BY SITI MUTIAH CC:FOR CREDIT
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati, virus
merupakan penyebab hepatitis yang paling sering terutama virus hepatitis AB, C,
D dan E. Pada umumnya penderita menjadi kronis, virus hepatitis D hanya dapat
menyerang penderita yang telah terinfeksi virus B dan dapat memperparah keadaan
penderita.
Pertumbuhan kesehatan sedunia (WHO) menetapakan
imunisasi hepatitis disetiap negara, karena penyebab terbanyak hepatitis virus,
hepatitis virus tersebar di seluruh Indonesia dan menyerang semua suku bangsa,
sekitar 2 milyar orang di dunia diduga telah terinfeksi dan 350 juta menderita
menjadi masalah kesehatan global yang serius, menurut Prof. dr. Hj. Siti
Nurdjanah, M.Kes, SpPd-KGEH, Indonesia endemis hepatitis virus antara 2,5-20 %
dan menempati urutan ke-3 di Asia yaitu berkisar 11,6 %.
Di Jogyakarta data PMI menyebutkan 805 orang
diskrining untuk pendonor darah, 2,2% hepatitis positif. Di Mataram sebanyak
3000 sampel darah yang diskrining di PMI ternyata sebanyak 6,7%.
Dampak dari penyakit hepatitis, penyebab/komplikasi
yang dapat terjadi pada penyakit hepatitis adalah kolesterol, pendarahan,
saluran cerna, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan,
hiperglikemia, demam, bakteri, gelisah, hipertensi, kematian/hypotesis portal.
Sedangkan di Medan Sumatra-Utara di laporkan dalam
kurun waktu 4 tahun dari 19.914 pasien yang di rawat di bagian penyakit dalam
di dapatkan 128 pasien penyakit hati (5%) dan pengamatan secara klinis di
jumpai 819 (72.7%) adalah penyakit Hepatitis
Dalam ilmu keperawatan terdapat hal yang disebut
promotif yaitu suatu tindakan keperawatan promosi kesehatan. Pada kasus
hepatitis, promosi kesehatan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
tindakan penyuluhan kesehatan masyarakat umum maupun klien hepatitis sendiri,
serta dapat juga membagikan selebaran-selebaran yang berhubungan penyakit
hepatitis kepada masyarkat dengan tujuan agar masyarakat mengerti tentang
pentingnya arti kesehatan.
Preventif adalah suatu tindakan keperawatan untuk mencegah
terjadinya suatu penyakit atau menghilangkan gejala penyakit pada kasus
hepatitis virus tindakan pencegahan yang perlu dilakukan dengan memberikan
vaksin hepatitis, meningkatkan gizi masyarakat dan memelihara kesehatan
lingkungan yang baik.
Kuratif adalah kelompok yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan-kegiatan seperti merawat orang sakit di
rumah (home nursing), merawat orang sakit sebagai tindakan lanjut perawat dari
puskesmas dan di rumah.
Rehabilitasi adalah suatu tindakan rehabilitasi pada
kasus hepatitis, disini perawat berfungsi sebagai yang merawat, memelihara
bahkan melayani klien serta memberi dukungan kepada klien agar klien cepat
sembuh.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari Hepatitis?
2.
Apa etiologi dari Hepatitis?
3.
Apa Manifestasi klinis dari Hepatitis?
4.
Bagaimana Patifisiologi dari Hepatitis?
5.
Apa Pemeriksaan penunjang dari Hepatitis?
6.
Apa Penatalaksanaan medis dari Hepatitis?
7.
Bagaimana Konsep keperawatan pada Hepatitis?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Hepatitis.
2.
Untuk mengetahui etiologi dari Hepatitis.
3.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hepatitis.
4.
Untuk mengetahui bagaimana patifisiologi dari Hepatitis.
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Hepatitis.
6.
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Hepatitis.
7.
Untuk mengetahui bagaimana Konsep keperawatan
pada Hepatitis.
bab ii
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
KONSEP DASAR HEPATITIS
a. Pengertian
Hepatitis adalah istilah umum yang
berarti radang hati. “Hepa” berarti hati, sementara “itis” berarti radang
(Seperti gatritis, dermatitis, dan pankreatitis). Hepatitis merupakan infeksi
pada hati, baik disebabkan oleh virus atau tidak. Hepatitis yang disebabkan
oleh virus ada banyak tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C dll. Hepatitis yang
tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat kimia atau
obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun, dan vinyl klorida (Asep suryana
abdurahmat, 2010: 153).
Hepatitis adalah peradangan
atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi
dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik.
Hepatitis berkaitan dengan
sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis
virus B, serta hepatitis virus C (Sue hanclif, 2000: 105).
Hepatitis adalah peradangan
hati yang akut karena suatu infeksi atau keracunan (Clifford anderson, 2007:
243).
Hepatitis adalah Suatu peradangan
pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen
penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan
radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol
(Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Dari beberapa pengetian
hepatitis di atas pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu hepatitis
merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus maupun tidak
disebabkan oleh virus.
b. Etiologi
1. Hepatitis A
a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara
manusia, dibawah oleh air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi
yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita
infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu
kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi,
perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta
onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan
seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga
oleh kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 –
36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan
makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
c.
Patofisiologi
Inflamasi
yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,
sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi
pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri
di ulu hati.
Timbulnya
ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Patway
d. Manifestasi klinik Hepatitis
1. Masa
tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2.
Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang
disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun
(pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal
mencolok pada hepatitis virus B.
3.
Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja
berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada
kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru
berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4.
Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda
ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan,
rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
e.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1)
urobilirubin
direk
2)
bilirubun
serum total
3)
bilirubin
urine
4)
urobilinogen
urine
5)
urobilinogen
feses
b. Pemeriksaan protein
1)
protein
totel serum
2)
albumin
serum
3)
globulin
serum
4)
HbsAG
c.
Waktu
protombin
1) respon waktu protombin terhadap vitamin
K
d. Pemeriksaan serum transferase dan
transaminase
1)
AST
atau SGOT
2)
ALT
atau SGPT
3)
LDH
4)
Amonia
serum
5)
2.
Radiologi
1)
foto
rontgen abdomen
2)
pemindahan
hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
3)
kolestogram
dan kalangiogram
4)
arteriografi
pembuluh darah seliaka
3.
Pemeriksaan
tambahan
1)
laparoskopi
2)
biopsi
hati
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hepatitis terdiri dari diit,
istirahat, dan pengobatan medikamentosa.
a.
Diit
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan
infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori
(30-35 kalori/kg BB) dengan protein cukup (1 g/kg BB). Pemberian lemak
sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak,
karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diit
hati II-III.
b.
Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan
kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
c.
Medikamentosa
1)
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk
mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat
digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase
serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada
keadaan ini dapat diberikan prednison 3 X 10 mg selama 7 hari kemudian
dilakukan tapering off.
2)
Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
3)
Antibiotik tidak jelas kegunaannya.
4)
Jangan diberikan antiemetik. Jika perlu sekali
diberikan golongan fenotiazin.
5)
Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan
perdarahan. (Mansjoer A., 1999 : 514-515)
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup
istirahat, hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi
diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal,
atau tanda-tanda gagal hati yang membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, lethargy,
penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium
yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit adalah
tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a.
Globulin imun (Ig) : digunakan sebagai profilaksis
sebelum dan sesudah terpajan hepatitis A.
b.
HBIG : diberikan sebagai profilaksis setelah
pemajanan.
c.
Vaksin hepatitis B (Heptavax–B) : digunakan
untuk mencegah munculnya hepatitis B. (Betz C.L., 2002 : 185)
B. Konsep Dasar Keperawatan
a. Pengkajian
1.
Biodata / Identitas / Demografi
Presentasi tersering terjadi pada
neonatus 95 % sedang pada anak-anak dan dewasa masing-masing 10 %.
2.
Keluhan utama
Kelemahan, kelelahan
3. Riwayat
penyakit sekarang
bu
klien mengatakan klien demam, nafsu makan menurun, perut sebelah kanan teraba
tegang dan nyeri perut sebelah kanan di sertai mual, muntah dan kelelahan
sehingga mengganggu aktivitas klien.
4.
Riwayat penyakit dahulu
1) Adanya satu / lebih faktor predisposisi®Riwayat Pre Natal terjadinya hepatitis yaitu infeksi Rubella, TORCH, Coxackie, Virus, Herpes pda ibu saat hamil
2) Persalinan dengan ibu hepatitis.®Riwayat Natal
3) Kurangnya kebersihan oral dan anal pada ibu®Riwayat Post Natal penderita hepatitis.
2.5 Riwayat penyakit keluarga.
Kemungkinan ibu klien atau keluarganya menderita hepatitis
2.6 ADL
1) Nutrisi : Hilangnya nafsu makan (Anoreksia) penurunan berat badan.
2) Eliminasi : Urine lebih tua (Kuning pekat), diare / konstipasi (Feces kecoklatan).
3) Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
2.7 Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
(1) Suhu : normal
(2) Nadi : normal
(3) TD : menurun
2) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala : Ikterus pada kulit, mukosa, sclera, nyeri kepala.
(2) Thorax : –
(3) Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, nyeri epigastrium, kram abdomen, hepatomegali.
(4) Extremitas : Mengalami kelelahan, kelemahan
(5) Rectum : Terdapat diare / konstipasi.
3) Pemeriksaan Penunjang
(1) Albumin serum : Menurun
(2) Darah lengkap : SDM menurun
(3) SGOT / SGPT : Meningkat
(4) Alkali fosfatase : Agak meningkat
(5) Tes fungsi hati : Abnormal
(6) Faeces : Warna kecoklatan
(7) Bilirubin serum : Di atas 2,5 mg/100 ml
(8) Tes eksresi BSP : Kadar darah meningkat
(9) Urinalisa : Peningkatan kadar bilirubin.
b. Diagnosa
Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas s/d kelemahan,
penurunan kekuatan otot
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh s/d anoreksia, mual, muntah
3) Resiko infeksi pada orang lain s/d pertahanan primer tubuh tidak adekuat
4) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan s/d kehilangan berlebihan melalui muntah, diare, perdarahan.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh s/d anoreksia, mual, muntah
3) Resiko infeksi pada orang lain s/d pertahanan primer tubuh tidak adekuat
4) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan s/d kehilangan berlebihan melalui muntah, diare, perdarahan.
5) Resiko injuri s/d hepatitis fulminans
6) Kurang pengetahuan s/d perawatan di rumah dan prognosis yang lama.
7) Nyeri(akut/Kronis)s/d keletihan,reflek spasme ototskunder akibat hepatitis.
6) Kurang pengetahuan s/d perawatan di rumah dan prognosis yang lama.
7) Nyeri(akut/Kronis)s/d keletihan,reflek spasme ototskunder akibat hepatitis.
c. Intervensi
DX. Kep I : Intoleransi aktivitas
Tujuan : Pasien dapat melakukan
aktivitas kembali secara normal
Criteria hasil : Kemampuan untuk melakukan aktivitas
Intervensi :
Criteria hasil : Kemampuan untuk melakukan aktivitas
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring /
duduk
R/ Meningkatkan istirahat dan
ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan
posisi duduk tegak di yakini menurunkan aliran darah ke kaki yang mencegah
sirkulasi optimal ke sel hati.
2) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
R/ Meningkatkan fungsi pernafasan dan menimbulkan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
2) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
R/ Meningkatkan fungsi pernafasan dan menimbulkan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3) Lakukan tugas dengan cepat
dan sesuai toleransi.
R/ Memungkinkan periode tembahan istirahat tanpa gangguan.
R/ Memungkinkan periode tembahan istirahat tanpa gangguan.
4) Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi, Bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif / aktif.
R/ Tirah baring lama dapat
menurunkan kemampuan.
5) Dorong penggunaan teknik
manajemen stress.
R/ Meningkatkan relaksasi dan
penghematan energi.
6) Berikan obat sesuai indikasi.
R/ Membentu dalam manajemen
kebutuhan tidur.
DX.Kep II :
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Tujuan :
Klien dapat menunjukan / mempertahankan BB yang normal
Kriteria hasil : Adanya minat / selera makan, porsi makan sesuai kebutuhan, BB dipertahankan sesuai usia, BB meningkat sesuai usia
Kriteria hasil : Adanya minat / selera makan, porsi makan sesuai kebutuhan, BB dipertahankan sesuai usia, BB meningkat sesuai usia
Intervensi :
1) Awasi pemasukan jumlah diit / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
1) Awasi pemasukan jumlah diit / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
R/ Makan banyak sulit untuk
mengatur bila pasien anoreksia.
2) Berikan perawatan mulut
sebelum makan.
R/ Menghilangkan rasa tak enak
dan dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi
tegak
R/ Menurunkan rasa jenuh pada
masa abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4) Pemberian nutrisi secara
parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program.
R/ Di butuhkan bila intake
nutrisi oral sudah tidak mencukupi.
5) Berikan diet rendah lemak
tinggi kalori
R/ Rendah lemak meminimalkan
fungsi hatidan tinggi kalori membantu
mempercepat penyembuhan.
DX. Kep III : Resiko terjadinya
infeksi pada orang lain
Tujuan : Mengurangi resiko
terjadinya infeksi pada orang lain
Criteria hasil : Pasien mampu melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang / transmisi ke orang lain.
Criteria hasil : Pasien mampu melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang / transmisi ke orang lain.
Intervensi :
1) Lakukan teknik isolasi sesuai dengan kebijakan RS terutama cuci tangan efektif
1) Lakukan teknik isolasi sesuai dengan kebijakan RS terutama cuci tangan efektif
R/ Mencegah transmisi penyakit /
virus ke orang lain
2) Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi.
2) Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi.
R/ Pasien terpajan terhadap
proses infeksi potensial resiko komplikasi sekunder.
3) Jelaskan prosedur isolasi
pada orang tua pasien / orang terdekat
R/ Pemahaman alas an mengurangi perasaan terisolasi.
R/ Pemahaman alas an mengurangi perasaan terisolasi.
DX. Kep IV : Kekurangan volume cairan
Tujuan : Mempertahankan hidrasi
adekuat.
Criteria hasil : Turgor kulit baik, haluaran urine sesuai, tanda vital stabil.Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus seperti muntah, diare.
R/ Memberika informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi.
Criteria hasil : Turgor kulit baik, haluaran urine sesuai, tanda vital stabil.Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus seperti muntah, diare.
R/ Memberika informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi.
2) Kaji tanda vital, nadi
perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
R/ Indikator volume sirkulasi /
perfusi.
3) Observasi tanda perdarahan
seperti hematuria, melena, perdarahan gusi atau bekas injeksi.
R/ Kadar protombin dan waktu
koagulasi menunjang bila observasi vitamin K terganggu pada traktus G1 dan
sentesis protombin menurun karena mempengaruhi hati.
Dx Kep. V : Nyeri
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria hasil :
-Mengidentifikasi sumber nyeri
-Mengidentifikasi aktifitas yang
meningkatkan dan menurunkan nyeri
-Menggambarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri
-Menggambarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri
Intervensi :
1) Kaji pengalaman nyeri anak,minta anak menunjukkan area sakit.
1) Kaji pengalaman nyeri anak,minta anak menunjukkan area sakit.
R/Mengidentifikasi letak nyeri
2) Jangan mengancam.
R/ Menurunkan kecemasan anak
3) Persiapkan anak untuk
proseduryang menimbulkan nyeri.
R/ Mengurangi ketegangan anak
saat dilakukan tindakan.
4) Berikan pujian pada anak
untuk ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani dengan baik.
R/ Memberikan pengalaman yang
menyenangkan untuk tibulnya nyeri pada tahap selanjutnya.
5) Batasi penggunaan analgesik
R/ Analgesik memperberat kerja
hati
d. Pelaksanaan
Prinsip-prinsip pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan pada anak dengan Hepatitis.
1) Mempertahankan kebutuhan
aktivitas yang cukup
(1) Atur periode istirahat dan aktivitas
(2) Kaji tingkat aktivitas anak
(3) Hindari untuk aktivitas berlebihan
(4) Jelaskan pentingnya istirahat.
2) Mengajarkan orang tua
bagaimana mempertahankan status nutrisi
yang adekuat.
(1) Kaji kesukaan makanan anak
(2) Berikan istirahat yang adekuat.
(3) Pemberian nutrisi secara parenteral
untuk mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program.
3) Ajarkan pada orang tua
bagaimana mencegah penularan infeksi
(1)Ajarkan tehnik mencuci tangan yang benar.
(1)Ajarkan tehnik mencuci tangan yang benar.
(2)Ajarkan tentang kebersihan perseorangan
(personal Hygiene)
(3)munisasi bila indikasi potensial ketularan.
(3)munisasi bila indikasi potensial ketularan.
4) Mempertahankan kebutuhan
cairan dan elektrolit dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh