Harga Diri Rendah
Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Pada Proses Belajar Mengajar Semester
V
Jurusan Keperawatan Ambon
Disusun Oleh :
KELOMPOK
I :
1.
Siti Mutiah
2.
Jacob. P. Oratmangun
3.
Suryana. S. Irwan
4.
Nani. Thomia
5.
Abdul. M. Lilisula
6.
Fitri. A. Thomisio
7.
Dewanti S. Husen
|
8.
Evelin.A. Mussa
9.
Irmawati. Jamaludin
10. Joane.
J. Rahankoly
11. Siti
Sarah. Ohorela
12. Viktor
.D. Kainama
13. Muh.
Pamuji Kasmanto
14. Merlyn.
M. Manuputty
|
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN
KEPERAWATAN
AMBON
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Konsep Harga Diri Rendah” Tepat pada
waktunya.
Dalam
penulisan makalah ini kami ingin mengucapkan terima kasih. Kami
menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.
Ambon, 7 September 2016
Kelompok
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di zaman modern ini, globalisasi terjadi di berbagai bidang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Selain berbagai
kemudahan, pada zaman modern ini juga memberikan banyak stresor bagi
masyarakat. Stresor dapat memengaruhi keadaan jiwa seseorang Salah satunya
harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998). Menurut
WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental
dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.Menurut UU Kesehatan
RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis.Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk
sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang
yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut
sangat memengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu
harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah
mengalami suatu kejadian yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut
mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat
melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya
tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu
kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali.
Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien
yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan
pendekatan secara individual maupun kelompok.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Dasar Harga Diri Rendah?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Harga Diri Rendah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Harga Diri
Rendah
2. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan
Harga Diri Rendah
bab ii
TINJAUAN
PUSTAKA
A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH
a. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).
Individu cenderung untuk
menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI,
2000).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Budi Anna Keliat, 2007).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam
Fitria, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 1998).
b. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus
diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.
1. Faktor predisposisi
Faktor
predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Factor
presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini
dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
c. Patofisiologi
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses
kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau
dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan
mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negative mendorong
individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak
factor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis). individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri
tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah
kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan
positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
POHON MASALAH
HARGA DIRI RENDAH
1. Isolasi sosial
2. Defisit Perawatan diri
d. Manifestasi Harga Diri Rendah
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa
dengan harga diri rendah, Fitria (2009) :
1)
Mengkritik diri sendiri
2)
Perasaan tidak mampu
3)
Pandangan hidup yang pesimistis
4)
Tidak menerima pujian
5)
Penurunan produktivitas
6)
Penolakan terhadap kemampuan diri
7)
Kurang memperhatikan perawatan diri
8)
Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak
berani menatap lawan bicara
9)
Lebih banyak menunduk
10) Bicara lambat
dengan nada suara lemah
e. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep
diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku
harga diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk
golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil,
Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk
generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia),
Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila
klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro
Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia
yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998:728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori,
therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005:13). Dari empat jenis therapy aktivitas
kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy
yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat, 2005:49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis
terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah
terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah
bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto,
2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau
sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan
klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu
tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi
interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun
isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang : nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia
klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang,
atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang
sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman
yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat
badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga,
dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki
atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan /
kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien
akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri
tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak
sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup
klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam
kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan
keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
j. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras,
terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu,
menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang,
gelisah.
b. Agitasi :
gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c. Tik :
gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d. Grimasem :
gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e. Tremor :
jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan
jari-jari
f. Kompulsif
: kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4.
Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang
berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti
sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman
muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada
stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat
berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan
atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik
terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau
pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap
lawan bicara
f. Curiga :
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
g. Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi,
frekuensi gejala yang tampak pada saat klien berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang
berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang
berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan
tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan
yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti
tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali
f. Perseferasi :
kata-kata yang diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang
diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu
muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis
/ tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap
adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien
yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan
klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait
pada dirinya.
f. Pikiran magis
: keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau
diluar kemampuannya.
g. Waham :
1. Agama : keyakinan klien terhadap
suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
2. Somatik : keyakinan klien
terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang
berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
4. Curiga : keyakinan klien bahwa
ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5. Nihilistik : klien yakin bahwa
dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6. Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ad aide
pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya, disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada
orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun klien tidak pernah
menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak
sesuai kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin
pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara berulang-ulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
a.
Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada
tujuan).
b.
Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c.
Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi
klien mengerti semua yang terjadi dilingkungannya
d.
Orientasi : waktu, tempat dan orang
e.
Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f.
Memori
1. Gangguan
mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2. Gangguan
mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
3. Gangguan
mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4. Konfabulasi
: pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak
benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5. Tingkat
konsentrasi
a. Mudah
beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b. Tidak
mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak
mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-benda yang
nyata
d. Daya
tilik diri
1. Mengingkari
penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik
dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien
menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2. Menyalahkan
hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan
timbulnya penyakit
atau masalah sekarang
3. Kebutuhan
persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah,
variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
b. Buang
Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau
membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang
frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi
kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam
mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan klien.
e. Istirahat
dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau
malam, persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan
obat
Observasi penggunaan obat,
frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g. Pemeliharaan
kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang
bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas
di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam
mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri,
mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas
di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam
belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang dilakukan di luar
rumah.
j. Pola
dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara
dengan klien atau keluarganya.
4. Aspek
medis
Tulis diagnosa medis yang telah
diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmaka dan terapi lain.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Defisit Perawatan diri
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No DX
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi
1.
I
Isolasi sosial : menarik diri
TUM :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara optimal
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Setelah .x.. kali pertemuan / lebih hubungan saling percaya dapat
dibina :
a. Ekspresi wajah yang bersahabat
b.
Hubungan
terapeutik dapat terealisasi dengan menunjukan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. klien mau berjabat tangan
e. Klien mau menjawab salam
f. Klien mau mengungkapkan perasaannya.
g.
Klien
mau bercerita mengenai masalah yang dihadapinya.
a.
Beri
salam atau panggil nama sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
b. Jelaskan maksud hubungan interaksi
c. Jelaskan kontrak yang harus dibuat
d.
Beri
rasa aman dan sikap empati
e. Lakukan
kontak singkat tapi sering
TUK 2 :
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Setelah .x.. kali pertemuan, klien dapat mengidentifikasikan
aspek positif klien, keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien
a.
Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
b.
Hindari
memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang realistis
TUK 3 :
Klien dapat menilai
kemampuan yang digunakan
Setelah ..x. kali pertemuan, klien menilai kemampuan yang
digunakan minimal 3 kemampuan / kegiatan.
a.
Diskusikan
dengan klien kemampuan yang digunakan
b.
Diskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkan.
TUK 4 :
Klien dapat menetapkan
(merencanakan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Setelah ..x. kali pertemuan, klien membuat rencana kegiatan
a.
Rencana
bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
c.
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan sesuai kemampuan
TUK 5 :
Klien dapat melaku-kan
kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya
Setelah 1 kali pertemuan,
klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
a.
Beri
kesempatan untuk melakukan kegiatan sesuai rencana
b.
Beri
pujian atas keberhasilan klien melakukan tindakan
c.
Diskusikan
kemampuan pelaksanaan kegiatan di rumah
TUK 6
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Setelah dua kali interaksi klien memanfaatkan sistem
pendukung yang ada di keluarga
a.
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tantang cara merawat lien dengan
harga diri rendah
b. Bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien di rumah
2
II
Defisit perawtan diri
TUM :
Klien dapat mearawat dirinya sendiri
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Setelah ..x. kali interaksi klien menunjukkan
tanda-tanda percaya kepada perawat :
a.
Ekspresi wajah bersahabat
b.
Ada kontak mata
c.
Mau menyebutkan nama
d.
Mau menjawab salam
e.
Mau duduk berdampingan dengan perawat
f.
Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
a.
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b.
Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
c.
Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d.
Buat kontrak yang jelas
e. Tunjukkan
sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
f. Tunjukkan
sikap empati dan menerima apa adanya
g. Beri
perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
i.
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
TUK 2 :
Klien mengetahui pentingnya
perawatan diri
Dalam tiga kali pertemuan klien
dapat menyebutkan:
a.
Penyebab tidak merawat diri
b.
Manfaat menjaga pearawatan diri
c.
Tanda-tanda bersih dan rapih
d. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan
Diskusikan dengan klien:
a.
Penyebab klien tidak merawat diri
b. Manfaat menjaga pearawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial
c.
Tanda-tanda perawatan diri yang baik
d. Penyait
atau gangguan keseahatan yang dialami oleh klien jika perawatan diri tidak
adekuat
3. Klien
mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri
a.
Dalam tiga kali pertemuan klien menyebutkan frekuensi menjaga perawatan
diri:
1)
Frekunsi mandi
2)
Frekunsi gosok gigi
3)
Frekunsi keramas
4)
Frekunsi ganti pakaian
5)
Frekunsi berhias
6)
Frekunsi gunting kuku
b. Dalam tiga
kali interaksi klien menjelaskancara menjaga kebersihan diri:
1) Cara mandi
2) Cara gosok
gigi
3) Cara
keramas
4) Cara ganti
pakaian
5) Cara
berhias
6) Cara
gunting kuku
a.
Diskusiakan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini:
1) Mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
4) Ganti
pakaian
5) Berhias
6) Gunting
kuku
b. Diskusiakan
cara praktek perawatan diri yang baik dan benar:
1) Mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
4) Ganti
pakaian
5) Berhias
6) Gunting
kuku
c.
Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif
4. Klien dapat
melaksanakan perawatan dengan bantuan perawat
Dalam dua kali interaksai klien mempraktekn keperawatan diri dengan
dibantu oleh perawat
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas
d. Ganti
pakaian
e. Berhias
f. Gunting
kuku
a. Bantu lien
saat perawatan diri:
1) Mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
4) Ganti
pakaian
5) Berhias
6) Gunting
kuku
b. Beri
pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri
5. Klien dapat
melaksanakan perawatan diri secara mandiri
Dalam tiga kali interaksi klien melaksanakan praktek perawatan diri yang
mandiri:
a. Mandi dua
kali sehari
b. Gosok gigi
setelah makan
c. Keramas
dua kali seminggu
d. Ganti
pakaian satu kali sehari
e. Berhias
sehabis mandi
f. Gunting
kuku setelah mulai panjang
a.
Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri:
1)
Mandi
2)
Gosok gigi
3)
Keramas
4)
Ganti pakaian
5)
Berhias
6)
Gunting kuku
b. Beri
pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
6. Klien
mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri
a.
Dalam tiga kali interaksi kelurga menjelasakan cara membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan perawatan diri
b. Dalam dua
kali interaksi keluarga menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi,
shampo, pasta gigi, sikat gigi, handuk, pakaian bersih, sandal dan alat
berhias.
c. Keluarga
mempraktekan perawatan diri pada klien
a.
Diskusikan dengan keluarga:
1) Penyebab
klien tidak meaksanakan perawatan diri
2) Tindakan
yang btelah dilakukan klien selama dirumah sakit dalam menjaga perawatan diri
dan kemajuan yang telah dialami klien
3) Dukungan
yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
perawatan diri
b. Diskusikan
dengan keuarga tentang:
1) Sarana
yang dipelukn klien untuk menjaga perawatan diri klien
2)
Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut
c.
Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam
perawatan diri:
1) Anjurkan
keluarga untuk mempraktekan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, ganti
baju, dan gunting kuku)
2) Ingatkan
klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, dan gunting kuku
3) Bantu jika
klien mengalami hambatan dalam perawatan diri
4) Berikan
pujian atas keberhasilan klien
No DX
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi
1.
I
Isolasi sosial : menarik diri
TUM :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara optimal
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Setelah .x.. kali pertemuan / lebih hubungan saling percaya dapat
dibina :
a. Ekspresi wajah yang bersahabat
b.
Hubungan
terapeutik dapat terealisasi dengan menunjukan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. klien mau berjabat tangan
e. Klien mau menjawab salam
f. Klien mau mengungkapkan perasaannya.
g.
Klien
mau bercerita mengenai masalah yang dihadapinya.
a.
Beri
salam atau panggil nama sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
b. Jelaskan maksud hubungan interaksi
c. Jelaskan kontrak yang harus dibuat
d.
Beri
rasa aman dan sikap empati
e. Lakukan
kontak singkat tapi sering
TUK 2 :
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Setelah .x.. kali pertemuan, klien dapat mengidentifikasikan
aspek positif klien, keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien
a.
Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
b.
Hindari
memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang realistis
TUK 3 :
Klien dapat menilai
kemampuan yang digunakan
Setelah ..x. kali pertemuan, klien menilai kemampuan yang
digunakan minimal 3 kemampuan / kegiatan.
a.
Diskusikan
dengan klien kemampuan yang digunakan
b.
Diskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkan.
TUK 4 :
Klien dapat menetapkan
(merencanakan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Setelah ..x. kali pertemuan, klien membuat rencana kegiatan
a.
Rencana
bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
c.
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan sesuai kemampuan
TUK 5 :
Klien dapat melaku-kan
kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya
Setelah 1 kali pertemuan,
klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
a.
Beri
kesempatan untuk melakukan kegiatan sesuai rencana
b.
Beri
pujian atas keberhasilan klien melakukan tindakan
c.
Diskusikan
kemampuan pelaksanaan kegiatan di rumah
TUK 6
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Setelah dua kali interaksi klien memanfaatkan sistem
pendukung yang ada di keluarga
a.
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tantang cara merawat lien dengan
harga diri rendah
b. Bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien di rumah
2
II
Defisit perawtan diri
TUM :
Klien dapat mearawat dirinya sendiri
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Setelah ..x. kali interaksi klien menunjukkan
tanda-tanda percaya kepada perawat :
a.
Ekspresi wajah bersahabat
b.
Ada kontak mata
c.
Mau menyebutkan nama
d.
Mau menjawab salam
e.
Mau duduk berdampingan dengan perawat
f.
Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
a.
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b.
Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
c.
Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d.
Buat kontrak yang jelas
e. Tunjukkan
sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
f. Tunjukkan
sikap empati dan menerima apa adanya
g. Beri
perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
i.
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
TUK 2 :
Klien mengetahui pentingnya
perawatan diri
Dalam tiga kali pertemuan klien
dapat menyebutkan:
a.
Penyebab tidak merawat diri
b.
Manfaat menjaga pearawatan diri
c.
Tanda-tanda bersih dan rapih
d. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan
Diskusikan dengan klien:
a.
Penyebab klien tidak merawat diri
b. Manfaat menjaga pearawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial
c.
Tanda-tanda perawatan diri yang baik
d. Penyait
atau gangguan keseahatan yang dialami oleh klien jika perawatan diri tidak
adekuat
3. Klien
mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri
a.
Dalam tiga kali pertemuan klien menyebutkan frekuensi menjaga perawatan
diri:
1)
Frekunsi mandi
2)
Frekunsi gosok gigi
3)
Frekunsi keramas
4)
Frekunsi ganti pakaian
5)
Frekunsi berhias
6)
Frekunsi gunting kuku
b. Dalam tiga
kali interaksi klien menjelaskancara menjaga kebersihan diri:
1) Cara mandi
2) Cara gosok
gigi
3) Cara
keramas
4) Cara ganti
pakaian
5) Cara
berhias
6) Cara
gunting kuku
a.
Diskusiakan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini:
1) Mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
4) Ganti
pakaian
5) Berhias
6) Gunting
kuku
b. Diskusiakan
cara praktek perawatan diri yang baik dan benar:
1) Mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
4) Ganti
pakaian
5) Berhias
6) Gunting
kuku
c.
Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif
4. Klien dapat
melaksanakan perawatan dengan bantuan perawat
Dalam dua kali interaksai klien mempraktekn keperawatan diri dengan
dibantu oleh perawat
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas
d. Ganti
pakaian
e. Berhias
f. Gunting
kuku
a. Bantu lien
saat perawatan diri:
1) Mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
4) Ganti
pakaian
5) Berhias
6) Gunting
kuku
b. Beri
pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri
5. Klien dapat
melaksanakan perawatan diri secara mandiri
Dalam tiga kali interaksi klien melaksanakan praktek perawatan diri yang
mandiri:
a. Mandi dua
kali sehari
b. Gosok gigi
setelah makan
c. Keramas
dua kali seminggu
d. Ganti
pakaian satu kali sehari
e. Berhias
sehabis mandi
f. Gunting
kuku setelah mulai panjang
a.
Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri:
1)
Mandi
2)
Gosok gigi
3)
Keramas
4)
Ganti pakaian
5)
Berhias
6)
Gunting kuku
b. Beri
pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
6. Klien
mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri
a.
Dalam tiga kali interaksi kelurga menjelasakan cara membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan perawatan diri
b. Dalam dua
kali interaksi keluarga menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi,
shampo, pasta gigi, sikat gigi, handuk, pakaian bersih, sandal dan alat
berhias.
c. Keluarga
mempraktekan perawatan diri pada klien
a.
Diskusikan dengan keluarga:
1) Penyebab
klien tidak meaksanakan perawatan diri
2) Tindakan
yang btelah dilakukan klien selama dirumah sakit dalam menjaga perawatan diri
dan kemajuan yang telah dialami klien
3) Dukungan
yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
perawatan diri
b. Diskusikan
dengan keuarga tentang:
1) Sarana
yang dipelukn klien untuk menjaga perawatan diri klien
2)
Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut
c.
Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam
perawatan diri:
1) Anjurkan
keluarga untuk mempraktekan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, ganti
baju, dan gunting kuku)
2) Ingatkan
klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, dan gunting kuku
3) Bantu jika
klien mengalami hambatan dalam perawatan diri
4) Berikan
pujian atas keberhasilan klien
BAB
IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat,
1998).
Dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan
saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis
(dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masarakat)
terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang merawat
tercapai.
B. Saran
1. Klien
Libatkan klien
dalam aktivitas positif
Minum obat secara
rutin dengan prinsip 5B
Memahami aspek
positif dan kemampuan yang dimilikinya
Berlatih untuk
berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
Mau dan mampu
berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
Membantu klien
dalam pemenuhan aktivitas positif
Menerima klien apa
adanya
Hindari pemberian
penilaian negative
3. Perawat
Lebih mengingatkan
terapi theraupetik terhadap klien
Menyarankan
keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
Meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
Memberi
reinforcement
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).
Jakarta: Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh