BY SITI MUTIAH CC FOR CREDIT
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sistem pernafasan merupakan salah satu organ
terpenting dari bagian tubuh manusia setelah kardiovaskuler, sehingga bila
terjadi gangguan sistem pernafasan akan mempengaruhi semua organ yang lain yang
akan mengganggu pada aktivitas manusia.
Seiring dengan kemajuan zaman,
semakin banyaknya transportasi dan pola hidup yang kurang baik dapat menjadi
suatu masalah kesehatan jiwa, salah satunya yaitu gangguan sistem pernafasan
yang serius dan membahayakan jiwa, keadaan ini akan menimbulkan berbagai
penyakit primer yang mengenai sistem bronkopulmoner seperti hemoptisis masif,
pneumotorak ventil status asmatikus dan pneumotorak berat. Sedangkan gangguan
fungsi paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain seperti keracunan obat yang
menimbulkan depresi pusat pernafasan. Di Amerika Serikat, insidens
pneumothoraks spontan primer pada laki-laki adalah 7,4 kasus per 100.000 orang
tiap tahunnya sementara pada wanita insidensnya adalah 1,2 kasus per 100.000
orang. Sedangkan insidens pneumothoraks spontan sekunder pada laki-laki adalah
6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumothoraks
traumatik lebih sering terjadi daripada pneumothoraks spontan dengan laju yang
semakin meningkat.Insidens pneumothoraks di seluruh dunia belum diketahui.The
Global Initiative for Pneumothorax, 2004).
Rasio laki-laki dan wanita pada
kasus pneumothoraks spontan primer adalah 6,2 berbanding 1 sedangkan untuk
kasus pneumothoraks spontan sekunder adalah 3,2 berbanding 1.Pneumothoraks spontan
primer terjadi pada usia 20 – 30 tahun dengan puncak insidens pada usia awal
20-an sedangkan pneumothoraks spontan sekunder lebih sering terjadi pada usia
60 – 65 tahun.
Menurut data yang penulis dapatkan (dinkes.jatimprov.go.id
) dari bulan Juni s/d September 2008 berjumlah 151 klien dengan masalah Tumor
Paru sebanyak 42 klien ( 27,81 % ), TB Paru 40 klien ( 26,49 % ), Pneumonia 29
klien ( 19,21 % ), Pneumotoraks 17 klien ( 11,26 % ), Effusi Pleura 15 klien (
9.93 % ), PPOK 5 klien ( 3,31 % ), Abses Paru 3 klien ( 1,99 % ).
Dari data diatas penyakit pneumotoraks berada pada
urutan keempat. Meskipun terdapat pada urutan keempat namun jika penyakit
pneumotoraks tidak segara ditanggulangi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
seperti : Tension Pneumotoraks, Piopneumotoraks, Hidropneumotoraks,
Pneumotoraks kronik, Hemopneumotoraks, Pneumotoraks mediastinum, Pneumothoraks
stimultan bilateral.(dinkes.jatimprov.go.id)
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa pneumothoraks itu
?
2. Apa
penyebab atau etiologi pneumothoraks ?
3. Bagaimana
patofisiologi pneumothoraks ?
4. Apa
sajakah tanda dan gejala pneumothoraks ?
5. Bagaimana
penatalaksanaan pneumothoraks ?
6. Apa
sajakah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan ?
7. Apakah
komplikasi yang sering terjadi ?
8. Bagaimana
Asuhan Keperawatan pneumothoraks ?
C. TUJUAN
a. Tujuan
umum
1.
Untuk mengetahui definisi pneumothoraks.
2. Untuk mengetahui penyebab pneumothoraks.
3. Untuk mengetahui
patofisiologi pneumothoraks .
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumothoraks.
5. Untuk mengetahui
penatalaksanaan pneumothoraks .
6. Agar mengerti
pemeriksaan penunjang pada pasien pneumothoraks .
7. Agar mengetahui
komplikasi yang terjadi pada pneumothoraks .
8. Agar mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks.
b.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa
mampu menerapkan definisi Pneumotharaks
2. Mahasiswa
mampu mengetahui metelogi pada penyakit Pneumotharaks
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP DASAR PENYAKIT
1.
Pengertian pneumothorak
Merupakan
suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga
pleura, antara pleura visceral dan parinteral, yang dapat menyebabkan timbulnya
kolaps paru. Pada keadaan normal rongga
pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga
dada. (Rahajoe, 2012)
Pneumotarks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh
paru yang terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke keruangan pleura yang
mengelilingi paru.(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau
gas dalam rongga pleura (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).
Tension pneumothorax disebabkan
karena tekanan positif pada saat udara masuk ke pleura pada saat
inspirasi. Pneumothorax dapat menyebabkan cardiorespiratory distress dan cardiac
arrest.
Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra Arif, 2000).
Pneumotoraks
adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan
normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga paru-paru dapat leluasa
mengembang terhadap rongga dada.
Pneumotoraks
didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu, di
ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah
kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang intrapleural
melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma) atau melalui parenkim
paru-paru di pleura visceral.
2.
Klasifikasi
1.
Traumatik
Dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a.
Pneumotorak iatroganik
Terjadi karena akibat komplikasi
tindakan medis dan jenis ini di bedakan menjadi dua yaitu :
a)
Pneumotorak traumatik iatrogonik
aksidental ini terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan / komplikasi
tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsy pleura,
biopsy transbronkial, biopsy / aspirasi paru perkutaneus.
b)
Pneumotorak traumatik iatrogonik
artificial (deliberate) merupakan
pneumotorak yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara kedalam rongga
pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi
tuberkolusis (sebelum era antibiotic), atau untuk menilai permukaan paru.
b.
Pneumotorak non-iatrogonik
(acidental)
2.
Pneumotorak spontan
Dapat dibagi lagi menjadi primer
(tanpa adanya penyakit yang mendasarinya) ataupun sekunder (komplikasi dari
penyakit paru akut atau kronik).
3.
Etiologi
1)
Infeksi saluran pernapasan
2)
Adanya ruptur ‘bleb’ pleura
3)
Traumatik misalnya pada luka tusuk
4)
Acute lung
injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan
bahan kimia
5)
Penyakit inflamasi paru akut dan
kroniks (penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), TB paru. Fibrosis paru, abses
paru, kanker dan tumor metastase ke pleura
4.
Patofisiologi (narasi dan patoflow)
Alveoli
disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek, apabial
alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk
dengan mudah menuju kejaringan peribronkovaskuler gerakan nafas yang kuat,
infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang
memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli
dapat mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskuler robekan pleura kearah yang
berlawanan dengan tilus akan menimbulkan pneumothoraks, sedangkan robekan yang
mengarah ke tilus dapat menimbulkan pneumomediastinum dari mediastinum udara
mencari jalan menuju ke atas, ke arah leher. Diantara organ – organ medistinum terdapat jairngan ikat yang longgar
sehingga mudah ditembus oleh udara . Dari leher udar menyebar merata di bawah
kulit leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis yang dapat
meluas ke arah perut hingga mencapai skretum.
Pathway
Trauma
tajam & tumpul
|
torak
|
Akumulasi
cairan dalam kavum pleura
|
Ekspansi
paru
|
Ketidakefektifan pola
napas
|
pneumotorak
|
Pemasangan
WSD
|
Merangsang
reseptor nyeri pada pleura viseralis dan parietalis
|
Thorakdrains
bergeser
|
Merangsang resptor nyeri pada
perifer kulit
|
resiko infeksi
kerusakan integritas
kulit
|
Nyeri akut
|
Diskontiunitas
jaringan
|
5.
Manifestasi klinik (tanda dan
gejala)
1.
Pasien mengeluh awitan mendadak
nyeri dada pluritik akut yang terlokalisasi pada paru yang sakit.
2.
Nyeri dada pluritik biasanya
disertai sesak napas, peningkatan kerja pernapasan, dan dispnea.
3.
Gerakan dinding dada mungkin tidak
sama kerena sisi yang sakit tidak mengembang seperti sisi yang sehat.
4.
Suara napas jauh atau tidak ada
5.
Perkusi dada menghasilkan suara
hipersonan.
6.
Takikardia sering terjadi menyertai
type pneumotoraks
7.
Tension pneumotoraks
-
Hipoksemia(tanda awal)
-
Ketakutan
-
Gawat napas (takipnea berat)
-
Peningkatan tekanan jalan napas
puncak dan rerata, penurunan komplians, dan out-tekkanan ekspirasi akhir
positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis
-
Kolaps kardiovaskular (frekuensi
jantung > 140 x/ menit pada setiap hal berikut: sianosis perifer, hipotensi,
aktivitas lintrik tanpa denyut nadi)
(Morton, 2012)
6.
Pemeriksaan penunjang
1.
Foto thoraks : devisiasi mediastinal
menunjukan adanya tegangan (tension). Umumnya didapat garis penguncupan paru
yang sangat halus (pleura line). Bila
disertai darah atau cairan yang lainya akan tampak garis mendatar yang
merupakan batas udara dan cairan (air
fluid level)
2.
Saturasi oksigen harus di ukur,
biasanya normal kecuali ada penyakit paru
3.
Ultrasonografi atau CT Scan Torak
baik dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan biasanya digunakan setelah biopsi
paru perkutan
(swidarmoko boedi)
7.
Penatalaksanaan
a.
Medik
Tindakan
observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara dan
mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada pneumothoraks
tertutup atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang
harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut
yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar.
b.
Dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar
dengan cara :
a. Menusukan
jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian tekanan
udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara
yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena
udara yang keluar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara
luar melalui kontra ven il.
Dapat memakai infus set khususnya niddle
Jarum abbocath
Pipa WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus
( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara
thoakar atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa
plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat
dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis
aksila belakang. Swelain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis
klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD
dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada
dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat
dengan mudah keluar melalui tekanan tersebut.
Penghisapan
terus – menerus ( continous suction ).
Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap
positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 –
20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi
perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parentalis.
Apabila paru
telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain
drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau
ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
c.
Bedah
a.
Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang
menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
b.
Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
c.
Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada fistel
dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali.
d.
Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura
ditempat fistel.
Pengobatan tambahan :
Apabila
terdapat proses lai diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya ;
- Terhadap proses
tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis.
- Untuk
mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi laksan ringan
ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak dapat perlu
mengejan terlalu keras.
- Istirahat total
- Penderita
dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk, bersin terlalu
keras, mengejan.
B.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
(data focus)
1)
Identitas
Ø Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status
marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis )
Ø Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan,status, agama, hubungan dengan klien ).
2)
Riwayat
keperawatan
a.
Riwayat penyakit saat ini
Keluhan
sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat.Nyeri
dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih
nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma
yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan
yang menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya
menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda tajam langsung menembus
pleura.
b. Riwayat
penyakit dahulu
Perlu
ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana sering
terjadi pada pneumothoraks spontan.
c. Riwayat penyakit
keluarga
Perlu
ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan
lain-lain.
3)
Aktivitas/Istirahat
Gejala
: Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
4)
Sirkulasi
Tanda
: Takikardia.
Frekuensi tak
teratur/disritmia.
Irama jantung gallop (gagal
jantung sekunder terhadap effusi).
Tanda Homman.
TD: hipertensi/ hipotensi.
DVJ
5)
Integritas Ego
Tanda
: Ketakutan, gelisah.
6)
Makanan/Cairan
Tanda
: Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.
7)
Nyeri/kenyamanan
Gejala
: Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
Timbul tiba-tiba gejala
sementara batuk atau regangan (pneumothorak spontan).Tajam dan nyeri, menusuk
yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
(efusi pleural).
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.Perilaku
distraksi. Mengkerutkan wajah.
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola napas b.d ekspansi
paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara / cairan
2.
Nyeri akut b.d trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder
3.
Kerusakan integritas kulit b.d
trauma mekanik terpasang bullow drainage
4.
Resiko infeksi b.d tempat masuknya
organisme sekunder terhadap trauma
3. Rencana keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
& KRITERIA HASIL
|
PERENCANAAN
|
|
1
|
Ketidakefektifan pola napas b.d ekspansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara / cairan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah pola napas tidak efektif sudah
teratasi dengan k. H
1. Tanda-tanda
vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan )
2. Menunjukan
jalan napas yang paten
3. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara napasa yang bersih,tidak ada sianosis dan dispnea
|
1. Buka jalan
napas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan
pasienuntuk memaksimalkan ventilasi
3. Keluarkan
sekret dengan batuk atau section
4. Mengidentifikasi
etiologi/faktor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi,
komplikasi ventilasi mekanik
|
|
2
|
Nyeri akut b.d trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil
1. Klien dpat
beradaptasi dengan nyeri
2. Mampu
mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
3. Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas nyeri, frekuensi dan tanda nyeri)
|
1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas danfaktor presipitasi
2. Obserfasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Ajarka tentang
teknik nonvarmakologi (relaksasi napas dalam, distraksi)
4. Kolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
5. Kolaborasi
tentang pemberian anlagetik
|
|
3
|
Kerusakan
integritas kulit b.d trauma mekanik terpasang bullow drainage
|
Setelah dilakuakn tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan integritas kulit dapat teratasi dengan
k.h
1. Klien
menunjukan tidak adanya kerusakan kulit
2. Turgor
kulit normal
3. Perfusi
jaringan baik
|
1. Inspeksi
kulit pasien setiap pergantian tugas
jaga, jelaskan dan dokumentasikan
kondisi kulit, dan laporkan perubahan
2. Mobilisasi
pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
jam sekali
3. Anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
|
|
4
|
Resiko infeksi b.d tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak ada
tanda-tanda infeksi dengan k.h
1.
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.
Menunjukan perilaku hidup sehat
|
1.
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.
Pertahankan tekhnik asepsis pada pasien yang
beresiko
3.
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
4.
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
|
|
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpilan
Pneumothoraks
adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas
lain masuk ke keruangan pleura yang mengelilingi paru.(Elizabeth,
Patofisiologi EGC, 2009)
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan
sesuai dengan penyebabnya :
·
Pneumothoraks
Spontan (primer dan sekunder)
Pneumothoraks spontan primer terjadi tanpa disertai
penyakit paru yang mendasarinya, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder
merupakan komplikasi dari penyakit paru yang mendahuluinya.
·
Tension
Pneumothoraks
Disebabkan trauma tajam, infeksi paru, resusitasi
kardiopulmoner.
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh