BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Beberapa
penyakit yang dapat mengganggu pola eliminasi manusia, diantaranya adalah
infeksi saluran kemih.Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin
melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah
signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam
urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen infeksi yang paling sering adalah
Eschericia coli, Proteus sp, Klebsiella sp, Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab
utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).
Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai
angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira
mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki-laki maupun wanita dari semua umur
baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan
tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan
angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Hal ini disebabkan karena saluran kemih wanita lebih pendek, sehingga bakteri lebih
mudah mencapai kandung kemih. Uretra
atau saluran kemih pada wanita yang meneruskan urine dari kandung kemih ke
bagian luar tubuh terletak dekat dengan anus. Membilas dengan cara yang salah
dari belakang ke depan mengakibatkan bakteri dari usus besar, seperti E.coli,
dapat keluar dari anus dan masuk ke saluran kencing. Bakteri ini kemudian
menginfeksi kandung kemih yang jika tidak segera diobati juga dapat menginfeksi
ginjal.
Untuk
menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria
yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis.
Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan
bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105
koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis
bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi
ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam
kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif,
mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas
menurun. Baik seluler maupun hormonal, adanya hambatan pada aliran urin,
hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK)
merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapt ditarik adalah ‘Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny.R
Dengan ISK di Ruang Interna Wanita RSUD
C. Tujuan
Penulisan
- Tujuan Umum
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada “Ny.R” dengan ISK di ruang interna wanita RSUD
- Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa
dapat melakukan pengkajian pada “Ny.R” dengan infeksi
saluran kemih.
b.
Mahasiswa
dapat merumuskan diagnosa pada “Ny.R” dengan infeksi saluran kemih.
c.
Mahasiswa
dapat menetukan intervensi keparawatan pada “Ny.R” dengan infeksi saluran kemih.
d.
Mahasiswa
dapat melakukan tindakan keperawatan pada “Ny.R” dengan infeksi saluran kemih.
e.
Mahasiswa
dapat melakukn evaluasi keperawatan pada “Ny.R” dengan infeksi saluran kemih.
f.
Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi pada “Ny.R” dengan infeksi
saluran kemih.
D. Manfaat Penulisan
- Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini
dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya mahasiswa
jurusan keperawatan.
- Manfaat Praktis
Hasil makalah ini dapat memberikan
sumbangan dan masukan mengenai Asuhan Keperawatan Perkemihan Infeksi Saluran
Kemih.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1.
Pengertian
Infeksi saluran
kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih
akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri
(M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).
Infeksi saluran
kemih merupakan reaksi inflamasi sel–sel urotelium melapisi saluran kemih
(Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).
Infeksi Saluran
Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal. 112).
2.
Klasifikasi
Menurut M. Clevo
Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung kemih dapat
diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu:
a.
Kandung
kemih (sistitis)
b.
Uretra
(uretritis)
c.
Prostat
(prostatitis)
d.
Ginjal
(pielonefritis)
Infeksi saluran
kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi
(Engram, Barbara 1998) :
a.
Infeksi
saluran kemih Uncomplicated ( simple )
Infeksi saluran kemih
sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik, anatomik
maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih
ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi
hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
b.
Infeksi
saluran kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak
masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas kuman penyebab
sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika , sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat
keadaan-keadaan sebagai berikut :
1)
Kelainan
abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan prostatitis.
2)
Kelainan
faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
3)
Gangguan
daya tahan tubuh.
4)
Infeksi
yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang memproduksi
urease.
3.
Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1.1 : Anaotomi Sistem
Perkemihan
Saluran
perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal merupakan organ yang
berbentuk seperti kacang
dan terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dibanding ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup terletak
di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat
Ginjal + 125 gram.
Ureter merupakan
saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang ureter 10 –
12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih
adalah suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di
belakang os pubis, yang tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan
berfungsi sebagai tempat penampungan urine sementara dan menyalurkan urine ke
uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat mengembang dan berjalan dari
kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8
inci.
Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah
:
a.
Ultra
filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
b.
Pengendalian
cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c.
Keseimbangan
asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi ion H dan
pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
d.
Mengatur
tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
e.
Mengatur
metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
f.
Memproduksi
eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang sumsum
tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
g.
Ekskresi
produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada filtrasi
glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan
unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine. Ginjal ini tersusun + 1 juta
nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding kapiler
glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu:
a)
Tubulus
proximal
Dalam keadaan normal, + 20 %
dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah 80
liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan molekul
kecil lainnya masuk ke dalam tubulus
proximal di proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap kembali ke dalam darah,
kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak).
b)
Ansa
henle
Cairan dari tubulus proximal
masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle desenden, ada
transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik
lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)
c)
Tubulus
Distal
Di dalam tubulus ini terjadi
3 proses yaitu :
·
Reabsorbsi
air oleh anti diuretik hormone
Bila tubuh kekurangan air
maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon sehingga penyerapan di
distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya bila air
berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang
akhirnya jadi urine banyak.
·
Bekerjanya
anti diuretik hormone
Anti diuretik hormon dapat
juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan transportasi aktif
yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
·
Sekresi
zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
d)
Ductus
Kolligentes
Merupakan tubulus penampung
setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses reabsorbsi air oleh anti
diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus kolligentes maka disebut dengan “urine” yang dilanjutkan
ke kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine
ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka
sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat
penampungan sementara.
e)
Vesika
Urinaria
Suatu
kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi
sedikit urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit
bertambah. Dari volume 100 – 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena
Musculus Detrusor mengembang mengikuti
jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan
Musculus Detrusor.
Regangan
ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan
susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus
Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk
membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar
tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi urine
Urine
yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing,
berat jenis 1010 – 1030. Urine terdiri dari : Air,
elektrolit, zat asam sisa metabolisme.
4.
Etiologi
a.
Jenis-jenis
mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1)
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2)
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3)
Enterobacter, staphylococcus epidemidis,
enterococci, dan-lain-lain.
b.
Prevalensi
penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1)
Sisa
urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
kurang efektif
2)
Mobilitas
menurun
3)
Nutrisi
yang sering kurang baik
4)
Sistem
imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5)
Adanya
hambatan pada aliran urin
6)
Hilangnya
efek bakterisid dari sekresi prostat
5.
Patofisiologi
·
Akumulasi etiologi dan faktor
resiko (infeksi mikroorganisme, Makanan
terkontaminasi Jaringan parut total
penggunaan steroid dalam jangka, mikroorganisme
masuk tersumbat
panjang, usia lanjut, anomaly lewat
mulut
saluran kemih, cidera uretra, Obstruksi saluran kemih
riwayat ISK). HCL
(lambung) yang
bermuara ke
vesika
urinarius
Hidup Tidak
hidup
Usus terutama pleg player Resiko Infeksi Peningkatan tekanan VU
Kuman mengeluarkan
Endotoksin Mati Penebalan
dinding VU
Bakteremia primer Difagosit $ kontraksi otot VU
Tidak difagosit Procesia
pada kulit dan Kesulitan
berkemih
tidak hipertermi
Bakteremia sekunder Pembuluh
darah kapiler Retensi urine
Hipotalamus Ureter Reinteraksi abdominal
Menekan termoreguler Iritasi ureteral
Obstruksi
Hipertermi Oliguria
Mual, muntah
Peradangan Gangguan eliminasi Kekurangan volume
Urine cairan
Peningkatan Depresi saraf perifer
frekuensi / dorongan
kontraksi uretral
Nyeri
Gambar 1.2 : Penyimpangan KDM Infeksi Saluran Kemih
Sumber : Nurarif, A. Huda.2015. Aplikasi
Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
Infeksi Saluran
Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.
Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu:
-
Masuknya
mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi
fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
-
Naiknya
bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen
yaitu: sering terjadi pada pasien yang
system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen
Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan
parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut
terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
-
Sisa
urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
-
Mobilitas
menurun
-
Nutrisi
yang sering kurang baik
-
System
imunnitas yng menurun
-
Adanya
hambatan pada saluran urin
-
Hilangnya
efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam
kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan
sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan
ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius.
Selain itu,
beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi
aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi
prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
6.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah
(sistitis):
-
Nyeri
yang sering dan rasa panas ketika berkemih
-
Spasame
pada area kandung kemih dan suprapubis
-
Hematuria
-
Nyeri
punggung dapat terjadi
Tanda dan
gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
-
Demam
-
Menggigil
-
Nyeri
panggul dan pinggang
-
Nyeri
ketika berkemih
-
Malaise
-
Pusing
-
Mual
dan muntah
7.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Urinalisis
·
Leukosuria
atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment
air kemih.
·
Hematuria:
hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b.
Bakteriologis
·
Mikroskopis : Pada
pemeriksaan mikroskopik dapat digunakan urin segar tanpa diputar pewarnaan
gram. Bakteri poitif bila dijumpai satu bakteri lapang pandang minyak emersi.
·
Biakan
bakteri : Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis
ISK yaitu bila ditemukan dalam jumlah bermakna.
c.
Kultur
urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d.
Hitung
koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
e.
Metode
tes
·
Tes
dipstick multistrip untuk WBC (tes
esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes
esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat,
Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
·
Tes
Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritis akut akibat organisme menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
·
Tes-
tes tambahan:
Intravenous pyelogram (IVP) adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan
untuk bisa mengetahui adanya suatu gangguan di sistem saluran kemih dengan
menggunakan X-ray.
Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini dilakukan untuk bisa mengetahui adanya
suatu gangguan di kandung kemih serta ginjal dengan cara menggunakan gelombang
ultrasound.
Sitoskopi : Metode pemeriksaan yang dilakukan untuk bisa mengetahui adanya
suatu masalah yang terjadi di kandung kemih dan mungkin menjadi penyebab
infeksi saluran kemih atas dengan cara memasukkan selang kecil yang sudah
dilengkapi dengan kamera.
8.
Penatalaksanaan
Penanganan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut
dapat dibedakan atas:
·
Terapi
antibiotika dosis tunggal
·
Terapi
antibiotika konvensional: 5-14 hari
·
Terapi
antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
·
Terapi
dosis rendah untuk supresi
Pemakaian
antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif
(mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan
medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan
kemungkinan
adanya:
·
Gangguan
absorbsi dalam alat pencernaan
·
Interansi
obat
·
Efek
samping obat
·
Gangguan
akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada
usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
- Efek nefrotosik obat
- Efek toksisitas obat
B.
Konsep Dasar Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas
Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit.
b.
Riwayat
Kesehatan
1)
Keluhan Utama
Merupakan riwayat kesehatan
klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK
bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak
di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien
biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
2)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan riwayat kesehatan
klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK
bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak
di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien
biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
3)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian biasanya
ditemukan kemungkinan penyebab infeksi salurankemih dan memberi petunjuk berapa
lama infeksi sudah di alami klien. Biasanya klien dengan ISKpada waktu dulu
pernah mengalami penyankit infeksi saluran kemih sebelumnya atau penyakitginjal
polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki riwayatpenyakit DM dan
pemakaian obat analgetik atau estrogen, atau pernah di rawat di rumah sakit dengan
dipasangkan kateter.
4)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan riwayat kesehatan
keluarga yangbiasanya dapat meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang
membawa penyakit turunan seperti DM,hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit
turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene
seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai
dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
c.
Pemeriksaan Fisik (ROS)
1)
B1 (Breathing)
Bila tidak melibatkan
infeksi sistemik, pola napas dan jalan napas dalam kondisi efektif walau secara
frekuensi mengalami peningkatan.
2)
B2 (Blood)
Bila tidakmelibatkan respon
sistemik, status kardiovaskuler tidak mengalamiperubahan walau secara frekuensi
denyut jantung mengalami peningkatan. Perfusi perifer dalam batas normal, akral
hangat, akral hangat.
3)
B3 (Brain)
Pada wajah biasanya tidak
didapatkan adanya perubahan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
mukosa mulut tidak mengalami peradangan. Status neurologis tidak mengalami
perubahan, tingkat kesadaran dalam batas normal dimana orientasi (tempat,
waktu, orang) baik.
4)
B4 (Bladder)
a)
Inspeksi :
tidak ada pembesaran pada suprapubis, tidak ada kelaianan pada genitalia
eksterna. Didapatkan disuria, pada pielonefritis yang mengenai kedua ginjal
sering didapatkan penurunan urine output karena terjadi penurunan dari fungsi
ginjal.
b)
Palpasi :
sering didapatkan nyeri tekan suprapubis (+). Pada palpasi area kostovertebra sering didapatkan adanya
perasaan tidak nyaman dan mungkin didapatkan adanya massa dari pembesaran
ginjal akibat infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi pada palpasi ginjal.
c)
Perkusi :
perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus nyeri lokal disertai suatu
penjalaran ke nyeri ke pinggang dan perut.
d)
Auskultasi
: tidak didapatkan adanya bruit ginjal.
5)
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual,
muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan berat badan
terutama pada pielonefritis kronik. Penurunan peristaltik usus sering
didapatkan.
6)
B6 (Bone)
Didapatkan malaise dan
adanya kelemahan fisisk secara umum.
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
ditandai dengan mual, muntah.
b.
Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme dan proses
penyakit.
c.
Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kadung kemih
dan struktur traktus urinarius lain.
d.
Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan
pada kandung kemih.
e.
Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
f.
Resiko infeksi b.d port de entry kuman.
3.
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Asuhan Keperawatan
|
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
||
I
|
Kekurangan volume
cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual, muntah.
|
NOC :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ........x24 jam diharapkan defisit
volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:
·
Mempertahankan
urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal.
·
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
·
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
·
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal.
·
pH urin dalam batas normal.
·
Intake oral dan intravena adekuat.
|
NIC :
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan
makanan/cairan dan hitung intake kalori/harian
6. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
7. Berikan cairan oral
8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
100cc/jam)
9. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
10. Kolaborasi pemberian cairan IV
11. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
12. Kolaborasi dalam pemasangan kateter jika perlu
|
II
|
Hipertermia b.d
peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit.
|
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam pasien menunjukkan suhu tubuh dalam
batas normal dengan kreiteria hasil:
·
Suhu
36,5– 37,5ºC
·
Nadi dan RR dalam
rentang normal
·
Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing
·
Merasa nyaman
|
NIC :
1.
Monitor
suhu sesering mungkin
2.
Monitor
warna dan suhu kulit
3.
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4.
Monitor
penurunan tingkat kesadaran
5.
Monitor
WBC, Hb, dan Hct
6.
Monitor
intake dan output
7.
Selimuti
pasien
8.
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
9.
Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
10. Kolaborasi
dalam pemberian antipiretik
|
III
|
Nyeri akut b.d
inflamasi dan infeksi uretra, kadung kemih dan struktur traktus urinarius
lain.
|
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
…..x24 jam diaharapkan pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
·
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Skala nyeri 1-3 (nyeri ringan)
·
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
·
Ekspresi wajah tenang
·
Tanda vital dalam rentang normal
·
Tidak mengalami gangguan tidur
|
NIC :
1.
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2.
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
4.
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
5.
Tingkatkan
istirahat
6.
Ajarkan
tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
7.
Kolaboorasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
|
IV
|
Gangguan
eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur
traktus urinarius lain.
|
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama ......x24 jam diharapkan klien menunjukkan
perubahan pola eliminasi urine dengan kriteria hasil :
·
Kandung kemih kosong
secarapenuh
·
Tidak ada residu urine
>100-200 cc
·
Intake cairan dalam
rentang normal
·
Bebas dari ISK
·
Tidak ada spasme bladder
·
Balance cairan
seimbang
|
NIC :
1.
Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
inkontinensia (misalnya, output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan
masalah kencing praeksisten)
2.
Monitro asupan dan pengeluaran
3.
Pantau penggunaan obat dengan sifat antikolinegrik atau
properti alpha agonis
4.
Monitor efek dari obat-obatan yang diresepkan, seperti
calcium channe blockers dan antikolinergik
5.
Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut
6.
Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
7.
Bantu dengan toilet secara berkala
8.
Pantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
|
V
|
Retensi urine b.d
peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih.
|
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan retensi urin pasien teratasi dengan kriteria hasil:
·
Kandung kemih kosong
secara penuh
·
Tidak ada residu urine
>100-200 cc
·
Intake cairan dalam
rentang normal
·
Bebas dari ISK
·
Tidak ada spasme bladder
·
Balance cairan
seimbang
|
NIC :
1. Monitor intake dan output
2. Monitor penggunaan obat antikolinergik
3. Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan konsistensi urine)
4. Monitor derajat distensi bladder
5. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat
output urine
6. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada
abdomen.
7. Kolaborasi dalam
pemasangan kateteri jika perlu
|
VI
|
Resiko infeksi
b.d port de entry kuman.
|
NOC :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ……x24 jam
diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
·
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
·
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
·
Jumlah
leukosit dalam batas normal
·
Menunjukkan
perilaku hidup sehat
·
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam
batas normal
|
NIC :
1. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
2. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3. Monitor hitung granulosit, WBC
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
5. Monitor adanya luka
6. Pertahankan teknik aseptif
7. Batasi pengunjung bila perlu
8. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
9. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
13. Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotik
|
4.
Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan
adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.
Dalam
pelaksanaan, perawat melakukan fungsinya sebagai independent, interdependent
dan dependent. Pada fungsi independent perawat melakukan tindakan atas dasar
inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi
duduk dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat melakukan fungsi
kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi independent perawat
melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program dari tim kesehatan lain
seperti pengobatan.
Di
samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon pasien selama
pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap
pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan
dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Selain itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan
kondiri pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan,
memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari
kesalahan.
5.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah dibuat. Meskipun
evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan proses ini tidak
berhenti, yang telah terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji ulang, direncanakan
kembali, dilaksanakan dan dievaluasikan kembali.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISK
A.
Pengkajian
1.
Data Demografi
a. Biodata
1) Nama :
“ Ny. R.T”
2) Usia/tanggal lahir : 68 Tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Alamat :
OSM
5) Suku/bangsa : Maluku / Indonesia
6) Status pernikahan : Kawin
7) Agama/keyakinan : Kristen protestan
8) Pekerjaan : IRT
9) Diagnosa medic : ISK
10) No. medical record : 09-55-07
11) Tanggal masuk : 03-10-2016
12) Tanggal pengkajian : 10-10-2016
b. Penanggung Jawab
1) Nama :
“Nn. D.T”
2) Usia :
19 Tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Pekerjaan : -
5) Hubungan dengan klien : Cucu klien
2.
Keluhan Utama
Nyeri pada daerah perut bagian
atas (daerah hipogastrik)
3.
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk RS tanggal 03
oktober 2016 dan oleh dokter di diagnose mengalami ISK. Saat dilakukan
pengkajian tanggal 10 oktober 2016 klien mengatakan nyeri pada daerah perut daerah
hipogastrik), nyeri terasa
dari pinggang dan menjalar ke perut atas, neyeri seperti tertekan, nyeri berlangsung hilang timbul, skala
nyeri 5 (sedang), nyeri disebabkan karena infeksi, ada nyeri tekan abdomen daerah
hipogastrik, expresi wajah
tampak meringis saat nyeri, klien tampak gelisah dan
nyeri saat berkemih.
b. Riwayat kesehatan lalu
Klien tidak pernah masuk
rumahsakit sebelumnya, dan tidak pernah menderita penyakit infeksi atau
penyakit berat lainnya. Klien hanya mederita penyakit ringan seperti flu. Klien
tidak penah mengalami kecelakaan dan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
dan obat-obatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
Keterangan
:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal (Tidak diketahui penyebab
dari meninggalnya suami klien)
:
Klien
: Tinggal serumah
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit turunan seperti diabetes
melitus, hipertensi maupun penyakit menular seperti TBC. Anggota keluarga yang
masih hidup dalam keadaan sehat dan tidak ada anggota keluarga yang mederita
penyakit yang sama dengan klien ataupun penyakit seperti asma, penyakit
jantung, stroke, kanker, dan gangguan emosional. Klien juga tidak mengetahui
penyebab meninggalnya suami klien, klien mengatakan mungkin karena faktor usia.
4.
Riwayat Psikososial
Klien dapat menerima penyakit yang diderita
sekarang, hubungan klien
dengan keluarga, pasien yang lain dan
perawat cukup baik, klien juga tidak terlalu memikirkan tentang beban biaya RS
karena ditanggung oleh keluarga.
5.
Riwayat Spiritual
Klien beragama kristen protestan, klien selalu berdoa
kepada tuhan unutk kesembuhannya dan selalu taat beribadah kepada tuhan.
6.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien
Tidak ada tanda-tanda
distress (tidak ada kecemasan), klien berpenampilan sesuai dengan usia klien,
ekspresi wajah tampak meringis saat nyeri, saat diajak berbicara klien dapat
merespon dengan baik, klien tampak pucat, tinggi badan : 148 cm, dan berta badan : 36 kg, IMT : 16
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 140/80 mmHg,
suhu : 36,7°C, nadi : 82 x/menit, pernapasan : 20 x/menit.
c. Sistem pernafasan
Gerakan dada simetris kiri-kanan, tidak ada
retraksi dada, tidak ada
sekret/polip pda hidung, bentuk dada normal, suara nafas normal
(bronchovesikular), tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada clubbing finger.
Frekuensi nafas 20 x/menit
d. Sistem kardiovaskular
Conjungtiva anemis, bibir
lembab, tidak ada sianosis, arteri carotis teraba kuat, tidak ada distensi vena
jugularis, suara jantung normal (lup,dup), dan tidak ada bunyi tambahan.
Tekanan darah 140/80 mmHg dan Nadi 82 x/menit.
e. Sistem pencernaan
Sklera tidak ikterik,
bibir lembab, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi,
tidak ad perdarah pada gusi, lidah bersih, tidak ada gangguan saat menelan, tidak ada
nafsu makan, nyeri tekan
abdomen daerah hiposgastrik.
f.
Sistem
indra
·
Mata
: Fungsi penglihatan baik, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, pupil
isokor.
·
Hidung
: Fungsi penciuman baik, tidak ada perih dihidung, tidak ada mimisan ataupun
sekret.
·
Telinga
: Fungsi pendengaran baik, telinga simetris kiri-kanan, tidak ada sekret di
telinga, klien tidak pernah melakukan opera telinga.
g. Sistem saraf
1) Fungsi
cerebral
·
Status mental : daya ingat klien cukup baik, saat
berkomunikasi bahasa yang digunakan dapat dimengerti.
·
Kesadaran : Composmentis, GCS 15
·
Bicara : Saat diajak berbicara klien dapat merespon
dengan baik.
2)
Fungsi kranial
·
N I (Olfaktorius) : Tidak ada gangguan pada fungsi
penciuman, klien dapat membedakan bau teh dan kopi.
·
N II (Optikus) : Tidak ada gangguan penglihatan.
·
N III (Okulomotorius) : Klien dapat mengangkat kelopak
mata ke atas, pupil isokor (kontriksi saat ada rangsangan cahaya).
·
N IV (Troklearis) : Klien dapat menggerakan bola mata
kebawah dan kedalam.
·
N V (Trigeminus) : Klien dapat mngunyah makanan dengan
baik, dapat menutup rahang dan menggerakan rahang ke lateral.
·
N VI (Abdusen) : Klien dapat menggerakan mata ke samping.
·
N VII (Fasialis) : Klien menunjukkan expresi wajah
meringis saat nyeri.
·
N VIII (Vestibulokoklearis) : Tidak ada gangguan
pendengaran.
·
N IX (Glosofaringeus) : Klien dapat menelan makanan
·
N X (Vagus) : Klien dapat menelan makanan, tidak ada rasa
mual atau muntah.
·
N XI (Asesorius) : Klien dapat menggerakan kepala dan
bahu.
·
N XII (Hipoglosus) : Klien dapat menggerakan lidah
h.
Sistem
musculoskeletal
Bentuk kepala bulat, tidak ada kelainan tulang belakang
(lordosis, kifosis, skoliosis), ekstremitas atas dan bawah dapat digerakan,
kekuatan otot 5 5
i.
Sistem
integument 5 5
Distribusi rambut dikepala banyak, rambut sudah beruban, kulit berwana
kecoklatan, kulit teraba hangat, turgor kulit baik, kulit tampak kering, tidak
ada ruam pada kulit, kuku bersih.
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada gejala kreatinisme atau
gigantisme, tidak ada gejala poliuria, polydpsia, poliphagia, tidak ada riwayat
bekas air seni dikelilingi semut.
k. Sistem perkemihan
Tidak ada edema palpebra dan ansarka, keadaan kandung kemih : teraba vesika
urinaria, nyeri saat berkemih (disuria), ada nyeri tekan abdomen daerah
hipogastrik.
l. Sistem immune
Tidak ada riwayat alergi pada cuaca, debu, bulu binatang, ataupun
obat-obatan.
7.
Aktivitas Sehari-hari
Jenis aktivitas
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
Nutrisi
|
Nafsu makan baik,
frekuensi makan 3x sehari, dengan menu makan nasi, ika, sayur, kadang daging.
Pembatasan makanan: makanan berlemak, cara makan bersama keluarga, ritual
sebelum makan: berdoa.
|
Tidak ada nafsu
makan, makan 2x sehari, dengan menu makan bubur kasar, ayam rebus, sayur, makan hanya 5 sendok tiap kali makan,
porsi makan tidak dihabiskan, klien merasa lemas. Pembatasan
makanan berlemak, berdoa sebelum makan.
|
Cairan
|
Minuman yang dikonsumsi air putih,
frekuensi minum ±3-5 gelas tiap hari.
|
Minuman yang
dikonsumsi air putih, frekuensi minum 6 gelas (1800 cc)
|
Eliminasi
|
BAB 2x sehari,
tempat pembuangan kloset.
BAK 6-7x sehari,
tempat pembuangan kloset.
|
BAB 2x sehari
dengan konsistensi padat, tempat pembuangan kloset.
BAK : frekuensi
sering tapi sedikit-sedikit, nyeri saat berkemih, perasaan tidak puas setelah
berkemih, volume urine ± 300 cc/24 Jam
|
Istirahat
|
Jam tidur malam :
21.00-05.00 WIT, jam tidur siang 14.00-15.00 WIT, tidak ada kesulitan saat
tidur.
|
Jam tidur malam :
22.00-03.00 WIT, jam tidur siang 13.00-14.30 WIT, kesulitan saat tidur
dikarenakan klien sering terbangun pada malam hari, dan sulit tidur kembali
jika sudah bangun.
|
Personal hygiene
|
Mandi 2x dalam sehari (tidak
kesulitan saat mandi), cuci rambut 3x dalam seminggu, gosok gigi 1-2x dalam
sehari.
|
Mandi frekuensi
1x dalam sehari dengan cara di lap badannya, saat mandi klien di bantu
keluarga, cuci rambut tidak, gosok gigi 1x dalam sehari.
|
Aktivitas
|
Tidak ada kesulitan saat
beraktivitas.
|
Aktivitas
sehari-sehari dibantu oleh keluarga dan perawat.
|
8. Test Diagnostik
Laboratoium :
Parameter
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
Tanggal 05 – 10 – 2016
|
||
Hemoglobin
|
9.6!l gr/
dL
|
11.5 –
17.0 gr/ dL
|
WBC
|
10.1 !h
10³/mm³
|
4.0-10.0 10³/mm³
|
Tanggal 06 – 10 - 2016
|
||
Uric acid
|
7.1 mg/dL
|
< 7.0 mg/dL
|
Kolesterol total
|
157 mg/dL
|
< 200
mg/ dL
|
SGOT
|
18 / L
|
< 33 / L
|
SGPT
|
11 / L
|
< 50 / L
|
Tanggal 07 – 10 – 2016
|
||
Ginjal : Ureum
|
101,9
m/dL
|
|
Kreatinin
|
2.3 mg/dL
|
|
Urin Rutin
Tanggal 06 – 10 – 2016
|
|||||
Warna
|
Kuning muda
|
Nilai
Normal
|
Sedimen
|
|
Nilai
normal
|
Kejernihan
|
Keruh
|
|
Eritrosit
|
Banyak
|
0-2/LPB
|
Leukosit
|
Positif (+++)
|
Negatif
(-)
|
Leukosit
|
Banyak
|
0-5/LPB
|
pH
|
5.0
|
4,5-8,0
|
Epitel
|
Positif
(++)
|
|
Nitrit
|
Positif (+)
|
Negatif
(-)
|
|
|
|
Berat jenis
|
1.010
|
1.003-1.035
|
|
|
|
USG :
Kesan:
ekogenesitas korteks kedua ginjal meningkat (sesuai brandbidgel) " curiga
proses miko hidronefrosis kanan dan multipel nefrolithiasis kiri gambaran:
sistitis
9. Terapi Saat Ini
1.
IVFD RL 20 tpm/menit
2.
Cipofrolaksin 200 mg IV/ 12 jam/drips
3.
Paracetamol 50 mg tab (k/p) /oral
4.
Ketorolac 1 ampul (k/p) /IV
5.
Buscopan 1 ampul/IV / 12 jam/IV
6.
Ondancentron 1 ampul (k/p) /IV
7.
Ketocid 3x1 tab/oral
Klasifikasi Data
Data subjektif
|
Data objektif
|
·
Klien mengatakan merasa
nyeri di perut (daerah hipogastrik)
·
P : Nyeri akibat infeksi pada kandung kemih
·
Q : Nyeri seperti tertekan
·
R : Nyeri
terasa dari pinggang dan menjalar ke perut (daerah
hipogastrik).
·
S : Skala nyeri 5
·
T : Nyeri berlangsung hilang timbul
|
· Expresi
wajah tampak merigis
· Nyeri
sedang
· Nyeri
tekan abdomen (daerah hipogastrik)
· TD :
140/80 mmHg
|
·
Klien mengatakan tidak ada nafsu makan.
·
Makan
hanya 5 sendok tiap kali makan.
·
Klien
merasa lemas.
|
· Porsi
makan tidak dihabiskan
· Klien
tampak lemas
· Klien
tampak pucat
· Konjungtiva
anemis
·
BB : 36 Kg
·
IMT: 16
|
·
Klien mengatakan nyeri saat berkemih
·
Perasaan tidak puas setelah berkemih.
·
Sering berkemih tapi sedikit-sedikit.
|
· Disuria
· Teraba
vesika urinaria
· Nyeri
tekan abdomen (daerah hipogastrik)
· Urine ±300
cc/24 jam
· Leukosit
(Positif +++) normalnya negatif (-)
· Eritrosit
: banyak (nilai normal 0-2/LPB
· Nitrit
(Positif +), normalnya negatif (-)
|
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
DS:
·
Klien mengatakan merasa
nyeri di perut (daerah hipogastrik)
·
P : Nyeri akibat infeksi pada kandung kemih
·
Q : Nyeri seperti tertekan
·
R : Nyeri
terasa dari pinggang dan menjalar ke perut (daerah
hipogastrik).
·
S : Skala nyeri 5
·
T : Nyeri berlangsung hilang timbul
DO :
·
Expresi wajah tampak merigis
·
Nyeri sedang
·
Nyeri tekan abdomen (daerah hipogastrik)
·
TD : 140/80 mmHg
· Leukosit
(Positif +++) normalnya negatif (-)
|
Peradangan
pada vesika urinaria
|
Nyeri
akut
|
2
|
DS :
·
Klien mengatakan nyeri saat berkemih
·
Perasaan tidak puas setelah berkemih.
·
Sering berkemih tapi sedikit-sedikit.
DO :
· Disuria
· Teraba vesika
urinaria
· Nyeri
tekan abdomen (daerah hipogastrik)
· Urine
±300 cc/24 jam
· Leukosit
(Positif +++) normalnya negatif (-)
· Eritrosit
: banyak (nilai normal 0-2/LPB
· Nitrit
(Positif +), normalnya negatif (-)
|
peradangan
pada vesika urinaria
|
Gangguan
eliminasi urine
|
3
|
DS:
·
Klien mengatakan tidak ada nafsu makan.
·
Makan
hanya 5 sendok tiap kali makan.
·
Klien
merasa lemas.
DO:
· Porsi
makan tidak dihabiskan
· Klien
tampak lemas
· Konjungtiva
anemis
·
BB : 36 Kg
·
IMT: 16
|
Anoreksia
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuahn tubuh
|
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada vesika
urinaria
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
3.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan peradangan
pada vesika urinaria
C.
Rencana
Keperawatan
No. Diagnosa
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Asuhan Keperawatan
|
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
||
I
|
Nyeri akut berhubungan dengan
peradangan pada vesika urinaria
yang ditandai
dengan :
DS:
·
Klien mengatakan merasa
nyeri di perut (daerah hipogastrik)
·
P : Nyeri akibat infeksi pada kandung kemih
·
Q : Nyeri seperti tertekan
·
R : Nyeri
terasa dari pinggang dan menjalar ke perut (daerah
hipogastrik).
·
S : Skala nyeri 5
·
T : Nyeri berlangsung hilang timbul
DO :
·
Expresi wajah tampak merigis
·
Nyeri sedang
·
Nyeri tekan abdomen (daerah hipogastrik)
·
TD : 140/80 mmHg
|
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x8 jam diaharapkan pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
·
Mampu mengontrol nyeri
·
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·
Skala nyeri 1-3 (nyeri
ringan)
·
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
·
Ekspresi wajah tenang
·
Tanda vital dalam rentang normal
·
Tidak mengalami gangguan tidur
|
NIC :
1.
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2.
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
4.
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
5.
Tingkatkan
istirahat
6.
Ajarkan
tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
7.
Kolaboorasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
|
II
|
Gangguan
eliminasi urine b.d peradangan pada vesika urinaria yang ditandai dengan :
DS :
·
Klien mengatakan nyeri saat berkemih
·
Perasaan tidak puas setelah berkemih.
·
Sering berkemih tapi sedikit-sedikit.
DO :
· Disuria
· Teraba
vesika urinaria
· Nyeri
tekan abdomen (daerah hipogastrik)
· Urine
±300 cc/24 jam
· Leukosit
(Positif +++) normalnya negatif (-)
· Eritrosit
: banyak (nilai normal 0-2/LPB
· Nitrit
(Positif +), normalnya negatif (-)
|
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama ......x24 jam diharapkan klien menunjukkan
perubahan pola eliminasi urine dengan kriteria hasil :
·
Kandung kemih kosong
secara penuh
·
Tidak ada residu urine
>100-200 cc
·
Disuria (-)
·
Hemature (-)
·
Palpasi pada daerah abdomen : tidak ada nyeri tekan
daerah hipogastrik
|
NIC :
1.
Kaji keluhan buang air kecil, frekuensi, konsistensi
dan warna
2.
Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
inkontinensia (misalnya, output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan
masalah kencing praeksisten)
3.
Kaji urine tampung selama 12 jam
4.
Monitor asupan dan pengeluaran
5.
Pertahankan asupan cairan 2000 ml/hari
6.
Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut
7.
Pantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi.
8.
Kolaborasi pemberian antibiotik
|
III
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi yang ditandai dengan:
DS:
·
Klien mengatakan tidak ada nafsu makan.
·
Makan
hanya 5 sendok tiap kali makan.
·
Klien
merasa lemas.
DO:
· Porsi
makan tidak dihabiskan
· Klien
tampak lemas
· Konjungtiva
anemis
·
BB : 36 Kg
·
IMT: 16
|
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan nutiri klien dapat terpenuhi
dengan kriteria hasil :
·
Nafsu makan meningkatan
·
Adanya peningkatan berat badan (5-10%)
·
Porsi makan dihabiskan
|
NIC :
1.
Kaji adanya alergi makanan
2.
Monitor mual muntah
3.
Monitor kalori dan intake nutirisi
4.
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
5.
Berikan makan sedikit demi sedikit tapi sering
6.
Timbang berat badan setiap hari
7.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutirisi
8.
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
9.
Ajarkan klien bagaiman membuat catatan makan harian.
10. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan klien.
|
D.
Implementasi
dan Evaluasi
Tanggal
Dx. Keperawatan
|
Jam
|
Tindakan keperawatan
|
Evaluasi
|
|
10-oktober-2016
(DX I)
|
11.00
11.20
11.25
11.26
11.30
|
1.
Memonitor tanda-tanda vital
Hasil :
2.
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
(frekuensi, kualitas, skala)
Hasil :
3.
Mengatur posisi semifowler
Hasil :
4.
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Hasil :
5.
Menganjurkan klien menggunakan teknik distraksi
Hasil:
|
Jam 14.00 WIT
S : Klien mengatakan masih merasa
nyeri pada perut (daerah hipogastrik), skala nyeri 4
O : Expresi wajah meringis
Nyeri
sedang
Nyeri tekan pada daerah hipogastrik
A : Masalah nyeri
akut belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
1.
Kaji nyeri secara komprehensif
2.
Monitor tanda-tanda vital
3.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
|
|
10-oktober-2016
(DX II)
|
11.35
12.00
12.30
|
1.
Mengkaji keluhan buang air kecil, frekuensi,
konsistensi, dan warna.
Hasil:
2.
Mempertahankan asupan cairan 2000 cc/h
Hasil :
3.
Melakukan pemasangan kateter sesuai hasil kolaborasi.
Hasil :
|
Jam : 14.00 WIT
S : Klien mengatakan masih merasa
nyeri saat berkemih dan merasa tidak puas saat berkemih
O : Disuria (+)
Teraba vesika urinaria
Nyeri
tekan abdomen (daerah
hipogastrik)
A : Masalah gangguan eliminasi urine
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.
Kaji keluhan buang air kecil, frekuensi, konsistensi,
dan warna
2.
Kaji urine tampung setiap 12 jam sekali
3.
Monitor asupan dan pengeluaran
4.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
|
|
10-Oktober-2016
(DX III)
|
12.10
12.20
12.22
12.25
|
1.
Mengkaji adanya alergi makanan dan mual muntah.
Hasil :
2.
Mengajurkan klien untuk makan sedikit demi sedikit tapi
sering.
Hasil :
3.
Memberikan informasi tentang kebutuhan nutirisi.
Hasil :
·
Klien memahami dan mengikuti apa yang disampaikan.
4.
Menganjurkan klien menjaga kebersihan mulut.
Hasil:
|
Jam : 14.00 WIT
S : Klien mengatakan nafsu makan kurang,
makan hanya 7 sendok
O : Porsi makan tidak dihabiskan
Klien tampak lemas
A : Masalah ketidakseimbangan nutirisis
kurang dari kebutuhan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
|
|
Tanggal
Dx. Keperawatan
|
Jam
|
Tindakan keperawatan
|
Evaluasi
|
11-oktober-2016
(Dx.I)
|
14.00
14.15
17.50
|
1.
Memonitor tanda-tanda vital
Hasil :
2.
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
Hasil :
3.
Memberikan analgetik sesuai hasil kolaborasi.
Hasil :
|
Jam : 19.00 WIT
S : Klien mengatakan nyeri berkurang,
skala nyeri 3 , nyeri dirasakan hilang timbul
O : Nyeri ringan
Nyeri tekan abdomen (daerah
hipogastrik)
Expresi wajah tampak sedikit meringis
TD : 110/80 mmHg
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2.
Monitor tanda-tanda vital
3.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
|
11-oktober-2016
(Dx. II)
|
14.40
14.50
15.00
16.00
|
1.
Mengkaji keluhan buang air kecil, frekuensi,
konsistensi, dan warna.
Hasil:
2.
Menghitung urinetampung selama 12 jam Hasil :
·
Urine tampung : 650 cc/12 jam
3.
Mempertahankan asupan cairan 2000 cc/h
Hasil :
4.
Memberikan antibiotik sesuai hasil kolaborasi.
|
Jam : 19.00
S : Klien mengatakan saat BAK nyeri
masih terasa nyeri.
O : Disuria berkurang
Nyeri
tekan abdomen (daerah
hipogastrik)
Warna urin kuning kecoklatan
Urine tampung 600 cc/12 jam
A : Masalah gangguan eliminasi urin
belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
1.
Kaji keluhan buang air kecil, frekuensi, konsistensi,
dan warna
2.
Kaji urine tampung setiap 12 jam sekali
3.
Monitor asupan dan pengeluaran
4.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
|
11
Oktober 2016
(Dx. III)
|
|
1.
Memonitor kalori dan intake nutrisi
Hasil :
2.
Menganjurkan
klien untuk makan sedikit demi sedikit namun sering.
Hasil:
·
Klien makan sedikit demi sedikit tapi sering (± 1 jam)
porsi makan dihabiskan
3.
Menimbang berat badan klien
Hasil :
·
BB : 36 Kg
|
Jam : 19.00 WIT
S : Klien mengatakan nafsu makan makan
meningkat.
O : Porsi makan dihabiskan
BB 36 Kg (ada peningkatan berat
badan)
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi
teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
Tanggal
Dx. Keperawatan
|
Jam
|
tindakan
|
Evaluasi
|
12-10-2016
(Dx I )
|
08.30
09.00
|
1.
Memonitor tanda-tanda vital
Hasil :
2.
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
Hasil :
|
Jam : 14.00 WIT
S : Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang, skala nyeri 1
O : Nyeri ringan
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
(daerah hipogastrik)
Expresi wajah tenang
TD : 120/80 mmHg
A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
12-10-2016
(Dx II )
|
10.00
10.40
11.00
|
1.
Mengkaji keluhan buang air kecil, frekuensi,
konsistensi, dan warna.
Hasil:
2.
Menghitung urinetampung selama 12 jam Hasil :
·
Urine tampung : 800 cc/12 jam
3.
Mempertahankan asupan cairan 2000 cc/h
Hasil :
|
Jam : 14.10
S : Klien mengatakan saat BAK sudah
tidak merasa nyeri.
O : Disuria (-)
Tidak ada
nyeri tekan pada
abdomen (daerah hipogastrik)
Warna urin kuning kecoklatan
Urine tampung 800 cc/12 jam
A : Masalah gangguan eliminasi urin
teratasi.
P : Intervensi dihentikan
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
Dx. Keperawatan
|
Jam
|
Evaluasi
|
12-10-2016
(Dx I )
|
13.30
|
Jam : 14.00 WIT
S : Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang, skala nyeri 1
O : Nyeri ringan
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
(daerah hipogastrik)
Expresi wajah tenang
TD : 120/80 mmHg
A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
12-10-2016
(Dx II )
|
15.00
|
Jam : 14.10
S : Klien mengatakan saat BAK sudah
tidak merasa nyeri.
O : Disuria (-)
Tidak ada
nyeri tekan pada
abdomen (daerah hipogastrik)
Warna urin kuning kecoklatan
Urine tampung 800 cc/12 jam
A : Masalah gangguan eliminasi urin
teratasi.
P : Intervensi dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
membahas secara menyeluruh mengenai asuhan keperawatan pada “Ny.R” dengan dengan diagnosa
infeksi saluran kemih di
ruang interna wanita RSUD,
maka pada bab ini kami dapat
menguraikan :
- Telah dilakukan pengkajian pada “Ny.R” dengan dengan diagnosa infeksi saluran kemih di ruang interna wanita RSUD ..
- Telah ditentukan diagnosa keperawatan pada klien “Ny.R” dengan dengan diagnosa infeksi saluran kemih di ruang interna wanita RSUD. Diagnosa yang ditemukan adalah Nyeri akut b.d peradangan pada vesika urinaria, gangguan eliminasi urin b.d peradangan pada vesika urinaria, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
- Telah dibuat rencana tindakan keperawatan pada klien “Ny.R” dengan dengan diagnosa infeksi saluran kemih di ruang interna wanita RSUD, sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditentukan.
- Telah dilakukan tindakan dan evaluasi keperawatan pada klien“Ny.R” dengan dengan diagnosa infeksi saluran kemih di ruang interna wanita RSUD
B. Saran
1.
Bagi
Rumah Sakit
Untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih.
2.
Bagi
Institusi Pendidikan
Kiranya
lebih meningkatkan mutu pendidikan guna menambah literatur / referensi untuk
kelengkapan perkuliahan sehingga dapat membantu mahasiswa dalam proses belajar
mengajar.
3.
Bagi
Mahasiswa
Bagi
mahasiswa poltekes maluku khususnya jurusan keperawatan, kiranya lebih meningkatkan kompetensi dan
wawasan tentang perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia kesehatan terutama
dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih.
4.
Bagi
Klien
Untuk
lebih meningkatkan status kesehatan dengan cara memeriksakan diri
ditempat-tempat pelayanan kesehatan dan menggunakan tempat pelayanan kesehatan
terdekat.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh