9/10/2018

MAKALAH Asfiksia pada bayi


BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2009).
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.





B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari Asfiksia pada bayi?
2.      Apa Etiologi dari Asfiksia pada bayi?
3.      Apa Manifestasi klinis dari Asfiksia pada bayi?
4.      Bagaimana Patifisiologi dari Asfiksia pada bayi?
5.      Apa Pemeriksaan penunjang dari Asfiksia pada bayi?
6.      Apa Penatalaksanaan medis dari Asfiksia pada bayi?
7.      Bagaimana Konsep keperawatan pada Asfiksia pada bayi?
C.  TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk mengetahui pengertian dari Asfiksia pada bayi.
2.    Untuk mengetahui etiologi dari Asfiksia pada bayi.
3.    Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asfiksia pada bayi.
4.    Untuk mengetahui bagaimana patifisiologi dari Asfiksia pada bayi.
5.    Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Asfiksia pada bayi.
6.    Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Asfiksia pada bayi.
7.    Untuk mengetahui bagaimana Konsep keperawatan pada Asfiksia pada bayi.










bab ii
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep  Dasar Asfiksia Pada Bayi.

a. Pengertian 
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2009).
        Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. (Sarwono, 2007).
        Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2008).
         Asfiksia Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 2008).

b.  Etiologi

Chamberlain (1997) mengemukakan bahwa gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai dengan anoksia / hipoksia janin dan berakhir dengan aspiksia neonatus.
Towell (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :

a.    Faktor Ibu

1)      Hipoksia ibu, ini terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam.
2)       Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran O2 ke placenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan :
a)      Gangguan kontraksi uterus : hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus karena obat
b)      Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c)      Hipertensi pada eklamasia

b.      Faktor Placenta, misal : solusio placenta.

c.   Faktor Fetus

        Kompresi umbilkalis akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dan pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin, dapat terjadi pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompres tali pusat pada persalinan sungsang antara janin dan jalan lahir.

d.     Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena pemakaian obat anestesia yang berlebihan pada ibu.


e.       Faktor antepartum
Umur ibu > 35 tahun, kehamilan kurang bulan, kehamilan ganda, dismatur, riwayat IUFD infeksi pada ibu, kecanduan obat pada ibu, cacat bawaan, ibu dengan DM, anemia, perdarahan trimester II / III, oligohidramnion.

f.       Faktor Intra partum
Sectio Caesaria, persalinan kurang bulan, pemakaian anestesi umum, KPD > 24 jam.

c. Patofisiologi
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya


d.   Manifestasi klinik Asfiksia
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurun

Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah

TANDA-TANDA
STADIUM I
STADIUM II
STADIUM III
Tingkat kesadaran
Sangat waspada
Lesu (letargia)
Pinsan (stupor), koma
Tonus otot
Normal
Hipotonik
Flasid
Postur
Normal
Fleksi
Disorientasi
Refleks tendo / klenus
Hyperaktif
Hyperaktif
Tidak ada
Mioklonus
Ada
Ada
Tidak ada
Refleks morrow
Kuat
Lemah
Tidak ada
Pupil
Midriasis
Miosis
Tidak sama, refleks cahaya jelek
Kejang-kejang
Tidak ada
Lazim
Deserebrasi
EEG
Normal
 1aktifitasèVoltase rendah  kejang-kejang
Supresi ledakan sampai isoelektrik
Lamanya
24 jam jika ada kemajuan
24 jam sampai 14 hari
Beberapa hari sampai beberapa minggu
Hasil akhir
Baik
Bervariasi
Kematian, defisit berat





            e.  Pemeriksaan Penunjang
  a. APGAR Score
Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.
Observasi dan periksa :
A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut jantung dengan jari.
G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.
A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan pernapasannya.

TANDA
0
1
2
JUMLAH NILAI
Frekwensi jantung
Tidak ada
Kurang dari 100 x/menit
Lebih dari 100 x/menit

Usaha bernafas
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Menangis kuat

Tonus otot
Lumpuh / lemas
Ekstremitas fleksi sedikit
Gerakan aktif

Refleks
Tidak ada respon
Gerakan sedikit
Menangis batuk

Warna
Biru / pucat
Tubuh: kemerahan, ekstremitas: biru
Tubuh dan ekstremitas kemerahan

Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
b.  Foto polos dada
c.   USG kepala
d.   Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
Pemeriksaan lainnya lainnya:
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
8. Pengkajian spesifik

f. Penatalaksanaan

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1.     Memastika saluran nafas terbuka :
a.    Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b.    Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
c.    Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2.    Memulai pernapasan :
a.    Lakukan rangsangan taktil
b.    Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3.    Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
a.    Tindakan umum
o    Pengawasan suhu
o    Pembersihan jalan nafas
o    Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b.    Tindakan khusus
o      Aspiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
o       Aspiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapasan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

B.   Konsep Dasar Keperawatan Asfiksia

1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut:
a.    Identitas klien/bayi dan keluarga.
b.    Diagnosa medik yang ditegakkan saat klien masuk rumah sakit.
c.    Alasan klien/bayi masuk ruang perinatologi.
d.   Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
e.    Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu.
f.     Riwayat kelahiran klien/bayi.
g.    Pengukuran nilai apgar score, Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya 4-6 asfiksia sedang.
h.    Pengkajian dasar data neonatus:
1.      Sirkulasi
a.    Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b.  Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
c.  Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d.  Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2.      Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3.      Makanan/ cairan
a.    Berat badan : 2500-4000 gram
b.    Panjang badan : 44-45 cm
c.     Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4.      Neurosensori
a.    Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b.    Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c.     Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang).



5.      Pernafasan
a.    Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b.    Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c.     Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6.      Keamanan
a.       Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
b.       Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).






2.      Diagnosa Keperawatan
a.     Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b.     Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c.     Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d.    Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi.
e.     Asietas b/d ancaman kematian





 






                                                           




No comments:

Post a Comment

jangan komen yang aneh-aneh