BY SITI MUTIAH CC: FOR CREDIT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau
kelemahan, tidak hanya terbebas dari penyakit serta kelemahan.
Gambaran
menurut penelitian WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup
tinggi, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25%
penduduk dunia diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-20 tahun 1%
diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena
dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Salah satu bentuk
gangguan jiwa yang paling banyak terjadi di seluruh dunia adalah gangguan jiwa
skizofrenia. Prevalensi skizofrenia didunia 0,1 per mil dengan tanpa memandang
perbedaan status sosial atau budaya.
Menurut
National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan jiwa
dari tahun ke tahun di berbagai Negara. Berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika
Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18-30 tahun atau
lebih mengalami gangguan jiwa, jika prevalensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa
per 1000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000
penduduk.
Hasil Riset Dasar
Kesehatan Nasional Tahun 2007, menyebutkan bahwa sebanyak 0,46 per mil
masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Mereka adalah yang
diketahui mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan psikotik berat (Depkes RI, 2007).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia
terdapat di Provisi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), di ikuti Nangroe
Aceh Darussalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan
(9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%) (Depkes RI, 2008).
Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan
jiwa tercantum dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa,
disebutkan dalam pasal 149 ayat (2) mengatakan bahwa Pemerintah dan masyarakat
wajib melakukan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi
penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan
dirinya dan mengganggu ketertiban atau keamanan umum, termasuk pembiayaan
pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk masyarakat miskin.
Peran
perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial
Menarik Diri meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Pada peran promotif, perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental
melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek
preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan
konsep diri : Isolasi Sosial Menarik Diri. Sedangkan pada peran kuratif perawat merencanakan dan melaksanakan rencana
tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitative
berperan pada follow up perawat klien dengan gangguan konsep diri : Isolasi
Sosial Menarik Diri melalui pelayanan di rumah atau home visite.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran masalah di atas
maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Asuhan keperawatan jiwa dengan
gangguan dengan Gangguan Isolasi Sosial Menarik Diri di Ruang Sub akut
wanita RSKD Maluku,
sebagai Kasus Seminar PKK jiwa.
C. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Menjelaskan
tentang asuhan keperawatan pada Nn. W.I dengan Isolasi sosial di RSKD Maluku
- Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada Nn.W.I dengan Isolasi sosial.
b.
Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Nn.W.I dengan Isolasi sosial
c.
Mahasiswa dapat menetukan intervensi keparawatan pada Nn.W.I dengan Isolasi sosial
d.
Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan pada Nn.W.I dengan Isolasi sosial.
e.
Mahasiswa dapat melakukn evaluasi keperawatan pada Nn.W.I dengan Isolasi sosial
D. Manfaat
- Manfaat Teoritis
Secara
teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca khususnya mahasiswa jurusan keperawatan.
- Manfaat Praktis
Hasil
makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai Asuhan Keperawatan Dengan Klien Isolasi sosial.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar
Isolasi sosial
1)
Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana
individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Deden dan Rusdi,2013).
Isolasi sosial
adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifeetasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain ( Balitbang, 2007 )
Kerusakan interaksi
sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpresonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000)
Kesimpulan : isolasi
sosial adalah suatu keadaan dimana indifidu tidak mau mengadakan interaksi
terhadap komunitas disekitarnya, atau sengaja menghindari untuk berinteraksi
yang dikarnakan orang lain atau keadaan disekitar diangap mengancam bagi individu tersebut.
2) Tanda dan Gejala
Berikut ini
adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial. (Nita Fitria. 2014)
a. Kurang spontan
b. Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
diri
e. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
f.
Mengisolasi
diri
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya
h. Asupan makanan dan minuman terganggu
i.
Retensi urine
dan feces
j.
Aktivitas
menurun
k. Kurang energi ( tenaga )
l.
Rendah diri
m. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus /
janin ( khususnya pada posisi tidur )
3)
Rentang Respon
Respon Adaptif Respon
Maladatif
Rentang Respon Isolasi Sosial
Sumber: Townsend (1998)
Berikut ini akan
dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
1)
Respon Adaptif
Respon Adaptif adalah
respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya secara umum
yang berlaku.Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
menyelesaikan masalah.Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif :
1) Menyendiri
Respon yang
dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi dilingkungan sosialnya
2) Otonomi
Kemampuan individu
untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,dan perasaan dalam hubungan
sosial
3) Bekerja
keras
Kemampuan individu
saling membutuhkan satu sama lain.
4) Interdependen
Saling
ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal
2)
Respon Maladaptif
Respon
Maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan
disuatu tempat.Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif :
1) Menarik
diri
Seseorang yang
mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan
Seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.
3) Manipulasi
Seseorang yang
menganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat dapat membina
hubungan sosial secara mendalam
4) Curiga
Seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
4)
Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
isolasi sosial adalah:
1.
Faktor Predisposisi
a.
Faktor Perkembangan
Setiap tahap
tumbuh kembang memiliki tugas yang wajib dilalui individu dengan sukses, karena
apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi
bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan
sebagai objek.
Tahapan perkembangan
|
Tugas
|
Masa bayi
|
Menetapkan rasa percaya
|
Masa bermain
|
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
|
Masa pra sekolah
|
Belajar
menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab dan hati nurani
|
Masa sekolah
|
Belajar berkompetisi, bekerjasama dan berkompromi
|
Masa pra remaja
|
Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis kelamin
|
Masa remaja
|
Menjadi intim dengan teman lawaan jenis atau bergantung
|
Masa dewasa muda
|
Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman
mencari pasangan menikah dan mempunyai anak
|
Masa tengah baya
|
Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah di lalui
|
Masa dewasa tua
|
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan
keterikatan dengan budaya
|
Sumber: Stuart dan
Sundeen (1995), hlm. 346 dikutip dalam fitria (2009)
b. Faktor
Komunikasi Dalam Keluarga
Ganguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan
(Double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima
pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di
luar keluarga.
c. Faktor
Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial. Hal ini di sebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga,
diamana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut,
berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor
Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan dalam hubungan sosial adalah otak, misalnya
pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perhubungan ukuran
dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
2. Faktor Prespitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat di
timbulkan oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
presipitasi dapat di kelompokan sebagai berikut:
a. Faktor
Eksternal
Contohnya adalah stressor soaial budaya, yaitu stree
yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor
Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sress
terjadi akibat anxietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya
bersama dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Anxietas ini
dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu.
5)
Pohon Masalah
Risti Mencederai diri, Orang
Lain, dan Lingkungan
Defisit Perawatan diri Halusinasi
Intoleransi aktivitas Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
Koping individu tidak efektif Koping
Keluarga tidak efekti
6)
Masalah Keperawatan Yang mungkin muncul
a. Isolasi
Sosial
b. Harga
Diri rendah Kronis
c. Perubahan
Persepsi sensori : Halusinasi
d. Defisit
Perawatan Diri
e. Koping
Individu Tidak Efektif
f. Koping
Keluarga Tidak efektif
g. Intoleransi
aktifitas
h. Defisit
perawatan diri
i.
Resti mencedarai diri,orang lain dan lingkungan.
7) Data yang Perlu dikaji
Masalah
Keperawatan Keperawatan
|
Data yang perlu
dikaji
|
Isolasi Sosial
|
1.
Subjektif
a.
Klien mengatakan mulai bergaul dengan orang
lain.
b.
Klien mengatakn dirinya tidak ingin ditemani
perawat dan meminta untuk sendirian
c.
Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan
orang lain.
d.
Tidak mau berkomunikasi
e.
Dta tentang klien biasanya didapat dari
keluarga yang mengetahui keterbukaan klien
2.
Objektif
a.
Kurang spontan
b.
Apatis
c.
Ekspresi wajah kurang berseri
d.
Todak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri
e.
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
f.
Mengisolasi diri
g.
Asupan makanan dan minuman terganggu
h.
Retensi urine dan feses
i.
Aktivitas menurun
j.
Kurang berenergi atau bertenaga
k.
Rendah diri
|
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Keperawatan
Pengelompokan data
pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor ,
suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
a.
Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status
perkawinan, agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien
dan alamat klien.
b.
Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang
lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
c.
Factor predisposisi
Kehilangan
, perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,
kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
d.
Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB,
BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien.
e.
Aspek Psikososial
a.
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b.
Konsep diri
f.
Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
g.
Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan .
h.
Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.
i.
Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
j.
Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap
diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai
diri, dan kurang percaya diri.
1)
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti
dalam masyarakat.
2)
Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk
ibadah ( spritual)
3)
Status mental
k.
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam hidup.
1)
Kebutuhan persiapan pulang
2)
Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
3)
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
4)
Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapi
5)
Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah
6)
Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
7)
Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut
atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan
koping menarik diri).
l.
Aspek medik
Terapi yang diterima
klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional,
TAK , dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Isolasi
Sosial
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
|
Kriteria evaluasi
|
Intervensi
|
||
Isolasi sosial
|
Sp 1 :
Klien mampu menyebutkan penyebab
menarik diri
Sp 1:
Berdiskusi dengan klien tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
Sp1 : berdiskusi dengan klien
tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Sp 1:
Klien diajarkan oleh perawat
tentang cara berkenalan dengan satu orang
Sp 1 : klien dapat memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
|
Setelah dilakukan 2x interaksi
klien mampu:
·
Menyebutkan penyebab menarik diri
·
Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
·
Menyebutkan kerugian berinteraksi dengan orang
lain
·
Klien dapat memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
|
1.
Dorong klien untuk mampu menyebutkan penyebab menarik
diri
2.
Berdiskusikan
dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3.
Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
4.
Ajarkan kliententang cara berkenalan dengan satu
orang
5.
Memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam kegiatan harian
|
|
Sp 2:
Jadwal kegiatan harian klien
klien terdapat evaluasi mengenai kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain
Sp 2:
Klien dapat mempraktikan cara
berkenalan dengan satu orang
Sp 2:
Klien dapat memasukan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
|
Setelah dilakukan 2x interaksi
klien mampu:
·
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
·
Mempraktikan cara berkenalan dengan satu orang
·
Memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan
|
1.
Evaluasi kegiatan harian klien klien terdapat
evaluasi mengenai kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
2.
Dorong klien mempraktikan cara berkenalan dengan satu
orang
3. Memasukan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
|
|
Sp 3: klien dapat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian klien
Sp 3:
Klien dapat berkenalan dengan dua
orang/ lebih
Sp 3:
Klien dapat memasukan kegiatan
berbincang-bincang dengan dua orang atau lebih ke dalam jadwal kegiatan
harian
|
Setelah dilakukan 2x interaksi
klien mampu:
·
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
·
Berkenalan dengan dua orang/ lebih
·
Memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan
dua orang atau lebih ke dalam jadwal kegiatan harian
|
1.
Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2.
Dorong klien berkenalan dengan dua orang/ lebih
3.
Memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan dua
orang atau lebih ke dalam jadwal kegiatan harian
|
BAB III
KAJIAN KASUS
RUANG RAWAT : Sub Akut Wanita
TANGGAL DIRAWAT : 07 Oktober 2016
I.
IDENTITAS
KLIEN
Inisial : Nn. W.I
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :
16 Tahun
No. CM : 02-88-49
II. ALASAN MASUK
Klien masuk RSKD diantar oleh
keluarga dengan keluhan gelisah, bila gelisah Klien bicara dan tertawa sendiri,
Klien kadang keluar rumah tampa tujuan sehingga ± 1 bulan dipasung oleh
keluarga. Klien kadang mengurung diri dan duduk sendirian di rumah dan tidak
ingin bergaul dengan teman-temannya. Klien juga kadang mengamuk, jika keinginannya tidak di penuhi Klien
melempar rumahnya dengan batu.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah
mengalami gagguan jiwa dimasa lalu ?
Iya ( Sekitar tahun 2012, klien riwayat
berobat jalan di Poli RSKD Ambon)
2. Pengobatan
sebelumnya ?
Kurang berhasil karena klien tidak meminum
obatnya.
3. Trauma
?
Klien
memiliki riwayat trauma saat SMP kelas 2 yaitu sering dipukuli oleh teman
temannya
4. Anggota
keluarga yang gangguan jiwa ?
Klien
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
5. Pengalaman
masa lalu ya ng tidak menyenangkan ?
Klien
memiliki pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan yaitu pada SMP kelas 2
klien pernah dipukul oleh temannya.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku
kekerasan
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV
: TD 110/70 N : 80 x/m S
: 36,8°C P : 22 x/m
2. UKUR : BB TB :
3. KELUHAN
FISIK : Klien mengatakan tidak mengeluh
sakit fisik.
IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
.…….. :
Tinggal serumah
Klien anak ke-2 dari 6 bersaudara, klien dan
saudara-saudaranya tinggal bersama kedua orang tuanya. Dalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
2. Konsep
Diri
a.
Citra tubuh
Klien mengatakan senang dengan
dirinya dan menyukai seluruh anggota tubuhnya.
b.
Identitas klien
Klien mengatakan namanya nini, dan
bangga menjadi perempuan.
c.
Peran
Klien mengatakan perannya di rumah
sebagai anak, dan merupakan anak ke-2 dari 6 saudara.
d.
Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh
dan ingin cepat pulang.
e.
Harga diri
Klien mengatakan tidak merasa malu dengan
dirinya dan tidak merasa malu berada di sini.
Masalah
Keperawatan : Tidak Ada
3.
Hubungan sosial
a.
Orang yang berarti
Klienn mengatakan orang yang paling
dekat dengannya adalah ayahnya.
b.
Peran serta dalam masyarakat
Tidak ada, klien mengatakan tidak
melakukan kegiatan apa-apa dan lebih sering menghabiskan waktu dan duduk
sendiri di rumah
c.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak pernah bergaul
dengan teman-teman di rumah dan di Rumah sakit, klien lebih sering duduk
sendiri di dalam ruangan.
Masalah
Keperawatan : Isolasi Sosial
4.
Spiritual
a.
Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam dan percaya
kepada Tuhan.
b.
Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan saat di rumah
melaksanakan shalat dan mengaji namun di rumah sakit tidak pernah shalat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
V.
Status
Mental
1. Penampilan
Penampilan klien
tidak rapi dibuktikan dengan rambut klien acak-acakan, kancing baju tidak
terpasang.
Masalah Keperawatan : Defesit
perawatan diri
2. Pembicaraan
Pembicaraan lambat,
klien tidak mampu memulai pembicaraan dan saat diajak berbicara klien dapat
merespon namun lambat dan berbicara juga lambat.
Masalah Keperawatan :
Kerusakan komunikasi verbal
3. Aktivitas
Motorik
Klien tampak tenang
tetapi lebih banyak di tempat tidur
Masalah Keperawatan : Tidak
ada
4. Alam
Perasaan
Sedih, dibuktikan
dengan Klien sering duduk termenung sendiri dan kadang menangis tampa sebab.
5. Afek
Tumpul, dibuktikan
dengan klien hanya bereaksi jika ada stimulasi emosi yang kuat dari perawat.
Masalah Keperawatan : Isolasi
sosial
6. Interaksi
Selama Wawancara
Kontak mata kurang,
dibuktikan dengan saat wawancara klien tidak menatap perawat.
Masalah Keperawatan : Isolasi
social
7. Persepssi
Halusinasi
pendengaran, Klien mengatakan sering mendengar ada suara perempuan yang
berbicara pada dirinya, frekuensinya 3 kali pada waktu pagi, siang dan malam,
Klien sering mendengar suara tersebut pada waktu sendiri, Klien juga tidak
merasa terganggu dengan suara tersebut, dan sering berbicara dengan suara
tersebut.
Masalah Keperawatan :
Perubahan persepsi sensorik : Halusinasi
8. Isi
pikiran
Obsesi : pasien
terobsesi menjadi peringat 1 di kelasnya
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses berpikir
9. Tingkat
Kesadaran
Disorientasi tempat,
dibuktikan dengan selalu mengatakan kalau dirinya sekarang berada di Rumah
Sakit Arbes.
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses berpikir
10. Memori
Daya ingat Klien
cukup baik, dibuktikan dengan pasien mampu mengingat kejadian masa lalu.
11. Tingkat
Konsentrasi Dan Berhitung
Konsentrasi Klien
baik, dibuktikan dengan pasien mampu berhitung mundur dari anggka 5-1, Klien
juga mampu berhitung sederhana seperti menjumlahkan angka.
12. Kemampuan
Penilaian
Klien tidak mengalami
gangguan penilaian, dibuktikan dengan ketika ditanya pada Klien untuk memilih makan dulu atau mandi, Klien
mengatakan mandi dulu kemudian makan agar bersih.
Masalah Keperawatan : Tidak
ada
13. Daya tilik
diri
Mengingkari penyakit
yang diderita, dibuktikan dengan Klien mengatakan dirinya berada di RS Arbes
dan mengatakan bahwa dirinya tidak sakit.
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses berpikir
VI. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan
klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu
memenuhi kebutuhan sendir seperti makan, mandi, dan BAB/BAK dengan mandiri.
2. Kegiatan
sehari-hari
a. Perawatan
Diri
Klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi memakai sabun, menyikat
gigi, dan memakai shampoo dengan mandiri. Namun klien tidak mampu berhias
ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian tidak rapi, dan pasien jarang berdandan.
Masalah Keperawatan : Defisit perwatan diri
b. Nutrisi
Klien
mengatakan merasa puas dengan pola makannya, pasien makan bersama-sama dengan
teman yang lainnya dimeja makan, Klien makan 3 kali sehari, nafsu makan klien
baik tidak meningkat dan tidak menurun.
c. Tidur
Klien
mempunyai masalah tidur saat siang hari (tidak tidur) dan pasien tidur malam
dari jam 21.00 WIT dan bangun pada pukul 05.00 WIT
3. Kemampuan
klien dalam mengantisipasi kebutuhan sehari
a. Mengantisipasi
Kebutuhan Sendiri
Ya, pasien
mampu mengantisipasi kebutuhannya sendiri
b. Membuat
Keputusan Sendiri
Ya, klien
mengambil keputusan berdasarkan keinginannya sendiri
c. Mangatur
penggunaan obat
Tidak,
penggunaan obat klien diatur oleh perawat
d. Melakukan
Pemeriksaan Kesehatan
Ya, klien
pernah melakukan pemeriksaan kesehatan di Poli RSKD Ambon
4. Klien
memiliki sistem pendukung
Ya, klien
memiliki sistem pendukung yaitu keluarga
5. Klien
tidak mempunyai kegiatan yang produktif ataupun hobi tertentu
VII. MEKANISME KOPING
1.
Maladaptif
Reaksi
klien dalam menyelesaikan masalah yaitu, lebih banyak menangis dan mengurung
diri.
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah
dengan dukungan dan kelompok
Klien
mendapat dukungan dari keluarga dibuktikan dengan adanya keluarga yang datang
menjenguk.
2. Masalah
dengan pendidikan
Klien ada
masalah dengan pendidikan dibuktikan dengan klien putus sekolah pada SMP kelas
2. Tetapi, klien bisa membaca, menulis, dan berhitung.
3. Masalah
dengan pekerjaan
Klien
mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaan karena memang klien tidak
bekerja.
4. Masalah
dengan perumahan
Klien
mengatakan memiliki rumah dan tinggal bersama keluarganya.
5. Masalah
dengan ekonomi
Klien
mengatakan kebutuhannya terpenuhi karena dipenuhi oleh orang tuanya.
6. Masalah
dengan penilaian kesehatan
Sebelumnya
klien pernah riwayat berobat jalan di Poli RSKD Ambon.
IX. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
1. Penyakit
jiwa
Klien tidak
mengetahui penyakit jiwa yang klien alami sekarang, klien belum mengetahui cara
pengaobatan yang harus dilakukan, karena kurang pengetahuan. Klien mengingkari
penyakit yang dideritanya sekarang.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan
X. TERAPI
Risperidone 2
mg 2x1
Chlorpromazine
1x1
Hexymer 1x1
XI. Diagnosa Medik :
Skizofrenia
XI. MASALAH
1. Isolasi
sosial
2. Perubahan
persepsi sensorik : Halusinasi
3. Defesit
perawatan diri
4. Perubahan
proses berpikir
5. Kerusakan
komunikasi verbal
6. Kurang
pengetahuan
7. Resiko
perilaku kekerasan
XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
ANALISA DATA
TANGGAL
|
DATA
|
MASALAH
|
24-10-2016
|
DS:
·
Klien mengatakan tidak pernah bergaul dengan
teman-teman di rumah dan di Rumah sakit
·
Klien lebih sering duduk sendiri di dalam
ruangan.
DO
:
·
Klien tampak duduk diam sendiri
·
Kontak mata kurang
·
Klien tampak Tenang dan lebih banyak mengurung
diri.
·
Afek tumpul, dibuktikan dengan Klien hanya
bereaksi jika ada stimulasi emosi yang kuat dari perawat
·
Selama wawancara kontak mata kurang,
dibuktikan dengan saat wawancara klien tidak menatap perawat.
|
Isolasi
sosial : Menarik diri
|
24-10-2016
|
DS
:
·
Klien mengatakan sering mendengar ada suara
perempuan yang berbicara pada dirinya
·
Frekuensinya 3 kali pada waktu pagi, siang dan
malam.
·
Klien sering mendengar suara tersebut pada
waktu sendiri, dan tidak merasa terganggu dengan suara tersebut.
·
Klien sering berbicara dengan suara tersebut.
DO
:
·
Klien tampak tersenyum dan tertawa sendiri
·
Klien tampak berbicara sendiri
|
Perubahan
persepsi sensorik : Halusinasi
|
24-10-2016
|
DS
: -
DO
:
·
Penampilan klien tidak rapi dibuktikan dengan
rumbut klien acak-acakan, kancing baju tidak terpasang, dank lien jarang
berdandan.
|
Defesit
perawatan diri
|
24-10-2016
|
DS
:
·
Klien mengatakan dirinya sekarang berada
di RS Arbes
DO
:
·
Disorientasi tempat
·
Obsesi
·
Mengingkari penyakit yang diderita, dibuktikan
dengan Klien mengatakan dirinya berada di RS Arbes dan mengatakan bahwa
dirinya tidak sakit.
|
Perubahan
proses berpikir
|
24-10-2016
|
DS
: -
DO
:
·
Pembicaraan lambat, Klien tidak mampu memulai
pembicaraan dan saat diajak berbicara Klien dapat merespon namun lambat dan
berbicara juga lambat.
|
Kerusakan
komunikasi verbal
|
24-10-2016
|
DS
: -
DO
:
·
|
Kerusakan
interaksi sosial
|
24-10-2016
|
DS
:
·
Klien mengatakan tidak mengetahui penyakit
jiwa yang dialami sekarang, klien belum mengetahui cara pengobatan yang harus
dilakukan, karena kurang pengetahuan.
DO
:
·
Klien mengingkari penyakit yang dideritanya
sekarang.
|
Kurang
pengetahuan
|
24-10-2016
|
DS
: -
DO
:
·
Klien kadang mengamuk dirumah, jika keinginannya tidak di penuhi klien
melempar rumahnya dengan batu.
·
Klien memiliki pengalaman masa lalu yang
kurang menyenangkan yaitu pada SMP kelas 2 klien pernah dipukul oleh
temannya.
|
Resiko
perilaku kekerasan
|
POHON MASALAH
Risti mencederai
diri, orang lain dan lingkungan
Defisit
perawatan diri
Perubahan
persepsi sensorik : Halusinasi
Intoleransi
aktifitas
Harga
diri rendah
Koping
individu tidak efektif Koping
keluarga tidak efektif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No |
TGL
|
Dx.
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
Evaluasi
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
24-10-2016
|
Isolasi
sosial : Menarik diri
|
SP
1
·
Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
·
Klien mampu menyebutkan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain.
·
Klien mampu menyebutkan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain.
·
Klien diajarkan oleh perawat tentang cara
berkenalan dengan orang lain.
·
Klien dapat memasukan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
|
Seetelah
dilakukan 2 X interaksi, kliem mampu :
·
Menyebutkan penyebab menarik diri.
·
Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
·
Menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain.
·
Memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.
|
1. Dorong
klien untuk mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
2. Diskusikan
bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3. Diskusikan
bersama klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4. Ajarkan
klien cara berkenalan dengan orang lain.
5. Masukan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
|
1. Dapat
ditemukan mekanisme koping klien dalam
berinteraksi sosial, serta strategi apa yang akan diterapkan pada klien.
2. Maka
klien akan termotivasi untuk berinteraksi dengan orang lain.
3. Meningkatkan
konsep diri klien.
4. Membantu
klien mencapai interaksi sosial secara bertahap.
|
|
|
|
SP
2
·
Jadwal kegiatan harian dapat terevaluasi
mengenai kegiatan berbincang dengan orang lain.
·
Klien dapat mempraktikkan cara berkenalan
dengan satu orang.
·
Klien dapat memasukan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
|
Setalah
dilakukan 2 X interaksi, klien mampu :
·
Mengevaluasi kegiatan harian klien mengenai
kegiatan berbincang dengan orang lain.
·
Mempraktikkan cara berkenalan dengan satu
orang.
·
Memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
|
1. Evaluasi
kegiatan harian klien mengenai kegiatan berbincang dengan orang lain.
2. Dorong
klien untuk mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang.
3. Masukan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian.
|
1.
Untuk merencanakan kegiatan selanjutnya apakah klien
dapat melakukan interaksi sosial dengan dua atau lebih.
2.
Untuk melihat dan merasakan secara langsung
keuntungan dari berinteraksi sosial.
3.
Akan membantu klien dalam mencapai interaksi sosial
secara bertahap
|
|
|
|
SP
3
·
Klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
·
Klien dapat berkenalan dengan dua orang atau
lebih.
·
Klien dapat memasukan kegiatan
berbincang-bincang dengan dua orang atau lebih ke dalam jadwal kegiatan
harian.
|
Setelah
dilakukan 2 X interaksi, klien mampu :
·
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
·
Berkenalan dengan dua orang atau lebih.
·
Memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan
dua orang atau lebih ke dalam jadwal kegiatan harian.
|
1. Evaluasi
jadwal kegiatan harian klien.
2. Dorong
klien untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3. Memasukan
kegiatan berbincang-bincang dengan dua orang atau lebih ke dalam jadwal
kegiatan harian.
|
1. Untuk
merencanakan kegiatan selanjutnya apakah klien bisa melakukan interaksi
sosial dengan dua atau lebih.
2. Mendorong
klien untuk melihat dan merasakan secara langsung keuntungan dari
berinteraksi sosial.
3. Akan
membantu klien dalam mencapai interaksi sosial secara bertahap
|
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No |
Hari/ Tanggal
|
No. Diagnosa
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
|
Selasa
25-10-2016
|
I
|
SP 1 :
1. Orientasi
Selamat
pagi, perkenalkan nama saya Nurhawa biasa dipanggil Hawa, namanya siapa ? Dan
senangnya dipanggil apa ?
2. Validasi
Bagaiman
perasaan nini hari ini ? Apa yang nini rasakan ?
3. Kontrak
a. Topik
“Seperti
janji saya kemarin, hari ini kita akan bercerita tentang penyebab nini tidak
suka bergaul dengan orang lain, apa saja keuntungan bergaul dan apa saja
kerugian bila tidak bergaul dengan orang lain”.
b. Tempat
Kita ingin
bercakap-cakap dimana? Bagaimana jika di sini saja?
c. Waktu
Nini ingin
bercakap-cakap berapa lama ? Bagaimana jika 15 menit.
4. Kerja
a. Apa
yang membuat nini tidak suka bergaul dengan orang lain ? Apakah karena sikap
atau perilaku orang lain terhadap nini atau karena ada alasan lain?
b. Apa
ruginya jika kita tidak memiliki teman? Menurut nini apakah keuntungan jika
kita memiliki teman ?
|
S :
·
Klien menjawab salam
·
Klien mengatakan namanya Nini dan senang
dipanggil Nini.
·
Klien mengatakan merasa baik hari ini
·
Klien mengatakan tidak suka bergaul atau
berbicara dengan orang lain diruangan karena klien sering dipukul.
·
Klien mengatakan tidak tahu apa keuntungan
dari bergaul dengan orang lain.
·
Klien mengatakan tidak tahu apa kerugian dari
tidak bergaul dengan orang lain.
O :
·
Klien dapat menjawab salam
·
Kurang kontak mata
·
Klien mau berjabat tangan dan mau berkenalan
dengan perawat
·
Klien dapat menjawab pertanyaan perawat
·
Klien duduk disamping perawat
·
Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan
penyebab tidak suka bergaul dengan orang lain.
A :
·
Klien mau mengenalkan identitas dirinya secara
lengkap.
·
Klien mampu menyebutkan penyebab dari tidak
suka bergaul dengan orang lain.
·
Klien mampu menyebutkan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain.
·
Klien mampu menyebutkan keuntungan jika tidak
berinteraksi dengan orang lain.
P :
SP
1 berhasil, Lanjutkan SP 2
|
2.
|
Rabu
26-10-2016
|
I
|
SP 2 :
1. Validasi
Selamat
pagi Nini, bagaiman perasaan nini hari ini ? Apa yang nini rasakan ? Nini
masih ingat dengan saya ?
2. Kontrak
a. Topik
“Seperti
janji saya kemarin, hari ini kita akan bercakap-cakap tentang bagaimana cara
berkenalan dengan satu orang ?
b. Tempat
Nini ingin
bercakap-cakap dimana? Bagaimana jika di luar di kuris depan ?
c. Waktu
Nini ingin
bercakap-cakap berapa lama ? Bagaimana jika 15 menit.
3. Kerja
a. Baiklah
saya akan mengajrkan cara berkenalan dengan orang lain (teman). Caranya :
Selamat pagi, perkenalkan nama saya Nini senang dipanggil Nini. Nama kamu
siapan ?
4. Terminasi
a. Evaluasi
Bagaimana
perasaan nini setelah berkenalan dengan satu teman ? Nah, bagaimana jika kita
masukan kegiatan ini dalam jadwal kegiatan harian Nini.
b. Kontrak
waktu
Karena nini
sudah bisa berkenalan dengan satu teman, bagaiman jika besok kita belajar
berkenalan dengan dua teman atau lebih. Nini mau ? Nini maunya jam berapa ?
Bagaiman kalau jam 10.00. Dimana kita akan berkenalan? Bagaimana jika di sini
saja ?
|
S :
·
Klien menjawab salam
·
Klien masih ingat dengan perawat Hawa
·
Klien mengatakan ingat dengan janji yang
dibuat kemarin
·
Klien mengatakan merasa senang karena sudah
bisa berkenalan dengan orang lain (satu orang)
O :
·
Klien dapat menjawab salam
·
Klien mampu berkenalan dengan perawat yang
lain.
·
Bicara lambat dengan intonasi suara pelan
·
Kontak mata baik
·
Klien duduk bersama perawat-perawat yang lain.
A :
·
Afektif : Klien mengatakan merasa senang
karena sudah bisa berkenalan dengan orang lain dan berbincang-bincang dengan
perawat.
·
Kognitif : Klien mampu mengingat cara
berkenalan dengan orang seperti yang diajarkan oleh perawat.
·
Psikomotor : Klien mampu berkenalan dengan
perawat yang lain.
P :
SP
2 berhasil, Evaluasi SP 1, Lanjutkan SP 3
|
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas secara menyeluruh mengenai asuhan
keperawatan pada “Nn. W.I ”
dengan dengan Isolasi Sosial
diruangan sub akut wanita RSKD Maluku, maka pada bab ini kami dapat menguraikan :
- Telah dilakukan pengkajian pada “Nn. W.I ” dengan dengan Isolasi Sosial diruangan sub akut wanita RSKD Maluku.
- Telah ditentukan diagnosa keperawatan pada klien “Nn. W.I ” dengan dengan Isolasi Sosial diruangan sub akut wanita RSKD Maluku yaitu diagnosa Isolasi Sosial
- Telah dibuat rencana tindakan keperawatan pada klien ““Nn. W.I ” dengan dengan Isolasi Sosial diruangan sub akut wanita RSKD Maluku
- Telah dilakukan tindakan dan evaluasi keperawatan pada klien“Nn. W.I ” dengan dengan Isolasi Sosial diruangan sub akut wanita RSKD Maluku.
B. Saran
1.
Bagi Rumah Sakit
Untuk lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial diruangan sub akut wanita
RSKD Maluku.
2.
Bagi Institusi
Pendidikan
Kiranya lebih meningkatkan mutu
pendidikan guna menambah literatur / referensi untuk kelengkapan perkuliahan
sehingga dapat membantu mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
3.
Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa poltekes maluku
khususnya jurusan keperawatan, kiranya
lebih meningkatkan kompetensi dan wawasan tentang perkembangan teori-teori
terbaru dalam dunia kesehatan terutama dalam penerapan asuhan keperawatan pada
klien dengan infeksi saluran kemih.
4.
Bagi Klien
Untuk lebih meningkatkan status kesehatan
dengan cara memeriksakan diri ditempat-tempat pelayanan kesehatan dan
menggunakan tempat pelayanan kesehatan terdekat.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh