LAPORAN PENDAHULUAN
- Konsep Persalinan
1.
Pengertian
Ø
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan (kekuatan
sendiri). (Manuaba, 1998)
Ø Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang hidup dan dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Sarwono, 2002 : 89)
(Sarwono, 2002 : 89)
Ø Persalinan normal adalah proses lahirnya
janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Ø Persalinan normal menurut Farer (2001)
adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut ini.
·
Terjadi
pada kehamilan aterm, bukan prematur ataupun postmatur.
·
Mempunyai
onset yang spontan, bukan karena induksi.
·
Selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus
ataupun partus lama.
·
Janin
tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput pada bagian anterior
pelvis.
·
Terlaksana
tanpa bantuan artifisial.
·
Tidak
terdapat komplikasi.
·
Mencakup
kelahiran plasenta yang normal.
2. Klasifikasi Persalinan
v Bentuk persalinan berdasarkan definisi :
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1998 : 157).
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1998 : 157).
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat badan yang dilahirkan sebagai berikut :
Abortus
· Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan.
· Umur hamil sebelum 28 minggu.
· Berat janin kurang dari 1000 gr.
Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36 minggu
Berat janin kurang dari 2499 gram
Persalinan aterm
Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu.
Berat janin di atas 2500 gram
Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu.
Pada janin terdapat tanda-tanda post maturities.
Persalinan presipitatus.
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Manuaba, 1998 : 158)
3.Tanda dan Gejala Persalinan
Ø Tanda dan gejala permulaan persalinan
menurut Mochtar (1994). Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa
minggu sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) dengan tanda sebagai berikut :
a. Lightening atau setting
atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul, pada pramigravida terjadi menjelang minggu ke-36.
lightening disebabkan oleh :
· Kontraksi Braxton hicks
· Ketegangan dinding perut
· Ketegangan ligamentum rotundum.
· Gaya berat janin
Saat kepala masuk pintu atas panggul, ibu akan merasakan rasa sesak pada
perut bagian atas berkurang dan pada bagian bawah terasa sesak.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus
uteri turun.
c. Sering miksi atau sulit berkemih.
d. Sakit di pinggang dan di perut.
e. Serviks mulai lembek dan mendatar. Pada
multipara gambaran ini kurang jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas
panggul menjelang persaslinan.
f.
Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
·
Rasa
nyeri ringan di bagian bawah.
·
Datangnya
tidak teratur.
·
Durasi
pendek.
·
Tidak
bertambah dengan beraktivitas.
·
Tidak
ada perubahan pada serviks.
Ø Tanda-tanda persalinan Inpartu adalah
sebagai berikut :
a. Terjadi his persalinan dengan
karakteristik :
·
Pinggang
terasa sakit yang menjalar ke depan.
·
Sifat
sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
·
Berpengaruh
terhadap perubahan serviks.
·
Dengan
beraktivitas kekuatan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.
d. Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukkan
terjadinya perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks.
Karakteristik
kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah : kekuatan kontraksi
atau intensitas, frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus terdiri atas tiga
fase sebagai berikut :
·
Increment,
yaitu ketika intensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
·
Acme,
yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
·
Decrement,
yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
Durasi kontraksi
uterus diukur dari awal increment sampai akhir decrement. Frekuensi dihitung
dari awal increment satu kontraksi sampai awal increment berikutnya.
4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang
berperan dalam persalinan (Stenchever dan Sorensen, 1995).
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a. His (kontraksi uterus)
b. Kontraksi otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum
potundum.
e. Efektivitas kekuatan mendorong.
f.
Lama
persalinan.
2) Janin (passanger)
a. Letak janin.
b. Posisi janin.
c. Presentasi jani.
d. Letak plasenta.
3) Jalan lintas (passage)
a. Ukuran dan tipe panggul.
b. Kemampuan serviks untuk membuka.
c. Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus
vagina untuk memanjang.
4) Kejiwaan (psyche)
a. Persiapan fisik untuk melahirkan.
b. Pengalaman persalinan.
c. Dukungan orang terdekat.
d. Intergitas emosional.
5. Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri atas
empat fase/kala.
Kala I : waktu mulai serviks membuka sampai pembukaan lengkap 10 cm.
Kala II : waktu pengeluaran janin.
Kala III : waktu pelepasan plasenta dan pengeluaran
plasenta.
Kala IV : waktu satu sampai dua jam setelah plasenta
lahir.
Kala III (Pelepasan uri)
Setelah kala II, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Lepasnya plasenta secara schultze
yang biasanya tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak
mengeluarkan darah setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta
secara duncan yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar
antara selaput ketuban. (Mochtar, 1994).
Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda :
a. Uterus menjadi bundar
b. Fundus uteri mengalami kontraksi kuat.
c. Uterus terdorong ke atas karena plasenta
lepas ke segmen bawah rahim.
d. Tali pusat bertambah panjang.
e. Terjadi perdarahan.
Ø Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
·
Persalinan
kala tiga lebih singkat
·
Mengurangi
jumlah kehilangan darah
·
Mengurangi
kejadian retensio plasenta.
- Landasan Asuhan Keperawatan Pada Kala III
Persalinan kala III dimulai
sejak bayi lahir sampai dengan pengeluaran plasenta. Lama kala III adalah 1-30
menit dengan rata-rata menit pada nullipara dan 4-5 menit pada multipara, tahap
ini merupakan tahap yang paling singkat.
a. Pengkajian
1. Aktivitas :
Kaji rentang aktivitas klien
mulai dari bugar sampai keletihan.
2. Sirkulasi :
Tekanan darah dapat meningkat
saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ke tingkat normal dengan cepat.
3. Makanan dan cairan :
Klien dapat kehilangan darah
kira-kira 250-300 ml, untuk itu diperlukan makanan dan cairan dengan jumlah
yang adekuat.
4. Nyeri/ ketidaknyamanan :
Terdapat keluhan tremor kaki
atau menggigil.
5. Keamanan :
Waspada terhadap adanya
robekan atau laserasi pada jalan lahir atau perluasan episiotomi.
6. Seksualitas :
Tali pusat memanjang pada
muara vagina, uterus berubah dari diskoid menjadi bentuk globular dan
meninggikan abdomen. Darah berwarna hitam keluar dari vagina yang menandakan
lepasnya plasenta dari endometrium, biasanya hal ini terjadi 1-5 menit setelah
bayi lahir.
b. Prioritas Keperawatan.
1) Meningkatkan kontraktilitas uterus.
2) Mempertahankan volume cairan sirkulasi.
3) Meningkatkan keamanan maternal dan bayi
baru lahir.
4) Mendukung interaksi orang tua dengan bayi.
c. Diagnosa Keperawatan
1. resiko tinggi kekurangan volume cairan
b/d perdarahan.
2. resiko tinggi cedera maternal b/d
pelepasan placenta.
3. kurang pengetahuan b/d proses persalinan.
4. nyeri akut b/d kontraksi rahim dan regangan pada jaringan.
d. Intervensi dan Rasional.
1. resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d perdarahan.
Intervensi :
a. instruksikan klien untuk mengejan saat
kontraksi dan fokuskan perhatiannya.
Rasional :
mengejan membantu pelepasan
dan pengeluaran, menurunkan kehilangan darah, dan meningkatkan kontraksi
uterus.
b. Hindari menarik tali pusat secara
berlebihan.
Rasional :
tarikan yang terlalu kuat
dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta serta
meningkatkan perdarahan.
c. Kaji tanda vital setelah pemberian
oksitosin.
Rasional :
Efek samping penggunaan
oksitosin adalah hipertensi.
d. Palpasi uterus dan perhatikan adanya
”balloning”.
Rasional :
Balloning menunjukkan
perdarahan ke dalam rongga uterus.
e. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan
berlebih dan syok.
Rasional :
Perdarahan lebih dari 500 ml
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, sianosis dan
penurunan kesadaran.
f.
Berikan
cairan infus bila ada indikasi.
Rasional :
Penggantian cairan secara
parenteral dapat membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi organ
vital
g. Berikan oksitosin secara intravaskular
atau intramuskular sesuai indikasi.
Rasional :
Oksitosin dapat meningkatkan
efek vasokontriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan postpartum.
h. Tempatkan bayi di payudara ibu.
Rasional :
Pengisapan bayi pada payudara
ibu dapat merangsang pelepasan oksitosin dari hiposfisis posterior,
meningkatkan kontaksi miometrium dan mengurangi perdarahan.
i.
Masase
uterus dengan perlahan setelah plasenta keluar.
Rasional :
Rangsangan taktil yang lembut
menyebabkan miometrium berkontraksi, sehingga dapat mengurangi perdarahan.
j.
Inspeksi
permukaan plasenta maternal dan fetal,perhatikan ukuran plasenta, insersi tali
pusat, kelengkapan jumlah kontiledon, dan adanya kalsifikasi pada plasenta.
Rasional :
Mendeteksi abnormalitas yang
mungkin berdampak pada ibu maupun bayi. Bila ada jaringan plasenta yang
tertinggal harus dilepaskan secara manual untuk mencegah perdarahan atau
infeksi post partum.
k. Inspeksi keadaan jalan lahir, dan adanya
kemungkinan adanya laserasi.
Rasional :
Laserasi dapat menimbulkan
perdarahan.
l.
Bantu
sesuai kebutuhan bila ada pengangkatan plasenta secara manual.
Rasional :
Intervensi manual perlu
dilakukan untuk memudahkan pengeluaran plasenta dan menghentikan perdarahan.
2. resiko tinggi cedera maternal b/d
Intervensi :
a. palpasi fundus dan masase dengan perlahan.
Rasional :
Masase pada bagian fundus
dapat memudahkan melepasnya plasenta.
b. Masase fundus dengan perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
Rasional :
Menghindari rangsangan
berlebihan pada fundus.
c. Kaji irama pernapasan
Rasional :
Pada pelepasan plasenta ada
bahaya emboli cairan amnion yang masuk ke sirkulasi maternal yang menyebabkan
emboli paru.
3. kurang pengetahuan b/d proses persalinan.
Intervensi :
a. Diskusikan proses normal dari persalinan
kala III.
Rasional :
Memperjelas kesalahan konsep
yang dipahami.
b. Jelaskan respon tertentu seperti tremor
atau menggigil.
Rasional :
Pemahaman dapat membantu klien
dalam menerima perubahan tersebut tanpa rasa cemas yang berlebihan.
c. Diskusikan rutinitas masa pemulihan selama
empat jam pertama setelah melahirkan dan orientasikan klien pada petugas
kesehatan yang baru bila sudah pindah di ruangan baru.
Rasional :
Memberikan kesempatan
pemberian perawatan yang lebih optimal dan meningkatkan kerja sama antara
perawat dan klien.
4. nyeri akut b/d kontraksi rahim dan regangan pada jaringan.
Intervensi :
a. berikan kompres es pada perinium setelah
melahirkan.
Rasional :
Memberikan kenyamanan dan
anastesi lokal.
b. Bantu dengan menggunakan teknik pernapasan
selama perbaikan luka episiotomi.
Rasional:
Hal ini dapat meningkatkan
relaksasi dan pengalihan.
c. Ganti pakaian yang basah.
Rasional :
Memberikan kenyamanan dan
kebersihan.
d. Berikan selimut penghangat bila tremor
atau menggigil.
Rasional :
Tremor atau menggigil setelah
melahirkan terjadi karena hilangnya tekanan secara mendadak pada saraf pelvis
atau berhubungan dengan tranfusi janin ke ibu yang terjadi pada pelepasan
plasenta. Kebahagiaan dapat meningkatkan relaksasi otot dari perfusi jaringan.
PATOFISIOLOGI
DAN PENYIMPANGAN KDM
”KALA III”
Pengeluaran bayi/ janin
Pelepasan placenta
Kontraksi Uterus
Kurang informasi resiko
cedera maternal
Eschaemi otot-otot uterus
Kurang Pengetahuan
Cavum uteri mengecil
Menekan ujung saraf sensoris Miometrium bekas
implantasi plasenta
Kortex cerebri Terjadi
Perdarahan
Nyeri dipersepsikan Resiko kekurangan volume
cairan
Nyeri
DAFTAR PUSTAKA
B.Sri Hari
Ujiningtyas.2009 Asuhan Keperawatan Persalinan Normal.Jakarta:Salemba Medika
Bobak,Irene,dan
Jensen Margareta.2000.PerawatanMaternitas dan Ginekologi.Terjemahan.jilid
I.Bandung
Dongoes.marylinn.1996.Rencana
Perawatan Maternal/bayi.Alih bahasa monica
ester.Jakarta:EGC
Gulardi
Winkjosastro,DKK 2008 Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (APN).Jakarta.JNPK-KR
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh