, dkk, 2008. “Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal
(APN)”. Jakarta: JNPK-KR
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh