BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia
mebungkus otot-otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari
trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri.
Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur
melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar
keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui
mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu,
nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan.
Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan lemak
subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama
yaitu stratum korneum dan stratum malfigi.
Dermis
terletak tepat di bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen,
elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit
mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi
pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing.
Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan
yang merupakan bantalan untuk kulit,, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan
tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering
dijumpai yakni Dermatitis yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit
kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab
dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering.
Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang
masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu
alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda,
antara lain dermatitis.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari Dermatitis?
2.
Apa etiologi dari Dermatitis?
3.
Apa Manifestasi klinis dari Dermatitis?
4.
Bagaimana Patifisiologi dari Dermatitis?
5.
Apa Pemeriksaan penunjang dari Dermatitis?
6.
Apa Penatalaksanaan medis dari Dermatitis?
7.
Bagaimana Konsep keperawatan pada Dermatitis?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Dermatitis
2.
Untuk mengetahui etiologi dari Dermatitis
3.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Dermatitis
4.
Untuk mengetahui bagaimana patifisiologi dari Dermatitis
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang
dari Dermatitis
6.
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis
dari Dermatitis
7.
Untuk mengetahui bagaimana Konsep
keperawatan pada Dermatitis
bab ii
pembahasan
A. KONSEP DASAR DERMATITIS
a. Pengertian
Dermatitis atau
lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan
kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya,
2011).
Dermatitis adalah peradangan
kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
(Adhi Juanda,2005)
Eksim atau sering
disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga
akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk
sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan
perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau
mengalir keluar (Mitchell dan Hepplewhite, 2005)
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang
masing-masing memiliki indikasi dan gejala berbeda:
1 . Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan
oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab
alergi) tertentu seperti racun yang terd Eapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi
dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan
mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan
salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet,
logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2. Neurodermatiti
Peradangan kulit
kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak
lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau
gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi
Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa
berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan
menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk
bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan
tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
3. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi
dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian
atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat
kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf
seperti Parkinson.
4. Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi
kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat,
menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.
5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif,
disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan
kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
b. Etiologi
Penyebab
dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya
dermatitis atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik,
fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis
eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang
pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit
tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi
bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan
pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas
saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya
tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
c. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul
akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau
beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk
merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya
membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam
arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan
system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel
mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan
mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis
kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator.
Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis
yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.Ada dua jenis
bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan
lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya
respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase
aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum
peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi
bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses
dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal),
untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis,
menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel
Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte
Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel
LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan
terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek
HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein
heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik,
misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut
terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen
(antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan
IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2.
Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me
mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi
dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama.
Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam
pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti
mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul
pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah
tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang
akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang
INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit
memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi
dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan
mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi
vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam
kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai
dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi
melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim
dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan
Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma.
PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T
dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan
memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin
berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa
mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya
menekan atau meredakan peradangan.
d. Manifestasi klinik Dermatitis
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama
priritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu
(kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit
(function laisa). Obyektif, terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul scara
serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas
pada kulit yang longgar misalnya muka (terutama palpebra dan bibir) dan
genetelia eksterna . Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi. Disana-sini
terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang
berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau
pustule, jika disertai infeksi. Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans
bila gelembung-gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi
dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti
sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila
proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah : Hb,
leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
b. Urin :
pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang
(pemeriksaan Histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain.
Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis),
terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler
disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub
akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang
parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis,
parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis
dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran
tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan
gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak
iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen,
seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan,
tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di
membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel
Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang
membawa antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan
jumlahnya di epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar
getah bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai
gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler
awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil
menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.
f. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah
mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan
dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal
dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan
sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
2. Pengobatan
a. Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase
bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim
atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah
berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau
pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat
diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini
mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T.
Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan
HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji
antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian
profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang
terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis
yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon
asetonid. Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk
meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara
tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan
timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2) Radiasi
ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak
melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya
fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang
berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan
ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI
dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi
8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis.
Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan
infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel
Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi
tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel
Langerhans.
3) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas
kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal,
mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di
epidermis atau dermis.
4) Antibiotika dan
antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika
(misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5) Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan
SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui
penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya
terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan
tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan
derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada
konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid
klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason
17-valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang
diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik
dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Identitas
Identitas
terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan
pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis
kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada remaja
dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan dengan
dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih
sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis
kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan
insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk.
Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik
lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi
dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada
laki-laki.
1) Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat Kesehatan Sekarang.
1. Keluhan Utama
Pada
kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang
ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
2. Riwayat keluhan utama.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi
dari keluhan utama. Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit
dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien .
a.
Provocative/palliative.
· Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien
melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan kerusakan pada
kulit.
· Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan
atau bertambah berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan
yang dirasakan akan berkurang.
b.
Quality/quantity
· Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus
dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri pada daerah
yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan.
· Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang
dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak
zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit.
c.
Region/radiation
· Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah
yang kontak dengan penyebab .
· Area penyebarannya
Area penyebarannya
misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik perhiasan.
d. Severitty scale
· Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas
tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit.
· Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat
keparahan penyakitnya.
e.
Timing
· Kapan mulai terjadi.
· Kapan sering terjadi.
· Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
3. Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya, apakah pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
4. Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya
yang mengalami penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim
medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat
berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik
2) Pemeriksaan fisik
1.
Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2.
Tingkat Kesadaran
·
Kompos
mentis.
·
Apatis.
·
Samnolen, letergi/hypersomnia.
·
Delirium.
·
Stupor atau semi koma.
·
Koma
Tingkat Kesadaran
dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun
demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
3.
Tanda-tanda vital
· Tekanan darah
· Denyut nadi
· Suhu tubuh
· Pernafasan
4.
Berat Badan
5.
Tinggi Badan
6.
Kulit.
a.
Inspeksi
· radang akut terutama priritus ( sebagai
pengganti dolor).
· kemerahan (rubor),
· gangguan fungsi kulit (function laisa).
· biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat
lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.
· terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang
berkelompok yang kemudian membesar.
· Terdapat bula atau pustule,
ekskoriasi dengan
krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
· terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila
proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
· hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.
b.
Palpasi
· Nyeri tekan
· edema atau pembengkakan
· Kulit bersisik
7.
Keadaan Kepala
a.
Inspeksi
tekstur rambut klien
halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b.
Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa.
8.
Keadaan
mata
a.
Inspeksi
· Palpebrae : tidak edema, tidak radang
· Sclera : Tidak ictertus
· Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
· Pupil : Isokor
b.
Palpasi
Tidak
ada nyeri tekan
Tekanan
Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9. Keadaan hidung.
a. inspeksi
-
simetris
kiri dan kanan
-
Tidak
ada pembengkakan dan sekresi
-
Tidak
ada kemerahan pada selaput lendir
b. Palpasi
-
Tidak
ada nyeri tekan
-
Tidak
ada benjolan/tumor
10. Keadaan telinga
· inspeksi
-
telinga
bagian luar simetris
-
tidak
ada serumen/cairan, nanah
3) Pola Kegiatan Sehari-hari
1.
Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah
bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari, nafsu
makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dalam sehari serta
apakah ada perubahan.
2.
Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji
adalah Kebiasaan
BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah
sakit
3.
Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya
akan mengalami gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila
mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas
sehari-hari.
4.
Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari
karena gatal serta adanya nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah,
cemas.
5.
Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola
interaksi sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
6.
Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami
perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih suka
menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada
beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap
penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan
kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &
lingkungan.
7.
Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa
penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada
kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama sakit klien sering
berdoa.
B. Diagnosa Keperawatan
a.
Kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
b.
Nyeri dan gatal yang berhubungan
dengan lesi kulit.
c.
Perubahan pola tidur yang
berhubungan dengan pruritus.
d.
Perubahan citra tubuh yang
berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
e.
Kurang pengetahuan tentang
perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.
f.
Resiko infeksi berhubungan dengan
lesi, bercak – bercak merah pada kulit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit merupakan organ
terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan organ dalam. Kulit
berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri.
Dermatitis atau lebih
dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena
bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering,
umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).
B. Saran
Untuk Pembelajaran Kita
semua bahwa menjaga kebersihan tubuh terutama kulit. Guna terhindar dari
penyakit kulit berbahaya., salah satu contoh penyakit kulit yaitu dermatitis.
Untuk itu selalu jaga kebersihan tubuh
Daftar
Pustaka
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep Dan
Kerangka Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Irianto, Koes. 2013. Anatomi Dan
Fisiologi. Bandung: Alfabeta
Marya, R. K. 2013. Buku Ajar
Patofisiologi. Tangerang Selatan: Bina Rupaaksara
NUR RAHMI AR ASKEP GEA
ASKEP GEA (DIARE AKUT) Maulana Karso's
Never give up in life they all said there is no cure for HIV VIRUS, which is a big lie I have passed through many processes. Also, I never believed there is really a cure to HIV/AIDS until I met Dr. James. The doctor that have been helping people for many years, I come across this doctor online when I was searching for HIV permanent cure online I found out about Dr. James, and to my greatest surprise Dr. James has the herbal medicine for HIV cure which I have been looking for years I explained my problems to him through the email I found on someone who testified about Dr.James herbal mix write me a reply and explain how the process work so after ordering for the medicine I got it within 4 days and I took it according to the way Dr.James instructed me, I was very happy after 21 days I took the medicine there was very big change in my health when I was done with the process I went for a test, I found out I am negative that was the day I have the tears of joy after all i have been through.you can also get in contact with my doctor through his email now Drjamesherbalmix@gmail.com And He also has herbs medicine to cured the following diseases; Nephrotic Syndrome, eczema, urethra wart, chronic problems. Herpes, Cancer, ALS, Autism,Hepatitis, Diabetes, HPV infections,Hives,shingles,blistering, ulcer,Painful or Irregular Menstruation. HIV/Aids. Diabetics. Vaginal Infections. Vaginal Discharge. Itching Of the Private Part. Breast Infection. Discharge from Breast. Breast Pain & Itching. Lower Abdominal Pain. No Periods or Periods Suddenly Stop. Women Sexual Problems. High Blood Pressure Chronic Disease. Pain during Sex inside the Pelvis. Pain during Urination. Pelvic Inflammatory Disease, (PID). Dripping Of Sperm from the Vagina As Well As for Low sperm count. Parkinson disease. Lupus. Cancer. Tuberculosis. Zero sperm count. Asthma. Quick Ejaculation. Gallstone, Premature Ejaculation. Herpes. Joint Pain. Stroke. Weak Erection. Erysipelas, Typhoid, Discharge from Penis. HPV. Hepatitis A and B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Syphilis. Heart Disease. Pile-Hemorrhoid.rheumatism, thyroid, Waist & Back Pain. Male Infertility and Female Infertility. Etc. Take Action Now. contact him & Order for your Natural Herbal Medicine: and email him
ReplyDeleteEmail...drjamesherbalmix@gmail.com