BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
Dasar Masa Nifas
1.
Defenisi
Nifas
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau
puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar
lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2010).
Periode postpartum adalah masa enam minggu
sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
2.
Peran
Bidan pada Masa Nifas
Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai
berikut :
1) Memberi
dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikilogis selama persalinan
dan nifas.
2) Sebagai
promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
3) Mengkondisikan
ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.
3.
Tujuan
Masa Nifas
Menurut Saifuddin (2010) tujuan asuhan pada
masa nifas adalah :
1) Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Mendeteksi
masalalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada
bayinya.
3) Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan keshatan dini, nitrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan
pelayanan KB
4. Klasifikasi Masa Nifas
Menurut Suherni dkk (2010), tahapan masa nifas
(postpartum/puerperium) adalah :
1) Puerperium
dini masa kepulihan, yakni saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium
Intermedial, masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira
antara 6–8 minggu.
3) Remote
Peurperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
5. Perubahan fisologis pada masa postpartum
Menurut Suherni dkk (2010), perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa postpartum adalah :
a. Perubahan
uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus
yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang
lebih sama dan kemudian mengkerut,
sehingga dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak
dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengorganisasian dan
pengguguran desidu serta penglupasan
situs plasenta (Salehan 2009).
Sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran
dan berat serta oleh warna dan jumlah lokhia.
Tabel 2.1.TFU dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
|
Bayi
lahir
1
minggu
2
minggu
6
minggu
8
minggu
|
Setinggi pusat, 2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Normal
Normal tapi sebelum hamil
|
1.000 gr
750 gr
500 gr
50 gr
30gr
|
|
Sumber : Saleha (2009)
b. Perubahan
lokhia
Cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Beberapa jenis lokhia (Suherni dkk 2010) yakni :
1) Lokhia
rubra (cruenta) : berwarna merah kareana berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidu, vernix
caseosa, lanugo dan mekonium
selama 2 hari pasca persalinan, keluar selama 2-3 hari post partum.
2) Lokhia
sangulenta : Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada
hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lokhia
serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
4) Lokhia
alba : Cairan putih yang terjadi setelah 2 minggu.
5) Lokhia
purulenta : Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
6) Lochiotosis
: lokhia tidak lancar keluarnya.
c. Perubahan
vagina dan perineum
1) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada
permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
seorang nulipara. Rugae timbul
kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil
(Saleha, 2009).
2) Perlukaan
vagina
Perlukaan vagina tidak berhubungan dengan luka
perineum dan tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,
tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dari cunam, terlebih
apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan
baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.
3) Perubahan
pada perineum
Terjadi robekan perineum pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomi dilakukan penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni dkk, 2010).
d. Perubahan
pada sistem pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada
waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya
aktivitas tubuh. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan (Sulistyawati,
2009).
e. Perubahan
perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya
ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfingter dan edema leher kandung kemih
sesudah bagian ini mengalami kompresi tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam 12–36 jam post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu (Sulistyawati,
2009).
f. Perubahan
sistem endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus,
kadar hormon Human Chorionic
Gonadothropin (HCG) dan Human Placental
Lactogen (HPL) secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari
postpartum. HCG tidak terdapat dalam
urine ibu setelah 2 hari postpartum. HPL
tidak lagi terdapat dalam plasma (Bahiyatun, 2009)
g. Perubahan
sistem muskuloskeletal
Menurut Suherni (2010), perubahan sistem muskuloskeletal
adalah :
1) Diatesis
Setiap wanita postpartum memiliki derajat diatesis/konstitusi (yakni keadaan tubuh
yang membuat jaringan-jaringan tubuh bereaksi secara luar biasa terhadap
rangsangan-rangsangan luar tertentu, sehingga membuat orang itu lebih peka
terhadap penyakit-penyakit tertentu). Sebagian besar wanita melakukan ambulasi (ambulation=bisa berjalan) 4-8 jam postpartum. Ambulasi dini dianjurkan
untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi dan meningkatkan cara
pandang emosional. Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasi pelvik
terjadi dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Mobilisasi (gerakan) dan tonus otot
gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah
melahirkan. Konstipasi terjadi umumnya selama periode postpartum awal karena
penurunan tonus otot usus, rasa tidak nyaman pada perineum dan kecemasan. Haemoroid adalah peristiwa lazim pada
periode postpartum awal karena tekanan pada dasar panggul dan mengejan selama
persalinan. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak, namun sel-selnya
sendiri jelas berkurang ukurannya.
2) Abdominalis
dan peritoneum
Akibat peritoneum berkontraksi dan ber-retraksi
pasca persalinan dan juga beberapa
hari setelah itu, peritoneum yang membungkus sebagian besar dari uterus,
membentuk lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum dan rotundum sangat
lebih kendor dari kondisi sebelum hamil.
Memerlukan waktu cukup lama agar dapat kembali normal seperti semula.
Dinding abdomen tetap kendor untuk sementara
waktu. Hal ini disebabkan karena sebagai konsekuensi dari putusnya serat-serat
elastis kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibat pembesaran uterus selama hamil.
Pemulihannya harus dibantu dengan cara
berlatih. Pasca persalinan dinding perut menjadi longgar, disebabkan karena
teregang begitu lama. Namun demikian umumnya akan pulih dalam waktu 6 minggu.
h. Perubahan
tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital menurut Suherni dkk
(2010) adalah sebagai berikut :
1) Suhu
badan
a) Sekitar
hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh ibu mungkin naik sedikit antara 37,200C-37,500C.
Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara.
a) Bila
kenaikan mencapai 380C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
2) Denyut
nadi
a) Denyut
nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit, yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya
pada minggu pertama postpartum.
b) Pada ibu yang nervous nadinya bias cepat,
kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi, khususnya
bila disertai peningkatan suhu tubuh.
3) Tekanan
darah
a) Tekanan
darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra
persalinan pada 1-3 hari postpartum
b) Bila
tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan postpartum.
Sebaliknya bila tekanan darahnya tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya
preeklamsi yang bisa timbul pada masa nifas.
4) Respirasi
a) Pada
umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain
karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
b) Bila
ada respirasi cepat postpartum(>30x/menit) mungkin karena adanya ikutan
tanda-tanda syok.
6.
Respon
Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
a. Memulai
Hubungan Keluarga dengan Bayi Baru lahir
Pada saat proses kelahiran selesai, proses yang
baru dimulai sama pentingnya untuk masa depan keluarga. Sebagai awalan, ketika
ibu mulai merasa bisa terbuka terhadap bayi baru lahirnya dan bayi berada dalam
periode relaktivitas pertamanya, hal ini merupakan pengalaman baru yang paling
berharga untuk proses bonding.
Gagasan mengenai periode sensitif dapat dilihat pada perilaku awal orang tua
yang menemui bayi baru lahir mereka, ketika dengan tiba-tiba atau dengan lembut
orang tua mengeksplorasi tubuh bayi baru lahir, mengubah intonasi dan ritme
suara mereka menjadi lembut, serta mengambil posisi muka dengan posisi muka
berhadapan dengan anak mereka.
Kontak yang tidak terganggu antara ibu dan bayi
selama jam pertama setelah kelahiran bayi ditunjukan untuk meningkatkan proses
perlekatan ini. Waktu sejak melahirkan sampai menyusui efektif kurang lebih
satu jam, hal ini bertujuan untuk menunjukan bahwa setidaknya satu jam kontak
tanpa gangguan merupakan saat-saat yang penting dalam meningkatkan hubungan ibu
dan anak.
Melibatkan ayah atau anggota keluarga dekat
lain dalam periode ini dapat meningkatkan kegembiraan keluarga. Namun,
pembatasan kunjungan hanya oleh keluarga dan teman dekat selama periode ini
juga dapat menjadi faktor dalam mempertahankan kontak ibu dan bayinya.
b. Penerimaan
atau Respon Ibu Terhadap Bayi Baru Lahir
Reaksi wanita berbeda-beda segera setelah
melahirkan. Beberapa orang merasa letih dan hanya ingin tidur, beberapa lainnya
sangat sadar dan tidak bisa tidur. Kedua jenis reaksi ini sangat normal. Hanya
ingin dibiarkan seorang diri dan tidur setelah persalinan usai adalah reaksi
yang sangat normal dan tidak membuat seorang ibu menjadi ibu yang buruk. Disisi
lain, jika sorang ibu tidak dapat tidur dan ingin menghabiskan waktu dengn memandang
bayi, itu juga lebih baik.
Ibu biasanya diliputi sensasi keberhasilan dan
kelahiran bayinya dengan aman dan terdapat begitu banyak informasi untuk
diserap. Pertanyaan yang sering dilontarkan segera setelah kelahiran spontan
adalah jenis kelamin, kesehatan, dan berat badan bayi. Bergantung dari
bagaimana ibu diperkenalkan dengan bayinya, ia akan selalu melihat kearah
bayinya, mengamati tubuh, sesekali mengelus pipi bayi, dan menggoyangkan
ekstremitasnya sebelum kembali menatap wajah bayinya.
Selama hari-hari pertama melahirkan, sebagian
besar ibu secara total merasakan bahwa semua pehatiannya terarah kepada
kebutuhan bayi dan meninggalkan bayinya hanya dalam waktu singkat. Seorang ibu
menghabiskan waktu untuk mengagumi bayinya, baik saat bayinya bangun maupun
tidur. Ibu yang dulu merasa takut dan tidak yakin, kini dengan cepat berubah
menjadi sosok ibu yang mengetahui semua atribut khusus dan isyarat dari
banyinya yang baru lahir serta mulai memberi respon yang sesuai. (Bahiyatun,
2009)
7.
Proses
Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas
Periode
masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan,
terutama pada ibu primipara.
Menurut
Saleha (2009) hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
a. Fungsi
yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
b. Respon
dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
c. Riwayat
pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
d. Harapan,
keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.
Menurut
Saleha (2009) nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu sebagai berikut :
a. Taking
in period
Terjadi pada 1–2 hari setelah persalinan, ibu
masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap
tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Taking
hold period
Berlangsung 3–4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan
bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan
dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Letting
go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi di rumah. Ibu
mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari
atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
8.
Nifas
Primipara
Ibu nifas primipara yaitu seorang wanita yang
belum pernah melahirkan bayi yang viabel untuk pertama kali. Pengetahuan ibu
nifas primipara dalam merawat bayinya adalah sangat penting karena dengan
pengetahuan yang cukup, maka ibu nifas mampu melakukan perawatan bayinya dengan
benar (Wiknjosastro, 2007).
9.
Perawatan
Ibu Masa Nifas
Perawatan
nifas meliputi :
a. Nutrisi
dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Menurut Saleha (2009) Ibu yang menyusui harus memenuhi
akan gizi sebagai berikut :
1) Tambahan
500 kalori tiap hari.
2) Makan
dengan diet berimbang mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup.
3) Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4) Pil
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan.
5) Minum
kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melaliu ASI.
b. Ambulansi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk
cepat berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang
buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya
prolaps uteri atau retrofleksi (Sulistyawati, 2009).
c. Eliminasi
1) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil
spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila
tidak dilakukan dengan tindakan dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat
klien atau dengan mengompres air hangat diatas simpisis, jika tidak berhasil
dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Defekasi
Biasanya 2–3 hari post partum masih sulit buang
air besar. Jika klien pada hari ke-3 belum juga buang air besar maka diberikan
laksan supositoria dan minum air hangat (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d. Kebersihan
diri
1) Perawatan
perineum
Apabila setelah buang air besar atau buang air
kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang
lembut minimal 1 kali sehari.
Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi.
Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling
sedikit 4 kali sehari. Sarankan ibu untuk cuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya (Wulandari dan Handayani,
2011).
2) Perawatan
payudara
a) Menjaga
payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH
yang menyokong payudara.
b) Apabila
puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting
yang tidak lecet.
c) Apabila
lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
d) Untuk
menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
(Wulandari
dan Handayani, 2011).
Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui,
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mecegah tersumbatnya saluran susu,
sehingga mempelancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara
teratur, perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Rukiyah dkk 2011).
e. Istirahat
Seorang wanita yang dalam masa nifas dan
menyusui memerlukan waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam
proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui
bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal ini akan mengubah pola
istirahat ibu. Oleh karena itu, ibu dianjurkan istirahat (tidur) saat bayi
sedang tidur. Jika ibu kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah
produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidak-mampuan merawat bayi
(Bahiyatun, 2009).
f. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan
episiotomi sudah sembuh maka koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum.
Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Wulandari dan
Handayani, 2011).
g. Senam
Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu
setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan
untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan
dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Sebaiknya
dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinyu). Lakukan pengulangan
setiap 5 gerakan dan tingkatan setiap hari sampai 10 kali (Dewi dan Sunarsih,
2011).
h. KB
pada Ibu Menyusui
Keluarga berencana adalah salah satu usaha
untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi nasehat perkawinan,
pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan. KB merupakan salah satu usaha
memabantu keluarga atau individu merencanakan kehidupan berkeluargannya dengan
baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Menurut Bahiyatun 2009
macam-macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui :
1) Metode
amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI.
Metode ini efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya menunda atau menekan ovulasi.
2) Pil
Progestin (Mini pil). Metode ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
mengguanakan pil KB yang sangat efektif pada masa laktasi. Dosisnya rendah,
tidak menurunkan produksi ASI, tidak memberikan efek sampng estrogen. Efek
samping utama adalah gangguan perdarahan (perdarahan bercak atau perdarahan
tidak teratur). Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Cara kerja metode
ini adalah menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks do ovarium
(tidak begitu kuat). Endometrium akan mengalami transformasi lebih awal,
sehingga implantasi lebih sulit. Selain itu, menetralkan lendir serviks yang
menghambat penetrasi sperma dan mengubah motalitas tuba. Hal ini mengganggu
transportasi sperma.
3) Suntikan
Progestin. Metode ini sangat efektif, aman dan dapat digunakan oleh semua
wanita dalam usia reproduksi. Dengan metode ini, kembalinya kesuburan lebih
lambat (rata-rata 4 bulan). Metode ini cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI. Cara kerja metode ini mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan
selaput lendir tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
4) Kontrasepsi
Implan. Kontrasepsi ini efektif selama 5 tahun untuk Norplant dan 3 tahun untuk
jadena, Indoplant dan Inplantont. Metode ini dapat digunakan oleh semua perempuan
dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu perhatian khusus bagi
tenaga kesehatan. Kesuburan dapat kembali setelah implan di cabut dan aman
dipakai pada saat laktasi. Cara kerja kontrasepsi ini adalah mengentalkan
lendir serviks, mengganggu proses pembentikan endometrium sehingga seulit
terjadi implantasi, meggaggu trasporttasi sperma, dan menekan ovulasi.
5) KB
dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Metode ini sangat efektif,
reversibel dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
pemasangan dan pencabutan perlu perhatian khusus bagi petugas kesehatan. AKDR
dapat digunakan oleh semua perempuan usia reproduksi, tetapi tidak boleh
dipakai pada perempuan yang terpajan infeksi menular seksual.
10.
Perawatan
Bayi
Perawatan
bayi meliputi :
a. Memandikan
Bayi
Memandikan bayi adalah suatu cara untuk menjaga
kebersihan, memberikan rasa segar, dan memberikan rangsangan pada kulit (Dewi
dan Sunarsih, 2011). Tujuan memandikan bayi itu sendiri adalah membersihkan
tubuh bayi, memberikan rasa nyaman serta menghindarai terjadinya infeksi dan
iritasi. Beberapa hal yang perlu di perhatikan sebelum memandikan bayi adalah
mengukur suhu tubuh bayi, jika kurang dari 36,50C sebaiknya
hangatkan dulu, sebelum mandi kita perlu mempersiapkan peralatan mandi serta
baju ganti, kemudian menyiapkan air hangat
secukupnya (Yunita, 2012).
Menurut Yunita, langkah-langkah memandikan bayi
yaitu:
1) Mempersiapkan
peralatan mandi yaitu 1 ember berisi air
hangat, sabun mandi, sampo bayi, handuk bayi, kassa steril, pakaian bayi
lengkap, minyak telon, bedak dan sisir.
2) Mencuci
tanga dengan sabun kemudian mengeringkan
tangan.
3) Mendekatkan
semua peralatan
4) Jika
bayi masih tidur bangunkan bayi dengan memberikan rangsangan ke bayi, misalnya
menepuk perlahan pada telapak kaki.
5) Membersihkan
kotoran bayi (jika ada) dengan kapas
yang sudah di basahi air atau tisu basah.
6) Meletakkan
bayi pada tempat yang sudah disediakan yang sudah diberi handuk atau bedong
bekas yang dipakai.
7) Membersihkan
mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air bersih dan hangat, dari ujung mata ke pangkal hidung.
8) Membasuh
dan membersihkan muka tanpa sabun.
9) Membersihkan
tubuh bayi dengan sabun mulai dari kepala, telinga, leher, dada, perut, lengan,
punggung dan terakhir alat kelamin dengan menggunakan waslap dan sabun.
10) Meletakkan
bayi kedalam ember bayi secara pelan-pelan. Cara memegang bayi dengan cara
menyisipkan lengan bayi pada sela-sela jari dengan kepala bayi berada pada
lengan bawah lipat siku.
11) Membilas
tubuh bayi secara pelan-pelan sampai bersih.
12) Mengeringkan
bayi dengan handuk sambil memperhatikan kemungkinan adanya kelainan-kelainan.
13) Meletakkan
bayi pada tempat yang sudah disiapkan (gedong, baju, dan popok).
14) Merawat
tali pusat dengan kassa steril.
15) Memakaikan
popok tanpa bedak, baju serta sarung tangan dan sarung kaki.
16) Membedong
bayi dengan benar, menyisir rambutnya dan kenakan topi pada kepala bayi.
17) Meletakkan
bayi di tempat yang nyaman atau bayi disusui oleh ibunya.
18) Membereskan
dan mengembalikan alat.
19) Mencuci
tangan.
b. Perawatan
Tali Pusat
Cara
merawat tali pusat adalah sebagai berikut :
1) Selalu
cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Jangan
memberikan apapun pada tali pusar.
3) Rawat
tali pusar terbuka dan kering.
4) Bila
tali pusar kotor atau basah, cuci
dengan air bersih dan sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih.
(Kemenkes RI, 2016)
c. Kebersihan
Popok
Menurut Maharani (2009), langkah-langkah
mengganti popok yaitu :
1) Menggulung
pakaian atas agar tidak kotor.
2) Jika
bayi menggunakan popok kain, lepaskan popok kain dengan perlahan, dan jika bayi menggunakan popok
sekali pakai, langsung lepaskan perekatnya pada sisi kanan dan kiri bayi.
3) Memegang
pergelangan kaki bayi dengan satu tanggan dan angkat pantatnya, lipat popok yang kotor (bagian
yang kotor didalam).
4) Membersihkan
pantat bayi dengan air hangat dan kapas atau kassa atau dengan tisu basah.
5) Untuk bayi
perempuan, bersihkan pantat
bayi dari depan
ke belakang supaya kuman tidak
masuk ke dalam saluran kencing bayi.
6) Memasang
popok bersih dan kencangkan
perekat atau pasang pengikatnya dengan benar.
d. Merawat
Kuku
Menurut Yuanita (2012), langkah-langkah dalam
memotong kuku yaitu :
1) Mempersiapkan
alat-alat : gunting khusus bayi, alcohol, kapas, air hangat.
2) Sebelum
gunting kuku digunakan, sebaiknya di bersihkan terlebih dahulun dengan alcohol
70%.
3) Memegang
salah satu telapak tangan bayi dengan tangan kiri, kemudian lebarkan jarak
jari-jari tangan bayi.
4) Menggunting
kuku bayi dengan tangan kanan secara perlahan dan hati-hati.
5) Membersihkan kotoran
yang ada dibalik
kuku dengan menggunakan kapas
yang sudah dibasahi dengan air hangat.
6) Jangan
terlalu sering menggunting kuku bayi, karena akan mempermudah terjadinya
kerusakan kulitdisekitar kuku.
7) Jika
saat memotong kuku bayi terjadi luka pada jari dan kuku bayi, bersihkan daerah
dengan kapan dan berikan obat antiseptik.
e. Merawat
Kulit
Kulit bayi sangat rentan terhadap gangguan
kulit hal ini disebabkan karena sensitifnya kulit bayi. Untuk itu diperlukan
adanya perawatan yang cermat terhadap kulit bayi. Ketidak cermatan dalam
perawatan kulit bayi dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kulit bayi
yang disebabkan oleh biang keringat atau ruam popok.
Menurut Yunita (2012), langkah-langkah merawat
kulit bayi yaitu :
1) Membiasakan
bayi mandi secara teratur sebaiknya dua kali
sehari sekali menggunakan sabun khusus untuk bayi.
2) Setelah
bayi selesai mandi, keringkan dengan handuk bayi yang lembut dan pastikan bahwa
daerah yang tertutup maupun lipatan benar-benar kering.
3) Menggunakan
pakaian bayi yang berbahan katun karena katun bersifat ramah kulit, memiliki
pori-pori dan menyerap kelambaban.
4) Setiap
bayi berkeringat usap daerah yang berkeringat dengan kain atau tisu basah dan
lembut,kemudian keringkan dengan kain bersih dan menaburkan bedak bayi yang
lembut secara tipis pada kulit bayi.
5) Gunakan
bedak dan minyak telon setelah mandi keseluruh tubuh bayi untuk menjaga kulit
bayi dari iritasi.
6) Sebaiknya
bayi diletakkan dalam ruang yang memiliki ventilasi yang cukup untuk pertukaran
udara.
7) Jangan
memaksa bayi memakai popok terlalu lama, segera mengganti popok jika sudah
basah dan penuh.
f. Pemberian
ASI
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. Manfaat ASI ada
berbagai macam antara lain : sebagai nutrisi, sebagai daya tahan tubuh,
meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang, menyebabkan pertumbuhan
dan perkembangan bayi menjadi lebih baik (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Menurut Bahiyatun (2009) langkah-langkah menyusui yang
benar yaitu sebagai berikut :
1) Sebelum
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfeksi dan menjaga kelembaban puting susu.
2) Bayi
diposisikan menghadap perut atau payudara ibu.
3) Ibu
duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
4) Bayi
dipegang ada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh menengadah
dan bokong bayi disokong dengan telapak tangan).
5) Satu
tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan.
6) Perut
bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara tidak hanya
membelokkan kepala bayi).
7) Telinga
dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.
8) Ibu
menatap bayi dengan kasih sayang.
9) Payudara
dipegang dengan dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.
Jangan menekan puting susu atau areola saja.
10) Bayi
diberi rangsangan agar membuka mulut (reflex
rooting) dengan cara menyentuh sisi mulut bayi dengan jari. Setelah
bayi membuka mulut,dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.
11) Usahakan
sebagaian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi
yang salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting susu saja,
yang akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting
susu lecet.
12) Setelah
bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
Menurut Varney (2007), beberapa posisi menyendawakan bayi
yang benar ialah menggendong bayi dibahu dan duduk dipangkuan. Menggendong bayi
di bahu ialah bayi digendong dibahu dengan posisi tegak, kemudian menggosok
atau menepuk punggung bayi dengan lembut sampai bayi bersendawa. Jika perlu
meletakkan selembar kain dibahu untuk menjaga pakaian agar tidak kotor.
Sedangkan dengan duduk dipangkuan caranya dudukkan bayi dipangkuan dan sedikit
dicondongkan kedepan kemudian menggosok dan menepuk punggung bayi dengan lembut
sampai bersendawa. Jangan lupa menopang kepala bayi dengan tangan karna
lehernya masih lemah.
g. Menjaga
kehangatan bayi
Cara
menjaga bayi tetap hangat adalah sebagai berikut :
1) Mandikan
bayi setelah 6 jam, dimandikan dengan air hangat.
2) Bayi
harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai pakaian kering dan
lembut.
3) Ganti
popok dan baju jika basah.
4) Jangan
tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.
5) Jaga bayi
tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos
kaki, kaos tangan dan pakaian yang hangat
pada saat tidak dalam dekapan.
6) Jika berat
lahir kurang dari 2500gram, lakukan Perawatan Metode Kanguru (dekap bayi didada
ibu/bapak/anggota keluarga lain kulit bayi menempel kulit ibu/bapak/anggota
keluarga lain).
7) Bidan/Perawat/Dokter
menjelaskan cara Perawatan Metode Kanguru.
(Kemenkes RI, 2016)
11.
Program
Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas di Rumah
Kunjungan rumah postpartum
dilakukan sebagai suatu tindakan untuk pemeriksaan postpartum lanjutan. Apa pun
sumbernya, kunjungan rumah direncanakan untuk bekerja sama dengan keluarga dan
dijadwalkan berdasarkan kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa
dilakukan sejak 24 jam setelah pulang. Jarang sekali suatu kunjungan
rumah ditunda sampai hari ketiga setelah pulang ke rumah. Kunjungan berikutnya
direncanakan di sepanjang minggu pertama jika diperlukan.
Semakin meningkatnya angka
kematian ibu di Indonesia pada saat masa nifas (sekitar 60%) mencetuskan
pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru mengenai jadwal
kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan kunjungan masa nifas
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-masalah yang terjadi. Jadwal kunjungan tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.2. Jadwal Kunjungan Rumah Postpartum
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah
persalinan
|
·
Mencegah perdarahan masa nifas karena atoria uteri.
·
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut.
·
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
·
Pemberian ASI awal.
·
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
·
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
|
2
|
6 hari setelah
persalinan
|
·
Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.
·
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
·
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
·
Memberkan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
|
3
|
2 minggu setelah persalinan
|
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan).
|
4
|
6 minggu setelah
persalinan
|
·
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
alami atau bayinya.
·
Memberikan konseling KB secara dini.
·
Mengajurkan atau mengajak ibu membawa bayinya ke posyandu
atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.
|
Sumber : Saifuddin (2010)
Suatu kunjungan rumah akan mendapat lebih
banyak kemajuan apabila direncanakan dan diorganisasi dengan baik. Bidan perlu
meninjau kembali catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran, dan catatan lain yang
bisa digunakan sebagai dasar wawancara dan pemeriksaan serta pemberian perawatan
lanjutan yang diberikan. Setelah kunjungan tersebut direncanakan, bidan harus
mengumpulkan semua peralatan yang diperlukan, materi instruksi, dan keterangan
yang dapat diberikan kepada keluarga yang akan dikunjungi.
C.
Konsep
Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati, 2010).
2.
Proses
Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses
pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan
aman dapat tercapai (Ambarwati, 2010). Proses tersebut meliputi :
a. Langkah
I : Pengumpulan Data Dasar
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010).
1) Data
Subjektif
Data
subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai pendapat terhadap situasi
data kejadian. Informasi tersebut dapat ditentukan dengan informasi atau
komunikasi (Nursalam, 2008).
a) Biodata
yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010), meliputi :
(1) Nama :
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan atau asuhan.
(2) Umur :
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas
(3) Agama
: Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan
pasien dalam berdoa atau beribadah.
(4) Suku
Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(5) Pendidikan
: Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
(6) Pekerjaan
: Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini
juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(7) Alamat
: Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b) Keluhan
Utama
Keluhan utama dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan dengan masa nifas
(Ambarwati dan Wulandari, 2009).
c) Riwayat
kesehatan
(1) Riwayat
kesehatan yang lalu
Data
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti : jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini (Anggraini, 2010).
(2) Riwayat
kesehatan sekarang
Data-data
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya (Anggraini, 2010).
(3) Riwayat
kesehatan keluarga
Data
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya (Anggraini, 2010).
d) Riwayat
Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi,
lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak menstruasinya,
sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut
disminorea (Estiwidani dkk, 2008).
e) Riwayat
Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas
(Wulandari dan Handayani, 2011).
f) Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat
persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya
melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul
sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan
bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan
bayi hidup/mati saat dilahirkan (Estiwidani dkk, 2008).
g) Riwayat
Keluarga Berencana
Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang
digunakan serta untuk mengetahui jenis KB, lama penggunaan, keluhan yang
dialami Ibu sebagai efek samping dari alat kontrasepsi yang digunakan (Varney,
2007).
h) Riwayat
Kehamilan Sekarang
Menurut Saifuddin (2006), meliputi :
(1) Hari
pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya.
(2) Keluhan-keluhan
pada trimester I, II, III.
(3) Dimana
ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
(4) Selama
hamil berapa kali ibu periksa
(5) Penyuluhan
yang pernah didapat selama kehamilan
(6) Pergerakan
anak pertama kali dirasakan pada kehamilan
(7) Imunisasi
TT : sudah/belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan imunisasi TT selama
hamil.
i) Riwayat
Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan,
jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
(Ambarwati dkk, 2010).
j) Pola
Kebiasaan Selama Masa Nifas
(1) Nutrisi
Untuk
mengetahui gambaran tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis
makanan dan makanan pantangan (Ambarwati dkk, 2010).
(2) Eliminasi
Menggambarkan
pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Ambarwati dkk, 2010).
(3) Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat
tidur, kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Anggraini, 2010).
(4) Keadaan
psikologis
Untuk
mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa takut atau cemas
dengan keadaan sekarang (Nursalam, 2008).
k) Riwayat
sosial budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan atau tidak,
diterima atau tidak, jenis kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui pasien
dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan makan dilarang makan
ikan atau yang amis-amis (Anggraini, 2010).
l) Penggunaan
obat-obatan / rokok
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat terlarang
ataukah ibu merokok (Manuaba, 2007).
2) Data
Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat
diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a) Status
generalis
(1) Keadaan
umum
Untuk mengetahui keadaan umum klien apakah
baik, sedang, buruk. Pada ibu nifas normal keadaan umum ibu baik (Alimul,
2006).
(2) Kesadaran
Untuk
mengetahui tingkatan kesadaran ibu, tingkat kesadaran ibu seperti composmentis,
apatis, somnolen, soporocomatis, koma (Alimul, 2006). Kesadaran pada ibu nifas
normal adalah composmentis (Wiknjosasto, 2007).
(3) Tanda-tanda
Vital
(a) Tekanan
darah
Untuk mengetahui tekanan darah klien, normal 120/80 mmHg
(Varney, 2007). Apabila tekanan darah diatas 140/90 mmHg terjadi hipertensi
(Wiknjosastro, 2007).
(b) Nadi
Batas normal nadi berkisar antara 60 – 80 x/menit. Denyut
nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit
atau karena kehilangan darah yang berlebihan (Anggraini, 2010).
(c) Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C.
Sesudah partus dapat naik 0,50C dari keadaan normal tetapi tidak
melebihi 380C (Wiknjosastro, 2006).
(d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2006). Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal
yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati & Wulandari, 2010).
(4) Tinggi
badan
Untuk
mengetahui tinggi badan pasien. Normalnya 155cm–165cm (Wiknjosastro, 2006).
(5) LILA
Untuk
mengetahui status gizi pasien. Normalnya tidak kurang 23,5 cm (Wiknjosastro,
2006).
b) Pemeriksaan
sistematis
(1) Inspeksi
(a) Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Nursalam, 2008).
(b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008).
(c) Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia/tidak,
sklera ikterik/tidak (Nursalam, 2008).
(d) Mulut,
gigi dan gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi,
gusi berdarah atau tidak (Nursalam, 2008).
(e) Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, ada strie/tidak,
ada tidaknya linea alba nigra (Saifuddin, 2006).
(f) Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007).
(g) Perineum
Untuk mengetahui keadaan perineum apakah ada oedema atau
tidak, ada hematoma atau tidak, ada bekas luka episiotomi atau tidak
(Prihardjo, 2006).
(h) Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid/tidak (Prihardjo, 2007).
(2) Palpasi
(a) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2008).
(b) Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2008)
(c) Abdomen
Untuk mengetahui bagaimana kontraksinya, berapa tinggi
fundus uterinya, kandung kemih kosong/penuh (Dewi dan Sunarsih, 2011).
(d) Ekstremitas
Untuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak (Prihardjo, 2007).
3) Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan
diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi (Varney,
2007).
b. Langkah
II : Interpretasi Data Dasar
Interpretasi data dasar merupakan rangkaian,
menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui
kesehatan pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa,
masalah, kebutuhan (Varney, 2007).
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi
diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan (Anggraini, 2010).
1) Diagnosa
Kebidanan
Diagnosa
kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan Varney (2007). Diagnosa pada kasus ini adalah PIA0, nifas hari ke …
a) Data
subjektif
(1) Ibu
mengatakan ini kelahiran anak pertama.
(2) Ibu
mengatakan tidak pernah keguguran.
(3) Ibu
mengatakan melahirkan pada tanggal… pukul…
b) Data
objektif
(1) Keadaan
umum baik dan kesadaran composmentis.
(2) TTV :
Tekanan darah :…..mmHg, Nadi :…..x/m, Suhu :…..oC, Pernapasan
:……x/m.
(3) Abdomen
: Kontraksi uterus : baik, TFU…..
(4) Pengeluaran
pervaginam : Lokhia rubra
(5) Keadaan
perineum : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, kemerahan dan berbau.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa
sesuai dengan keadaan pasien (Varney, 2007). Masalah yang sering terjadi pada
ibu nifas primipara yaitu ibu merasa cemas, ketergantungan dalam perawatan
bayinya dan kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi sehari-hari.
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien
dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Didapatkan dengan
menganalisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada nifas primipara yaitu berupa
dukungan moril dan konseling tentang perawatan diri dan bayinya.
c. Langkah
III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang
aman penting sekali dalam hal ini (Anggraini, 2010)
d. Langkah
IV : Menetapkan Kebutuhan dan Tindakan Segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan
melakukan rujukan (Varney, 2007).
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari
manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010).
e. Langkah
V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah
diidentifikasikan atau diantisipasi (Varney, 2007).
1) Jelaskan
pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
Rasional : pengetahuan Ibu
bertambah sehingga ibu lebih kooperatif dan ibu dapat mengetahui kondisi
tubuhnya.
2) Mengobservasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital.
Rasional : keadaan umum ibu
menunjukan perubahan ibu apakah membaik atau memburuk. Tanda-tanda vital
merupakan parameter bagi tubuh jika terdapat suatu kelainan tubuh.
3) Mengobservasi
TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran Lokhia.
Rasional : sebagai indikator
kemajuan proses involusio berlangsung normal atau tidak.
4) Membantu
ibu memenuhi kebutuhan dasar dengan cara melakukan personal hygiene terutama
kebersihan alat genetalia.
Rasional : dengan melakukan
personal hygiene, ibu dapat terhindar dari resiko infeksi serta meningkatkan
perasaan yang nyaman pada ibu.
Rasional : Manfaat ASI ada
berbagai macam antara lain : sebagai nutrisi, sebagai daya tahan tubuh,
meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang, menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lebih baik
5) Anjurkan
ibu untuk menkonsumsi makan-makanan yang bergizi berupa makanan yang tinggi
kalori, tinggi protein, dan tinggi serat dan menberikan ibu minum yang cukup serta
pastikan ibu memakan dan menghabiskan makanan yang telah diberikan.
Rational : Dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi proses laktasi. Apabila
ibu kurang istirahat akan mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
involusi uterus, menyebabkan depresi serta ketidakmampuan untuk merawat bayinya
dan dirinya sendiri.
6) Anjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup, kurangi aktifitas yang berlebihan.
Rasional : Seorang wanita yang
dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan terutama organ-organ
reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya.
7) Anjurkan
ibu untuk mobilisasi dini, misalnya seperti gerakan miring kiri dan kanan atau
duduk di temapt tidur dan berjalan-jalan disekitar ruanganya dan pergi kekamar
mandi sendiri dengan pelan-pelan dan di pantau keluarga.
Rasional : mobilisasi dini
dapat melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi peurperium dan
mempercepat involusi alat kandungan
8) Menganjurkan ibu
merawat payudaranya, menjaga payudara tetap bersih dan kering
terutama putting susu (bersihkan payudara ibu sebelum dan sesudah menyusui bayinya
dengan kain hangat dan kain lap yang bersih) dan gunakan BH yang menyokong
payudara.
Rasional : perawatan payudara bagi ibu menyusui,
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mecegah tersumbatnya saluran susu,
sehingga mempelancar pengeluaran susu.
9) Berikan HE tentang ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja pada
bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain dan membantu
ibu untuk menyusui bayinya dan pantau kemajuan laktasi.
Rasional : ASI sangat penting
untuk bayi. Manfaat ASI ada berbagai macam antara lain : sebagai nutrisi,
sebagai daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih
sayang, menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lebih baik.
10) Berikan
HE tentang hubungan seksual masa nifas yaitu apabila perdarahan telah berhenti
dan luka jahitan perineum sudah sembuh maka hubungan seksual bisa dilakukan
pada 3-4 minggu setelah persalinan.
Rasional : berhubungan seksual
selama masa nifas berbahaya apabila pada saat itu mulut Rahim masih terbuka
akan akan beresiko. Mudah terkena infeksi kuman yang hidup diluar hingga
menyebabkan infeksi.
11) Memberikan
HE tentang tanda bahaya masa nifas seperti seperti
perdarahan yang banyak dari jalan lahir, sakit kepala yang hebat, pandangan
mata kabur, demam tinggi dan pengeluaran vagina yang berbau busuk.
Rasional :
mengenali secara dini tanda bahaya pada masa nifas, ibu dapat segera memeriksakan keadaanya ke
tenaga kesehatan apabila terjadi hal tersebut serta meningkatkan kemandirian
ibu.
12) Memberikan konseling
tentang keluarga berencana secara dini dan pemakaian alat kontrasepsi yang akan
di pakai ibu untuk menjarakkan kehamilan.
Rasional : KB merupakan salah satu usaha memabantu
keluarga atau individu merencanakan kehidupan berkeluargannya dengan baik,
sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
13) Berikan
HE tentang perawatan bayi sehari-hari seperti memandikan bayi, menjaga
kebersihan bayi, menjaga kehangatan bayi dan mengganti popok.
Rasional : pengetahuan ibu
nifas primipara dalam merawat bayinya adalah sangat penting karena dengan
pengetahuan yang cukup, maka ibu nifas mampu melakukan perawatan bayinya dengan
benar.
14) Memberikan HE tentang
kunjungan ulang untuk pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi ke pelayanan kesehatan
serta membawa bayi ke posyandu untuk penimbangan mendapatkan imunisasi
Rasional : untuk memastikan ibu dan bayi dalam keadaan baik
serta bayi mendapat imunisasi lengkap, memastikan pertumbuhan dan perkembangan
anaknya berjalan dengan optimal.
15) Kolaborasi
dengan dokter atau bidan untuk pemberian Therapy.
Rasional
: untuk mengurangi rasa nyeri dan mempercepat proses penyembuhan ibu.
16) Mengajarkan
ibu untuk minum obat tidak menggunakan teh, susu atau kopi, sebaiknya
menggunakan air putih.
Rasional
: minum obat dengan air putih agar obat cepat larut serta mempercepat proses
absorbsi obat dalam lambung.
f. Langkah
VI : Melaksanakan Perencanaan
Menurut Varney (2007), pada langkah keenam ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan ini dapat dilakukan
mandiri maupun kolaborasi atau melakukan rujukan bila perlu melakukannya.
g. Langkah
VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna
mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terh
adap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana
(Anggraini, 2010).
3.
Pendokumentasian
Data perkembangan yang digunakan dalam laporan
kasus ini adalah SOAP menurut Varney (2007), adalah sebagai berikut :
a) Subjektif
Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
b) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.
1) Keadaan
umum baik dan kesadaran composmentis.
2) TTV :
Tekanan darah :…..mmHg, Nadi :…..x/m, Suhu :…..oC, Pernapasan
:……x/m.
3) Abdomen
: Kontraksi uterus : baik, TFU…..
4) Pengeluaran
pervaginam : Lokhia sangulenta
5) Keadaan
perineum : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, kemerahan dan berbau.
c) Assesment
Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa interpretasi data subyektif dan obyektif dalam
suatu identifikasi. Assesment pada kasus ini adalah PIA0, Nifas hari ke…
d) Planning
Menggambarkan
pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan, berdasarkan assesment.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh