9/10/2018

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Harga Diri Rendah


Harga Diri Rendah




Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Pada Proses Belajar Mengajar Semester V
Jurusan Keperawatan Ambon

Disusun  Oleh :

KELOMPOK I :


1.      Siti Mutiah
2.      Jacob. P. Oratmangun
3.      Suryana. S. Irwan
4.      Nani. Thomia
5.      Abdul. M. Lilisula
6.      Fitri. A. Thomisio
7.      Dewanti S. Husen

8.      Evelin.A. Mussa
9.      Irmawati. Jamaludin
10.  Joane. J. Rahankoly
11.  Siti Sarah. Ohorela
12.  Viktor .D. Kainama
13.  Muh. Pamuji Kasmanto
14.  Merlyn. M. Manuputty




POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN
AMBON
2016



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Konsep Harga Diri Rendah” Tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami ingin mengucapkan terima kasih.  Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.


Ambon, 7 September 2016

                                                                                                            Kelompok 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
 Di zaman modern ini, globalisasi terjadi di berbagai bidang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Selain berbagai kemudahan, pada zaman modern ini juga memberikan banyak stresor bagi masyarakat. Stresor dapat memengaruhi keadaan jiwa seseorang Salah satunya harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998). Menurut WHO  sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat memengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Konsep Dasar Harga Diri Rendah?
2.      Bagaimana Konsep Asuhan Harga Diri Rendah?
C.  TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk Mengetahui Konsep Dasar Harga Diri Rendah
2.      Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah























bab ii
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP  DASAR HARGA DIRI RENDAH

a. Pengertian 
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
 Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Budi Anna Keliat, 2007).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).

b.  Etiologi

Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a.    Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1)   Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2)   Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
3)   Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b.    Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.
1.    Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2.    Faktor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

c. Patofisiologi
          Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak factor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis). individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
POHON MASALAH
HARGA DIRI RENDAH

1. Isolasi sosial

2. Defisit Perawatan diri




d.   Manifestasi Harga Diri Rendah
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah, Fitria (2009) :
1)      Mengkritik diri sendiri
2)      Perasaan tidak mampu
3)      Pandangan hidup yang pesimistis
4)      Tidak menerima pujian
5)      Penurunan produktivitas
6)      Penolakan terhadap kemampuan diri
7)      Kurang memperhatikan perawatan diri
8)      Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap lawan bicara
9)      Lebih banyak menunduk
10)  Bicara lambat dengan nada suara lemah





e. Penatalaksanaan

Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu:
a.       Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1)      Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2)      Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b.      Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
c.       Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d.      Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998:728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005:13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005:49).
e.       Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1)      Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2)      Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).
3)      Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4)     ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
f.       Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).














B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual.  (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1.     Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2.     Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3.     Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4.     Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5.     Psikososial
a.     Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b.     Konsep diri
c.      Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d.     Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e.      Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f.       Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g.     Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
h.     Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
i.       Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
j.       Status mental
1.     Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.
2.     Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3.     Aktivitas motorik
a.    Lesu, tegang, gelisah.
b.   Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c.    Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d.   Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e.    Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari
f.     Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4.     Alam perasaan
a.     Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b.     Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c.      Khawatir : objeknya belum jelas
5.     Afek
a.     Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.
b.     Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c.      Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d.     Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6.     Interaksi selama wawancara
a.     Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b.     Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c.      Mudah tersinggung
d.     Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah
e.      Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f.       Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
g.     Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien berhalusinasi.
7.     Proses pikir
a.     Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b.     Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c.      Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
d.     Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e.      Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali
f.       Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g.     Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8.     Isi fikir
a.     Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b.     Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c.      Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d.     Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e.      Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait pada dirinya.
f.       Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
g.     Waham :
1.     Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2.     Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan
3.     Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
4.     Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5.     Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6.     Waham yang bizar
a.     Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b.     Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai kenyataan
c.      Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6.  Tingkat kesadaran
a.     Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b.     Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c.      Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang terjadi dilingkungannya
d.     Orientasi : waktu, tempat dan orang
e.      Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f.       Memori
1.     Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2.     Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
3.     Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4.     Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5.     Tingkat konsentrasi
a.     Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b.     Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c.      Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-benda yang nyata
d.     Daya tilik diri
1.     Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2.     Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
3.     Kebutuhan persiapan pulang
a.     Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b.     Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c.      Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d.     Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan klien.
e.      Istirahat dan tidur
Observasi  dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f.       Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g.     Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem pendukung yang dimiliki.
h.     Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i.       Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah.
j.       Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.

4.        Aspek medis
       Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
                                                                                     

2. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Defisit Perawatan diri

                                    


3.      Rencana Tindakan Keperawatan
No DX
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi
1.
I
Isolasi sosial : menarik diri
TUM :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah .x.. kali pertemuan / lebih hubungan saling percaya dapat dibina :
a.       Ekspresi wajah yang bersahabat
b.      Hubungan terapeutik dapat terealisasi dengan menunjukan rasa senang
c.       Ada kontak mata
d.      klien mau berjabat tangan
e.       Klien mau menjawab salam
f.       Klien mau mengungkapkan perasaannya.
g.      Klien mau bercerita mengenai masalah yang dihadapinya.

a.       Beri salam atau panggil nama sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
b.      Jelaskan maksud hubungan interaksi
c.       Jelaskan kontrak yang harus dibuat
d.      Beri rasa aman dan sikap empati
e.       Lakukan  kontak singkat tapi sering







TUK 2 :
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Setelah .x.. kali pertemuan, klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien

a.       Diskusikan kemampuan dan aspek positif  yang dimiliki klien
b.      Hindari memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang realistis


TUK 3 :
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Setelah ..x. kali pertemuan, klien menilai kemampuan yang digunakan minimal 3 kemampuan / kegiatan.

a.       Diskusikan dengan klien kemampuan yang digunakan
b.      Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan.


TUK 4 :
Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Setelah ..x. kali pertemuan, klien membuat rencana kegiatan

a.       Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
b.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
c.       Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan sesuai kemampuan


TUK 5 :
Klien dapat melaku-kan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya

Setelah 1 kali pertemuan, klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya

a.       Beri kesempatan untuk melakukan kegiatan sesuai rencana
b.      Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan tindakan
c.       Diskusikan kemampuan pelaksanaan kegiatan di rumah


TUK 6
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Setelah dua kali interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

a.       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tantang cara merawat lien dengan harga diri rendah
b.      Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rumah
2
II
Defisit perawtan diri
TUM :
Klien dapat mearawat dirinya sendiri
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Setelah ..x. kali interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :
a.    Ekspresi wajah bersahabat
b.    Ada kontak mata
c.    Mau menyebutkan nama
d.   Mau menjawab salam
e.   Mau duduk berdampingan dengan perawat
f.   Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a.     Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b.    Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
c.     Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d.    Buat kontrak yang jelas
e.     Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
f.     Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
g.     Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

h.    Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
i.      Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien


TUK 2 :
Klien mengetahui pentingnya perawatan diri

Dalam tiga kali pertemuan klien dapat menyebutkan:
a.    Penyebab tidak merawat diri
b.    Manfaat menjaga pearawatan diri
c.    Tanda-tanda bersih dan rapih
d.   Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan

Diskusikan dengan klien:
a.   Penyebab klien tidak merawat diri
b.  Manfaat menjaga pearawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial
c.   Tanda-tanda perawatan diri yang baik
d.  Penyait atau gangguan keseahatan yang dialami oleh klien jika perawatan diri tidak adekuat


3. Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri
a.       Dalam tiga kali pertemuan klien menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri:
1)          Frekunsi mandi
2)          Frekunsi gosok gigi
3)          Frekunsi keramas
4)          Frekunsi ganti pakaian
5)          Frekunsi berhias
6)          Frekunsi gunting kuku
b.      Dalam tiga kali interaksi klien menjelaskancara menjaga kebersihan diri:
1)      Cara mandi
2)      Cara gosok gigi
3)      Cara keramas
4)      Cara ganti pakaian
5)      Cara berhias
6)      Cara gunting kuku
a.       Diskusiakan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini:
1)      Mandi
2)      Gosok gigi
3)      Keramas
4)      Ganti pakaian
5)      Berhias
6)      Gunting kuku
b.      Diskusiakan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar:
1)      Mandi
2)      Gosok gigi
3)      Keramas
4)      Ganti pakaian
5)      Berhias
6)      Gunting kuku
c.       Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif


4.      Klien dapat melaksanakan perawatan dengan bantuan perawat
Dalam dua kali interaksai klien mempraktekn keperawatan diri dengan dibantu oleh perawat
a.   Mandi
b.  Gosok gigi
c.   Keramas
d.  Ganti pakaian
e.   Berhias
f.   Gunting kuku
a.     Bantu lien saat perawatan diri:
1)      Mandi
2)      Gosok gigi
3)      Keramas
4)      Ganti pakaian
5)      Berhias
6)      Gunting kuku
b.     Beri pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri


5.      Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri
Dalam tiga kali interaksi klien melaksanakan praktek perawatan diri yang mandiri:
a.   Mandi dua kali sehari
b.  Gosok gigi setelah makan
c.   Keramas dua kali seminggu
d.  Ganti pakaian satu kali sehari
e.   Berhias sehabis mandi
f.   Gunting kuku setelah mulai panjang
a.       Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri:
1)      Mandi
2)      Gosok gigi
3)      Keramas
4)      Ganti pakaian
5)      Berhias
6)      Gunting kuku
b.      Beri pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri.


6.      Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri
a.       Dalam tiga kali interaksi kelurga menjelasakan cara membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri
b.    Dalam dua kali interaksi keluarga menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi, shampo, pasta gigi, sikat gigi, handuk, pakaian bersih, sandal dan alat berhias.
c.     Keluarga mempraktekan perawatan diri pada klien
a.       Diskusikan dengan keluarga:
1)      Penyebab klien tidak meaksanakan perawatan diri
2)  Tindakan yang btelah dilakukan klien selama dirumah sakit dalam menjaga perawatan diri dan kemajuan yang telah dialami klien
3)  Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan kemampuan klien dalam perawatan diri
b.      Diskusikan dengan keuarga tentang:
1)      Sarana yang dipelukn klien untuk menjaga perawatan diri klien
2)       Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut
c.       Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri:
1)      Anjurkan keluarga untuk mempraktekan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, dan gunting kuku)
2)      Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, dan gunting kuku
3)      Bantu jika klien mengalami hambatan dalam perawatan diri
4)      Berikan pujian atas keberhasilan klien

                      

 

 

 

 

 

 














BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
  Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang  berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998). 
Dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang merawat tercapai.

B. Saran
1.     Klien
Libatkan klien dalam aktivitas positif
Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2.     Keluarga
Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
Menerima klien apa adanya
Hindari pemberian penilaian negative
3.     Perawat
Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
Memberi reinforcement

 


DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.




 



No comments:

Post a Comment

jangan komen yang aneh-aneh