9/10/2018

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMOTORAKS


 BY SITI MUTIAH CC FOR CREDIT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan merupakan salah satu organ terpenting dari bagian tubuh manusia setelah kardiovaskuler, sehingga bila terjadi gangguan sistem pernafasan akan mempengaruhi semua organ yang lain yang akan mengganggu pada aktivitas manusia.
Seiring dengan kemajuan zaman, semakin banyaknya transportasi dan pola hidup yang kurang baik dapat menjadi suatu masalah kesehatan jiwa, salah satunya yaitu gangguan sistem pernafasan yang serius dan membahayakan jiwa, keadaan ini akan menimbulkan berbagai penyakit primer yang mengenai sistem bronkopulmoner seperti hemoptisis masif, pneumotorak ventil status asmatikus dan pneumotorak berat. Sedangkan gangguan fungsi paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain seperti keracunan obat yang menimbulkan depresi pusat pernafasan. Di Amerika Serikat, insidens pneumothoraks spontan primer pada laki-laki adalah 7,4 kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita insidensnya adalah 1,2 kasus per 100.000 orang. Sedangkan insidens pneumothoraks spontan sekunder pada laki-laki adalah 6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumothoraks traumatik lebih sering terjadi daripada pneumothoraks spontan dengan laju yang semakin meningkat.Insidens pneumothoraks di seluruh dunia belum diketahui.The Global Initiative for Pneumothorax, 2004).
Rasio laki-laki dan wanita pada kasus pneumothoraks spontan primer adalah 6,2 berbanding 1 sedangkan untuk kasus pneumothoraks spontan sekunder adalah 3,2 berbanding 1.Pneumothoraks spontan primer terjadi pada usia 20 – 30 tahun dengan puncak insidens pada usia awal 20-an sedangkan pneumothoraks spontan sekunder lebih sering terjadi pada usia 60 – 65 tahun.
Menurut data yang penulis dapatkan (dinkes.jatimprov.go.id ) dari bulan Juni s/d September 2008 berjumlah 151 klien dengan masalah Tumor Paru sebanyak 42 klien ( 27,81 % ), TB Paru 40 klien ( 26,49 % ), Pneumonia 29 klien ( 19,21 % ), Pneumotoraks 17 klien ( 11,26 % ), Effusi Pleura 15 klien ( 9.93 % ), PPOK 5 klien ( 3,31 % ), Abses Paru 3 klien ( 1,99 % ).
Dari data diatas penyakit pneumotoraks berada pada urutan keempat. Meskipun terdapat pada urutan keempat namun jika penyakit pneumotoraks tidak segara ditanggulangi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti : Tension Pneumotoraks, Piopneumotoraks, Hidropneumotoraks, Pneumotoraks kronik, Hemopneumotoraks, Pneumotoraks mediastinum, Pneumothoraks stimultan bilateral.(dinkes.jatimprov.go.id)

B.     RUMUSAN MASALAH
1.  Apa pneumothoraks itu ?
2.  Apa penyebab atau etiologi pneumothoraks ?
3.   Bagaimana patofisiologi pneumothoraks ?
4.   Apa sajakah tanda dan gejala pneumothoraks ?
5.   Bagaimana penatalaksanaan pneumothoraks ?
6.   Apa sajakah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan ?
7.    Apakah komplikasi yang sering terjadi ?
8.    Bagaimana Asuhan Keperawatan pneumothoraks ?

C.     TUJUAN
a.       Tujuan umum
1.   Untuk mengetahui definisi pneumothoraks.
2.   Untuk mengetahui penyebab pneumothoraks.
3.   Untuk mengetahui patofisiologi pneumothoraks .
4.   Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumothoraks.
5.   Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumothoraks .
6.   Agar mengerti pemeriksaan penunjang pada pasien pneumothoraks .
7.   Agar mengetahui komplikasi yang terjadi pada pneumothoraks .
8.   Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks.
b.    Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menerapkan definisi Pneumotharaks
2. Mahasiswa mampu mengetahui metelogi pada penyakit Pneumotharaks



BAB II
PEMBAHASAN


A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
1.      Pengertian pneumothorak
Merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga pleura, antara pleura visceral dan parinteral, yang dapat menyebabkan timbulnya kolaps paru.  Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. (Rahajoe, 2012)
Pneumotarks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke keruangan pleura yang mengelilingi paru.(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).
Tension pneumothorax disebabkan karena  tekanan positif pada saat udara masuk ke pleura pada saat inspirasi. Pneumothorax dapat menyebabkan cardiorespiratory distress dan cardiac arrest.
Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra Arif, 2000).
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu, di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma) atau melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.

2.      Klasifikasi
1.      Traumatik
Dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a.       Pneumotorak iatroganik
Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini di bedakan menjadi dua yaitu :
a)      Pneumotorak traumatik iatrogonik aksidental ini terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan / komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsy pleura, biopsy transbronkial, biopsy / aspirasi paru perkutaneus.
b)      Pneumotorak traumatik iatrogonik artificial (deliberate) merupakan pneumotorak yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara kedalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberkolusis (sebelum era antibiotic), atau untuk menilai permukaan paru.
b.      Pneumotorak non-iatrogonik (acidental)
2.      Pneumotorak spontan
Dapat dibagi lagi menjadi primer (tanpa adanya penyakit yang mendasarinya) ataupun sekunder (komplikasi dari penyakit paru akut atau kronik).

3.         Etiologi
1)        Infeksi saluran pernapasan
2)        Adanya ruptur ‘bleb’ pleura
3)        Traumatik misalnya pada luka tusuk
4)        Acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan bahan kimia
5)        Penyakit inflamasi paru akut dan kroniks (penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), TB paru. Fibrosis paru, abses paru, kanker dan tumor metastase ke pleura
4.         Patofisiologi (narasi dan patoflow)
Alveoli disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek, apabial alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovaskuler gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskuler robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulkan pneumothoraks, sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulkan pneumomediastinum dari mediastinum udara mencari jalan menuju ke atas, ke arah leher. Diantara organ – organ medistinum terdapat jairngan ikat yang longgar sehingga mudah ditembus oleh udara . Dari leher udar menyebar merata di bawah kulit leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis yang dapat meluas ke arah perut hingga mencapai skretum.


Pathway

Trauma tajam & tumpul
torak
Akumulasi cairan dalam kavum pleura
Ekspansi paru
Ketidakefektifan pola napas
pneumotorak
Pemasangan WSD
Merangsang reseptor nyeri pada pleura viseralis dan parietalis
Thorakdrains bergeser
Merangsang resptor nyeri pada perifer kulit
resiko infeksi
kerusakan integritas kulit
Nyeri akut
Diskontiunitas jaringan
 

























5.         Manifestasi klinik (tanda dan gejala)
1.      Pasien mengeluh awitan mendadak nyeri dada pluritik akut yang terlokalisasi pada paru yang sakit.
2.      Nyeri dada pluritik biasanya disertai sesak napas, peningkatan kerja pernapasan, dan dispnea.
3.      Gerakan dinding dada mungkin tidak sama kerena sisi yang sakit tidak mengembang seperti sisi yang sehat.
4.      Suara napas jauh atau tidak ada
5.      Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan.
6.      Takikardia sering terjadi menyertai type pneumotoraks
7.      Tension pneumotoraks
-       Hipoksemia(tanda awal)
-       Ketakutan
-       Gawat napas (takipnea berat)
-       Peningkatan tekanan jalan napas puncak dan rerata, penurunan komplians, dan out-tekkanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis
-       Kolaps kardiovaskular (frekuensi jantung > 140 x/ menit pada setiap hal berikut: sianosis perifer, hipotensi, aktivitas lintrik tanpa denyut nadi)
(Morton, 2012)

6.      Pemeriksaan penunjang
1.      Foto thoraks : devisiasi mediastinal menunjukan adanya tegangan (tension). Umumnya didapat garis penguncupan paru yang sangat halus (pleura line). Bila disertai darah atau cairan yang lainya akan tampak garis mendatar yang merupakan batas udara dan cairan (air fluid level)
2.      Saturasi oksigen harus di ukur, biasanya normal kecuali ada penyakit paru
3.      Ultrasonografi atau CT Scan Torak baik dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan biasanya digunakan setelah biopsi paru perkutan
(swidarmoko boedi)

7.      Penatalaksanaan
a.       Medik
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada pneumothoraks tertutup atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar.
b.      Dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :
a.  Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif  karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.
 b. Membuat hubungan dengan udara luar  melalui kontra ven il.
         Dapat memakai infus set khususnya niddle
         Jarum abbocath
         Pipa  WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara thoakar  atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Swelain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan tersebut.
Penghisapan terus – menerus ( continous suction ).
Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parentalis.
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
c.       Bedah
a.       Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
b.      Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
c.       Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.
d.      Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat fistel.
 Pengobatan tambahan :
 Apabila terdapat proses lai diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan   terhadap penyebabnya ;
-     Terhadap proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis.
-   Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi laksan ringan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak dapat perlu mengejan terlalu keras.
-       Istirahat total
-   Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk, bersin terlalu keras, mengejan.

B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Pengkajian (data focus)
1)      Identitas
Ø Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis )
Ø Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,status, agama, hubungan dengan klien ).
2)      Riwayat keperawatan
a.       Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat.Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana sering terjadi pada pneumothoraks spontan.
c.       Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-lain.
3)      Aktivitas/Istirahat
Gejala        : Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
4)      Sirkulasi
Tanda        : Takikardia.
Frekuensi tak teratur/disritmia.
Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi).
Tanda Homman.
TD: hipertensi/ hipotensi.
DVJ 
5)      Integritas Ego
Tanda        : Ketakutan, gelisah.
6)      Makanan/Cairan
Tanda        : Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.
7)      Nyeri/kenyamanan
Gejala       : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothorak spontan).Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleural).
Tanda       : Berhati-hati pada area yang sakit.Perilaku distraksi. Mengkerutkan wajah.

2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan pola napas b.d ekspansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara / cairan
2.      Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
3.      Kerusakan integritas kulit b.d trauma mekanik terpasang bullow drainage
4.      Resiko infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma














3.      Rencana keperawatan

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
PERENCANAAN
1
Ketidakefektifan pola napas b.d ekspansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara / cairan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah pola napas tidak efektif sudah teratasi dengan k. H
1.      Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan )
2.      Menunjukan jalan napas yang paten
3.      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napasa yang bersih,tidak ada sianosis dan dispnea
1.      Buka jalan napas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.      Posisikan pasienuntuk memaksimalkan ventilasi
3.      Keluarkan sekret dengan batuk atau section
4.      Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik
2
Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil
1.      Klien dpat beradaptasi dengan nyeri
2.      Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
3.      Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas nyeri, frekuensi dan tanda nyeri)
1.      Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas danfaktor presipitasi
2.      Obserfasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.      Ajarka tentang teknik nonvarmakologi (relaksasi napas dalam, distraksi)
4.      Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
5.      Kolaborasi tentang pemberian anlagetik
3
Kerusakan integritas kulit b.d trauma mekanik terpasang bullow drainage

Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan integritas kulit dapat teratasi dengan k.h
1.      Klien menunjukan tidak adanya kerusakan kulit
2.      Turgor kulit normal
3.      Perfusi jaringan baik
1.      Inspeksi kulit pasien  setiap pergantian tugas jaga,  jelaskan dan dokumentasikan kondisi kulit, dan laporkan perubahan
2.      Mobilisasi pasien  (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
3.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
4
Resiko infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak ada tanda-tanda infeksi dengan k.h
1.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.      Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.      Menunjukan perilaku hidup sehat
1.        Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.        Pertahankan tekhnik asepsis pada pasien yang beresiko
3.        Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
4.        Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpilan
Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke keruangan pleura yang mengelilingi paru.(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya :
·         Pneumothoraks Spontan (primer dan sekunder)
Pneumothoraks spontan primer terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru yang mendahuluinya.
·         Tension Pneumothoraks
Disebabkan trauma tajam, infeksi paru, resusitasi kardiopulmoner.



No comments:

Post a Comment

jangan komen yang aneh-aneh