BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia
ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha
mengambil manfaat materi yang tersedia dilingkungannya guna memenuhi kebutuhan
hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta unsur-unsur yang berkaitan
dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam bidang pembangunan.
Dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan sumber daya manusia untuk
melakukan pembangunan.
Bangsa yang sedang membangun melalui pembangunan nasional yang berusaha
meningkatkan hasilnya di segala bidang kehidupan. Pembangunan nasional akan
lebih bermakna sejauh pembangunan itu mampu mewujudkan tujuan hakiki
kebudayaan. Sumber daya manusia sebagai pendukung pembangunan adalah perilaku
produktif dari manusia dalam bentuk tindakan nyata, sikap dan pengetahuan yang
kondusif bagi terjadinya perubahan-perubahan dari tradisi, sikap dan fikiran
dalam menghadapi hari depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena
itu dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui
keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Semakin lengkap dan
tepat data mengenai sumber daya manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat
pula perencanaan pembangunan yang di buat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
Pengertian Sumber Daya Manusia?
2. Bagaimana
Kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia?
3. Bagaimana
Pengembangan Sumber Daya Serta Kaitannya Dengan
Kebudayaan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan
Pengertian Sumber Daya Manusia.
2. Menjelaskan
Kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia.
3. Menjelaskan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Serta Kaitannya Dengan Kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sumber Daya Manusia
Secara sederhana (secara objektif) sumber daya
diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau kemampuan untuk memperoleh
keuntungan. Sedangakan secara subjektif, sumber daya dapat diartikan segala
sesuatu baik berupa benda maupun bukan benda yang dibutuhkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Secara sederhana sumber daya manusia dapat diartikan
sebagai seluruh penduduk yang berada di suatu wilayah atau tempat dengan
ciri-ciri demografis dan sosial ekonomis.
Sumber daya
manusia adalah semua potensi yang berhubungan dengan data kependudukan yang
dimiliki oleh suatu daerah atau negara yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
Manusia
merupakan sumber daya terpenting dalam suatu bangsa atau negara. Sumber daya
manusia harus memadai, baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas. Segi
kuantitas bersangkut paut dengan jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk.
Sedangkan kualitas terutama terutama dilihat dari beberapa aspek, seperti
tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kualitas tenaga kerja yang tersedia.
B . Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia
Kualitas sumber daya manusia merupakan merupakan
komponen penting dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia
yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah
penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai,
hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah keadaan
penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang
telah dicapai.
Agar menjadi sumber daya manusia yang tangguh penduduk
harus mempunyai kualitas yang memadai sehinga dapat menjadi modal pembangunan
yang efektif. Tanpa adanya peningkatan koalitas, jumlah penduduk yang besar
akan menimbulkan berbagai masalah dan menjadi beban pembangunan.
Analisis mengenai kualitas sumber daya manusia sering
dibedakan menjadi kualitas fisik dan kualitas non fisik. Indikator yang dapat
menggambarkan kualitas fisik penduduk meliputi tingkat pendidikan, derajat
kesehatan, dan indeks mutu hidup. Kualitas non fisik meliputi kualitas
spiritual keagamaan, kekaryan, etos kerja, kualitas kepribadian bermasyarakat,
dan kualitas hubungan selaras dengan lingkungannya.
Sampai saat ini, baik kualitas fisik maupun non fisik
sumbar daya manusioa Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Karena adanya kesulitan pengukuran kualitas non fisik, sehingga yang sering di
jadikan patokan adalah kualitas fisik.
Kualitas kehidupan fisik penduduk
setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh
lingkungan, letak geografis, dan ras genetiknya. Negara-negara yang berada
disekitar khatulistiwa, kualitas penduduknya tergolong rendahdan negara-negara
tersebut merupakan negara terbelakang di bidang ekonomi dibandingkan
dengan negara-negara yang berada di daerah subtropis.
Keadaan ini kemungkinan besar
disebabkan karena daerah-daerah disekitar khatulistiwa tidak mengenal
pergantian musimseperti di daerah sub tropis, sehingga mereka bisa hidup
sepanjang tahun tanpa mengalami kesulitan mencari perlindungan terutama di
musim dingin. Hal inilah yang mendidik penduduknya kurang berfikir untuk
menghadapi tantangan alam, dan akhirnya menyebabkan sifat malas.
Dengan keadaan yang demikian,
maka penduduk disekitar khatulistiwa hidupnya tetap miskin walaupun
daerah-daerah tersebut kaya akan sumber daya alam. Keadaan ini sangat berbeda
dengan keadaan penduduk di daerah subtropis walaupun daerahnya tidak tersedia
sumber daya alam yang banyak, namun mereka sanggup menguasai teknologi,
sehingga hasil penguasaan teknologi tersebut membuat kualitas kehidupan mereka
menjadi lebih baik.
Indonesia yang mengedepankan
sektor ekonomi yang selama ini menjadi prioritas pembangunan, ternyata tidak
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Tiga faktor utama penentu HDI (Human Development Indeks) yang dikembangkan
UNDP adalah :
1. Pendidikan
Kualitas penduduk dalam bidang
pendidikan sangat penting untuk diketahui, sebab dapat menggambarkan kemampuan
penduduk dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di bidang
pendidikan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia adalah tingkat putus
sekolah yang tingi. Walaupun putus sekolah itu sudah terjadi jauh sebelum
krisis moneter, namun semakin menjadi-jadi setelah Indonesia mengalami krisis
moneter.
Untuk mengukur tingkat pendidikan
penduduk, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan data penduduk yang masih
buta huruf, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat Universitas. Semakin
tinggi presentase penduduk yang yang masih berarti kualitas penduduk di nagara
yang bersangkutan dilihat dari aspek pendidikan sangat rendah. Dan secara umum
bahwa tingkat pendidikan penduduk Indonesia masih relatif rendah bahkan ada
yang masih buta huruf.
Ada beberapa alasan yang menebabkan terjadinya kondisi tersebut di
Indonesia, antara lain :
1.
Biaya pendidikan
relatif mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh semua penduduk terutama
penduduk yang mempunyai penghasilan rendah.
2.
Minat
menyekolahkan masih sangat rendah, terutama di daerah-daerah pedesaan
terpencil. Dikalangan masyarakat pedesaan yang terpencil, seorang anak masih
dianggap sebagai salah satu komoditas atau unit ekonomi keluarga. Banyak anak
usia sekolah daripada disekolahkan lebih baik dipekerjakan untuk membantu orang
tuanya
3.
Sarana dan
prasarana pendidikan yang masih belum memadai dan proporsional, terutama untuk
sekolah lanjutan (SMP dan SMA). Keterbatasan daya tampung di SMP dan SMA,
menyebabkn lulusan SD tidak tertampung semuanya di tingkat yang lebih atas.
Idealnya, kalau pemerintah telah menetapkan kebijaksanan wajib belajar sembilan
tahun, proporsi SD dan SMP harus seimbang. Oleh karena itu, pemerintah harus
terus berusaha secara maksimal untuk menyediakan layanan pendidikan yang
murah dan berkualitas.
4.
Rendahnya
kualitas sarana fisik
Banyak sekolah-sekolah dan perguruan tinggi
yang gedung-gedungnya telah rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar
rendah, buku perpustakaan tidak legkap dan banyak yang rusak, laboratorium
tidak standart, serta pemakaian teknologi informasi tidak memadai. Bahkan yang
lebih parah masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak
memiliki perpustakaan, dan tidak memiliki laboratorium.
5. Rendahnya kualitas guru.
Keadaan guru di Indonesia sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk melaksanakan tugasnya sebagai mana
tertuang dalam pasal 39 UU No.20/2003, yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Sebagian besar guru di Indonesia dikatakan tidak layak mengajar. Hal ini
jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu, yang tingkat
pendidikannya hanya sampai SPG (SMA) atau berpendidikan D2 ke bawah.
2. Kesehatan
Selain pendidikan, kesehatan
penduduk merupakan faktor penting yang perlu untuk ditingkatkatkan, sebab jika
penduduk terus-terusan sakit, akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas.
Artinya, semakin banyak penduduk yang sakit, maka akan semakin rendah kualitas
penduduk berdasarkan tingkat kesehatan.
Kondisi kesehatan dan gizi anak
di Indonesia masih memprihatinkan. Selain cakupan yang masih rendah, program
yang diselenggarakan itu masih masih terfragmentasi sehingga tidak menyentuh
kebutuhan tumbuh kembang anak secara holistik. Rendahnya cakupan dan kualitas
penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini mengakibatkan kondisi anak
Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukkan dengan rendahnya derajat
kesehatan dan gizi.
Masalah kurang gizi pada anak
dapat ditunjukkan dari kurangnya energi dan protein (gizi makro) dan gizi
mikro (terutama kurang vitamin A, anemia, kurang yodium). Sampai dengan tahun
2000, keadaan gizi masyarakat menunjukkan kemajuan, yaitu terlihat dengan
menurunnya penderita masalah gizi utama (protein, karbohidrat) pada berbagai
kelompok umur. Akan tetapi sejak tahun 2000 sampai saat ini kekurangan gizi
pada anak balita meningkat, diantaranya menderita gizi buruk.
Rendahnya derajat kesehatan dan gizi pada anak usia dini lebih banyak terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di wilayah pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan social dasar yang tidak memadai.
Rendahnya derajat kesehatan dan gizi pada anak usia dini lebih banyak terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di wilayah pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan social dasar yang tidak memadai.
Sedangkan untuk
meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang
terjangkau, diwujudkan melalui revitalisasi sistim kesehatan dasar dengan
memperluas jaringan yang efektif dan efisien termasuk Posyandu dan Polindes,
peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK,
pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistim kesehatan
yang komprehensif, serta memperbaiki sistim informasi pada semua tingkatan
pemerintah.
Upaya
surveillance dan monitoring dilakukan melalui peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pelaporan hal-hal penting, pengalokasian budget dan personil
pada saat outbreak investigation, control dan rapid response,
peningkatan early warning system/penunjang kedaruratan, serta pengaplikasian
National Pandemic Preparedness Plan.
Untuk pendanaan kesehatan, Depkes akan meningkatkan anggaran sektor
kesehatan nasional melalui APBN sebesar 5-15%, meningkatkan anggaran kesehatan
di daerah melalui APBD sebanyak 15%, melakukan penghapusan wajib setor hasil
pelayanan kesehatan di daerah, meningkatkan transfer dana dari pusat untuk
sektor kesehatan daerah melalui dana alokasi khusus (DAK), dana dekonsentrasi
(Dekon), meningkatkan anggaran untuk prevensi dan promosi serta membentuk
sistim jaminan kesehatan sosial nasional (Askeskin).
Lebih lanjut Menkes menegaskan bahwa untuk
melaksanakan pembinaan pembangunan kesehatan diperlukan dukungan politis dalam
upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Selain
itu semua desa harus memiliki tenaga bidan yang berkualitas (capable)
yang ditunjang dengan dukungan operasional yang memadai. Sejauh ini semua desa
telah memiliki Pondok Persalinan Desa yang dilengkapi dengan sarana dan biaya
operasional yang memadai. Semua
Puskesmas telah memiliki tenaga dokter dengan didukung tenaga paramedis dan non
medis sesuai standar dan dilengkapi dengan sarana dan biaya operasional yang
memadai. Semua Puskesmas juga mampu melaksanakan pelayanan obstetrik dan
neonatal dasar (PONED). Sedangkan semua rumah sakit di kabupaten/kota mampu
melaksanakan pelayanan obstetrik dan neonatal komperehensif (PONEK). Pada
akhirnya diperlukan kemauan dan kesadaran penduduk dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan anak.
3. Ekonomi
Sumber daya manusia merupakan
salah satu faktor dalam perubahan perekonomian. Dalam artian bagaimana
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan
serta berdaya saing tinggi. Dalam kaitannya dengan hal tersebut ada hal yang
penting yang menyangkut kondisi sumber daya manusia Indonesia, yaitu :
Pertama adanya ketimpangan antara
jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada
krisis ekonomi sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang
ada hanya sekitar 87,67 juta orang, dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur
terbuka (open unemployment). Angka ini
meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja ada yang masih relatif rendah.
Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar
yaitu sekitar 63,2%.
Kedua masalah tersebut
menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas
angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.
Lesunya dunia usaha akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan
kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain, jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi
terus meningkat. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi
menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia'
Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan
tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena pengangguran sarjana merupakan kritik
bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya menciptakan iklim pendidikan
yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Masalah sumber daya manusia ini
menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang di dukung oleh
produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan
yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya
berasal dari pemanfaatan sumber daya alam intensif (hutan dan hasil tambang),
arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian bukan berasal dari kemampuan produktivitas sumber daya
manusia yang tinggi.
Keterpurukan ekonomi nasional
yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat
dari rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi persaingan
ekonomi. Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk
kembali memperbaiki kesalahan pad masa lalu.
Rendahnya alokasi APDN untuk
sektor pendidikan pada serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Padahal sudah saatnya perbaikan baik tingkat pusat
maupun daerah secara serius membangun sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian
dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan
tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan SDM yang
tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.
C. Pengembangan
Sumber Daya Serta Kaitannya Dengan
Kebudayaan
Pengembangan
sumber daya manusia dapat diartikan sebagai usaha mempersiapkan orang baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dengan segala kedudukannya.
Hal ini berarti bahwa usaha itu tidak terbatas pada pembinaan kemampuan fisik
melainkan juga kemampuan mental sebagai pendukung suatu kebudayaan. Dengan
demikian maka pengembangan sumber daya manusia itu harus dapat mempersiapkan
keterampilan jasmaniah seseorang agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya
serta tanggungannya.
Ada beberapa
masalah yang dihadapi dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia
dipandang dari segi kebudayaan.
1. Kenyataan bahwa
bangsa Indonesia ini hidup dalam masyarakat yang majemuk terdiri dari banyak
suku bangsa dan golongan dengan latar belakang anekaragam kebudayaan yang
menjadi kerangka acuan dalam pergaulan sosial.
2. Berkaitan
dengan pembangunan yang pada hakikatnya merupakan usaha peningkatan
kesejahteraan di segala bidang. Dalam penyelenggaraannya dilakukan dalam tempo
yang relatif singkat, banyak teknologi dan ilmu pengetahuan asing yang diadopsi
untuk mempercepat proses. Akibatnya akan menuntut adaptasi (penyerapan) ke
dalam sistem budaya yang ada dan bahkan tidak mungkin akan menggeser
nilai-nilai yang tidak sesuai lagi atau mengembangkan nilai-nilai yang lebih
cocok dengan tuntutan pembangunan.
3. Akibat
kontak-kontak dengan kebudayaan asing yang dipermudah oleh kemajuan teknologi
pada akhir-akhir ini.
Hampir tidak mungkin bagi suatu masyarakat dewasa ini
untuk menghindarkan diri dari pergaulan antar bangsa dan intas budaya.
Peralatan komunikasi dan transportasi yang di dukung oleh teknologi modern
memperlancar dan menambah intensitas kontak-kontak kebudayaan. Baik secara
langsung ataupun tidak langsung, orang dapat melakukan komunikasi tanpa
mengenal batas lingkungan geografis, politik maupun kebudayaan.
a. Cara Mengatasi Masalah SDM Yang Berkaitan Dengan Kebudayaan
Untuk mengatasi masalah yang pertama, di perlukan
sistem sosial yang mampu mengendalikan pergaulan antara sesama penduduk tanpa
memandang asal kesukuan maupun golongan. Akan tetapi untuk mengembangkan sistem
sosial yang memadai diperlukan landasan yang diterima sebagai kerangka acuan
bersama, yaitu kebudayaan sebagai sistem arti nilai, gagasan vital dan
keyakinan, Dalam hal ini, pemerintah telah berusaha untuk mengembangkan
kebudayaan nasional yang diharapkan akan mendominasi kehidupan sosial bangsa
Indonesia secara keseluruhan.
Sistem-sistem sosial itu akan terwujud apabila orang
telah menghayati kebudayaan sebagai sistem nilai gagasan vital dan keyakinan
yang akan menjadi kerangka acuan yang akan mendominasi pola tingkah laku angota
masyarakat Indonesia hendaknya diarahkan pada penanaman dan penghayatan
nilai-nilai gagasan dan keyakinan yang disepakati bersama sebagai pedoman hidup
bernegara dn bermasyarakat.
Enkulturasi juga berkaitan dengan proses pembangunan
yang pada hakikatnya merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan hidup bersama.
Akan tetapi upaya peningkatan kesejahteraan hidup bersama. Akan tetapi usaha
peningkatan kesejahteraan terencana dan diselenggarakan dalam tempo yang
relatif singkat sering kali menimbulkan banyak masalah. Usaha peningkatan
kesejahteraan itu mendorong orang untuk dengan cepat mendatangkan ilmu dan
teknologi asing dan belum tentu sama dengan kebudayaan yang mendominasi
kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dari sistem teknologi yang di impor,
akhirnya akan menuntut penyesuaian pada sistem sosial atau pola interaksi
penduduk setempat yang akhirnya cepat atau lambat akan menggeser nilai-nilai
budaya setempat.
Tidak semua teknologi dan ilmu pengetahuan yang
diserap akan menimbulkan perubahan pada sistem sosial dan sistem idea setempat.
Akan tetapi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya ketegangan, sudah sepatutnya
kalau setiap warga negara Indonesia di bekali dan diperkuat kesadaran mereka
dengan pengetahuan kebudayaan yang memadai sehingga mereka nantinya dapat
secara selektif dan aktif menyerap pengaruh kebudayaan asing.
Disamping itu dengan bekal pengetahuan kebudayaan yang
memadai setiap warga negara Indonesia akan dapat melihat, memahami dan
memilih-milih gejala dan tantangan yang dihadapi untuk kemudian merencanakan
serta menentukan sikap ataupun perbuatan sesuai dengan nilai-nilai.
Dengan bekal pengetahuan kebudayaan yang sama
diharapkan setiap warga negara Indonesia akan dapat menanggapi segala tantangan
yang timbul dari lingkungannya maupun perkembangan sejarah tanpa memastikan
daya kreativitas yang inovatif dalam menanggapi dinamika kebudayaan baik karena
pengaruh sesama kebudayaan Indonesia yang tumbuh dan berkembang di daerah
maupun karena pengaruh kebudayan asing yang akan memperkaya kebudayaan
nasional.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber daya manusia adalah semua potensi yang
berhubungan dengan data kependudukan yang dimiliki oleh suatu daerah atau
negara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Kualitas sumber daya manusia merupakan merupakan
komponen penting dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia
yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah
penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai,
hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah keadaan
penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan
yang telah dicapai.
Kebudayaan sebagai sistem arti nilai, gagasan vital
dan keyakinan, Dalam hal ini, pemerintah telah berusaha untuk mengembangkan
kebudayaan nasional yang diharapkan akan mendominasi kehidupan sosial bangsa
Indonesia secara keseluruhan.
B. Saran
Dalam proses pembangunan, manusia
secara individual menempati posisi sentral, karena manusia bukan hanya sebagai
subyek pendukung melainkan juga mencipta dan tujuan pembangunan. Dalam proses
pembangunan, manusia merupakan sumber daya yang berperan sebagai unsur
pendukung utama disamping sumber daya alam dan teknologi, oleh karena itu
hendaknya kualitas sumber daya manusia perlu di tingkatkatkan sehingga dapat
mengelola potensi-potensi yang disediakan oleh alam tanpa bantuan pihak asing
dan dapat memperlancar pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh