BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010.(http//www.pikiran rakyat.com)
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar untuk meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya. Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya tidak sedikit yang memilih kabur.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri ( Keliat, 1998 ).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cendrung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman.
Menurut Antai Otong ( 1995 : 297 ), self esteem dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukkan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cendrung untuk merpersepsikan lingkungannya negative dan sangat mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya.
Menurut Patricia D. Barry dalam mental Health and Mentall Illness ( 2003 ), harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya. Barry mengemukakan, self esteem is a feeling of self acceptance and positive self image. Pengertian lain mengemukakan bahwa harga diri rendah menolak dirinya sendiri, merasa tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Individu gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
B. Factor predisposisi
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab yang personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
C. Factor presipitasi
Factor presipitasi harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan / bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat dirawat.
Baik factor predisposisi maupun presipitasi diatas bila memengaruhi seseorang dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan memengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif ( mekanisme koping individu tidak efektif ). Bila kondisi pada lien tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tifak mau bergaul dengan orang lain ( isolasi social : menarik diri ), yang menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko prilaku kekerasan.
Menurut peplau dan sulivan harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sring diperslahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpengaruhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut caplan, lingkungan social akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan social seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungna social, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
D. Manifestasi klinis
1. Mengejek dan mengkritik diri
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
3. Mengalami gejala fisik, missal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.
4. Menunda keputusan.
5. Sulit bergaul.
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
7. Menarik diri dari realitas.
8. Cemas, panic, cemburu curiga, halusinasi.
9. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
10. Merusak atau melukai orang lain.
11. Perasaan tidak mampu.
12. Pandangan hidup yang pesimistis.
13. Tidak menerima pujian.
14. Penurunan produktifitas.
15. Penolakan terhadap kemampuan diri.
16. Kurang memerhatikan perawatan diri.
17. Berpakaian tidak rapih.
18. Berjurang selera makan.
19. Tidak berani menatap lawan bicara.
20. Lebih banyak menunduk.
21. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
E. Rentang respon
Respon adaptif
|
Respon maladaptif
| |||
Aktualisasi diri
|
Konsep diri positif
|
Harga diri rendah
|
Kerancuan identitas
|
Depersonalisasi
|
F. Psikodinamika
Menurut kelliat,B.A. 1998, gangguan harga diri yang disebut harga diri randah disebut terjadi secara:
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya baru operasional kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan, dituduh KKN , di penjara tiba-tiba ).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
1. Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal ).
2. Harapan akan struktur , bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat / sakit atau penyakit.
3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Maturasional
Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah :
1. Bayi / usia bermain / pra sekolah
Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuta dengan orang tua, ketidakmampuan mempercayai orang terdekat.
2. Usia sekolah
Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat atau peringkat objektiv, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative berulang.
3. Remaja
Pada usia remaja penyebab harga diri rendah, jenis kelamin, gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan, masalah –masalah pelajaran kehilangan orang terdekat.
4. Usia sebaya
Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.
5. Lansia
Berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial, pension ).
c. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian dirumah sakit akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian :
Ruangan :
A. Identitas klien
Biasanya meliputi nama klien ( idntitas ), umur, jenis, kelamin, agama, alamat lengkap, tanggal masuk, No. MR, penanggung jawab, keluarga yang bisa dihubungi.
B. Alasan masuk
Biasanya klien mengkritik diri sendiri, pearasaan tidak mampu, pandangan hidup pesimis, tidak menerima pujian, penurunan produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri, kurang memprhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada bicara lemah.
C. Factor predisposisi
Biasanya penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab yang personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
D. Fisik
1. Tekanan darah : biasanya tekanan darah normal
2. Pernapasan : biasnaya pernapasan normal
3. Nadi : biasanya nadinya normal
4. Suhu : biasanya suhnya normal
E. Psikososial
Biasanya klien mengalami HDR cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar,biasanya klien bersepsi terhadap dirinya,biasanya klien memiliki rasa frustasi tidak mampu melakukan peran nya seperti orang normal lainnya,biasanya pandangan dan keyakinan klien HDR terhadap gangguan jiwa sesuai dengan budaya dan agama yg dianut,biasanya klien tidak medekatkan diri dengan yang maha kuasa.
F. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makann
Observasi frekuensi,jumlah,variasi,macam(suka/tidak suka/pantangan)dan cara makan. Observasi kemampuan klien dalam menyiapakan dan membersihkan alat makan.
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK,pergi menggunakan dan membersihkan wec dan merapikan pakaian nya.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,gunting kuku,,observasi kebersihan tubuh.
d. Istirahat dan tidur
Observasi lama dan waktu tidur siang/tidur malam,persiapan sebelum tidur seperti:menyikat gigi,cuci kaki dan berdo, kegiatan sesudah tidur,seperti:merapikan tempat tidur, mandi/cuci muka dan menyikat gigi.
e. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat:frekuensi,jenis,dosis,waktu,dan cara pemberiaan,serta reaksi obat.
G. Mekanisme koping
1. Koping adaptif
a. Bicara pada orang lain
b. Mampu menyelesaikan masalah
c. Teknik relaksasi
d. Aktifitas kontruksi
e. Olah raga dan lain lain
2. Koping maladaptive
a. Minum alcohol
b. Reaksi lambat/berlebihan
c. Bekerja berlebihan
d. Menghindar
e. Mencerai diri
H. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
|
Gangguan citra tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri
b. Isolasi social
c. Gangguan citra tubuh
3. Rencana Tindakan Keperawatan
A. Gangguan Konsep Diri
Tujuan umum:
klien dapat melakukan cara pengambilan atau pengendalian keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupan nya
Tujuan khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah
TAK 1
INTERVENSI:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Sapa klien dengan ramah
3. Perkenalkan diri
4. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
5. Buat kontrak waktu yang jelas
6. Jelaskan tujuan intervensi
7. Tunjukan sikap empati
8. Kontak mata dengan klien
9. Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan nya
10. Dengar kan unggkapan dengan empati
TAK 2
INTERVENSI
1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaanya
3. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positive
4. Berikan pujian
TAK 3:
INTERVENSI
1. Kaji gambar koping yang dimiliki oleh klien
2. Tentukan kapan koping akan dimulai
3. Gali kekuatan dan sumber kekuatan yang klien miliki
4. Berikan respon positif
TAK 4
INTERVENSI
1. Bantu klien mengidentifikasi kegiatan yang selama ini di lakukan di RS atau di rumah
2. Motivasi klien untuk dapat melakukan rencana kegiatan di RS atau dirumah
3. Beri reinforment positife terhadap mencapaian.
B. Isolasi Sosial
Tujuan umum :
klien dapat melakukan hubungan social secara bertahap
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positife yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah
4. Klien dapat menyusun atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki di RS maupun dirumah
TAK 1
INTERVENSI:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Sapa klien dengan ramah,baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan diri
4. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
5. Buat kontrak waktu yang jelas
6. Jelaskan tujuan intervensi
7. Tunjukan sikap empati
8. Kontak mata dengan klien
9. Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan nya
10. Dengar kan unggkapan dengan empati
TAK 2
INTERVENSI
1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaanya
3. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positive
4. Berikan pujian
TAK 3:
INTERVENSI
1. Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit
2. Diskusikan juga kemmapuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nantinya.
TAK 4
INTERVENSI
1. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
3. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
C. Gangguan Citra Tubuh
Tujuan umum:
Klien mammpu mengidentifikasi citra tubuhnya
Tujuan khusus:
1. Klien mampu meningkatkan peneriman terhadap citra tubuh
2. Klien mampu mengidentifikasi potensi(aspek positive)
3. Klien mampu mengetahui cara cara untuk meningkatkan citra tubuh
4. Klien mampu melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh nya
5. Klien mampu untuk berinteraksi dengan orang lain tampa terganggu
TAK 1
INTERVENSI
1. Diskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat ini,perasaan ,dan harapan terhadap citra tubuh saat ini.
2. Motivasi klien untuk melihat bagian tubuh yang abnormal secara bertahap
3. Diskusikan aspek positive diri
4. Bantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
5. Ajarkan klien untuk meningkatkan citra tubuh dengan cara sebagai berikut:
a. Gunakan prosthesis,kosmetik,alat lain untuk menunjang penampilan nya
b. Motivasi klien untuk melakukan aktifitas yang menggarah pada pembentukan tubuh yang ideal
6. Lakukan interaksi secara bertahap
TAK 2
INTERVENSI
1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaanya
3. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positive
4. Berikan pujian
TAK 3:
INTERVENSI
1. Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit
2. Diskusikan juga kemmapuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nantinya.
TAK 4
INTERVENSI
1. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
3. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini adalah :
a. Gangguan konsep diri
b. Isolasi social
c. Gangguan citra tubuh
B. SARAN
1. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan praktikasuhan keperawatannya, serta pengetahuannya pada pasien dengan Harga Diri Rendah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan.
3. Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, Budhi Anna 2011 . Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maglaya dan Bailon. 1997. Perawatan Kesehatan Keluarga : suatu proses. Pusdiknakes Depkes RI. jakarta
Yosep , iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh