Dinamika
Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar
Torsi/momen
gaya
Torsi
atau momen gaya adalah hasil kali antara gaya F dan lengan momennya.
Torsi dilambangkan dengan lambang
.
Satuan dari torsi adalah Nm
(Newton meter).
Perjanjian tanda untuk MOMEN GAYA.
Perjanjian tanda untuk MOMEN GAYA.
*
Momen gaya yang searah jarum jam bertanda POSITIF.
*
Momen gaya yang berlawanan arah jarum jam bertanda NEGATIF.
Momen
inersia
Momen inersia adalah hasil kali partikel massa dengan kuadrat jarak tegak
lurus partikel dari titik poros.
Satuan dari momen inersia adalah kg m² (Kilogram meter kuadrat).
Besaran momen inersia dari beberapa benda.
Satuan dari momen inersia adalah kg m² (Kilogram meter kuadrat).
Besaran momen inersia dari beberapa benda.
Benda
|
Poros
|
Gambar
|
Momen
inersia
|
Batang
silinder
|
Poros
melalui pusat
|
|
|
Batang
silinder
|
poros
melalui ujung
|
|
|
Silinder
berongga
|
Melalui
sumbu
|
|
|
Silinder
pejal
|
Melalui
sumbu
|
|
|
Silinder
pejal
|
Melintang
sumbu
|
|
|
Bola pejal
|
Melalui
diameter
|
|
|
Bola
pejal
|
Melalui
salahsatu garis singgung
|
|
|
Bola
berongga
|
Melalui
diameter
|
|
Hubungan
antara torsi dengan momen inersia
Hukum II Newton tentang rotasi
Keterangan:
- I : momen inersia (kg m²)
- α : percepatan sudut (rad/s²)
- : torsi (Nm)
Titik Berat
a. Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)
Untuk benda-benda berbentuk memanjang seperti kawat , massa benda dianggap diwakili oleh panjangnya (satu dimensi) dan titik beratnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
b. Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)
Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi), dan titik berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya
teratur terletak pada sumbu simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat
diperpotongan diagonalnya, dan untuk lingkaran terletak dipusat lingkaran.
Titik berat bidang homegen di perlihatkan pada tabel
berikut:
c. Titik berat benda-benda homogen
berdimensi tigaLetak titik berat
dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat ditentukan
dengan persamaan:
Cara mencarinya:
Cara mencarinya:
- Segiempat, benda prisma, lingkaran, dan bola: pasti di tengah tengah
- Segitiga dan Benda Limas:
- Luasan = 1/3 t dari alas
- Pejal = 1/4 t dari alas
3. Bagian
lingkaran dan Bola:
- Busur = Tali busur : juring x R
- Juring = tali busur : busur x 2/3 R
- Separuh kulit = 1/2 R
- Separuh pejal = 3/8 R
titik berat
Telah
dikatakan sebelumnya bahwa suatu benda tegar dapat mengalami gerak translasi
(gerak lurus) dan gerak rotasi. Benda tegar akan melakukan gerak translasi
apabila gaya yang diberikan pada benda tepat mengenai suatu titik yang yang
disebut titik berat.
Benda akan seimbang jika pas diletakkan
di titik beratnya
Titik berat merupakan titik dimana
benda akan berada dalam keseimbangan rotasi (tidak mengalami rotasi). Pada saat
benda tegar mengalami gerak translasi dan rotasi sekaligus, maka pada saat itu
titik berat akan bertindak sebagai sumbu rotasi dan lintasan gerak dari titik
berat ini menggambarkan lintasan gerak translasinya.
Mari
kita tinjau suatu benda tegar, misalnya tongkat pemukul kasti, kemudian kita
lempar sambil sedikit berputar. Kalau kita perhatikan secara aeksama, gerakan
tongkat pemukul tadi dapat kita gambarkan seperti membentuk suatu lintasan dari
gerak translasi yang sedang dijalani dimana pada kasus ini lintasannya
berbentuk parabola. Tongkat ini memang berputar pada porosnya, yaitu tepat di
titik beratnya. Dan, secara keseluruhan benda bergerak dalam lintasan parabola.
Lintasan ini merupakan lintasan dari posisi titik berat benda tersebut.
Demikian
halnya seorang peloncat indah yang sedang terjun ke kolam renang. Dia melakukan
gerak berputar saat terjun. sebagaimana tongkat pada contoh di atas, peloncat
indah itu juga menjalani gerak parabola yang bisa dilihat dari lintasan titik
beratnya. Perhatikan gambar berikut ini.
seorang yang meloncat ke air dengan
berputar
Jadi, lintasan gerak translasi dari
benda tegar dapat ditinjau sebagai lintasan dari letak titik berat benda
tersebut. Dari peristiwa ini tampak bahwa peranan titik berat begitu penting
dalam menggambarkan gerak benda tegar.
Cara
untuk mengetahui letak titik berat suatu benda tegar akan menjadi mudah untuk
benda-benda yang memiliki simetri tertentu, misalnya segitiga, kubus, balok,
bujur sangkar, bola dan lain-lain. Yaitu d sama dengan letak sumbu simetrinya.
Hal ini jelas terlihat pada contoh diatas bahwa letak titik berat sama dengan
sumbu rotasi yang tidak lain adalah sumbu simetrinya.
Orang ini berada dalam keseimbangan
Di sisi lain untuk
benda-benda yang mempunyai bentuk sembarang letak titik berat dicari dengan
perhitungan. Perhitungan didasarkan pada asumsi bahwa kita dapat mengambil
beberapa titik dari benda yang ingin dihitung titik beratnya dikalikan dengan
berat di masing-masing titik kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah
berat pada tiap-tiap titik. dikatakan titik berat juga merupakan pusat massa di
dekat permukaan bumi, namun untuk tempat yang ketinggiannya tertentu di atas
bumi titik berat dan pusat massa harus dibedakan
TITIK
BERAT
Setiap
partikel dalam suatu benda memiliki berat. Berat seluruh benda adalah resultan
dari semua gaya gravitasi berarah vertikal ke bawah dari semua partikel ini.
Rersultan ini bekerja melalui suatu titik tunggal, yang disebut titik berat
(Pusat gravitasi)
Koordinat titik berat dapat dihitung dengan rumus sbb :
Koordinat titik berat dapat dihitung dengan rumus sbb :
Bila benda berada
pada medan gravitasi yang homogen, maka persamaan tersebut dapat ditulis
menjadi :
Untuk benda dalam satu dimensi rumus
diatas dapat ditulis menjadi :
Contoh Soal:
-
Sebuah ember berikut isinya
bermassa m = 20 kg dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol berbentuk
silinder pejal bermassa M = 10 kg. Ember mula-mula ditahan dalam kondisi
diam kemudian dilepaskan.
Jika jari-jari katrol 25 cm dan percepatan gravitasi bumi 10 m/s2 tentukan :
a) percepatan gerak turunnya benda m
b) percepatan sudut katrol
c) tegangan tali
Pembahasan
a) percepatan gerak turunnya benda m
Tinjau katrol :
(Persamaan 1)
Tinjau benda m :
(Persamaan 2)
Gabung 1 dan 2:
b) percepatan sudut katrol
c) tegangan tali
- Dua buah ember dihubungkan dengan
tali dan katrol berjari-jari 10 cm, ditahan dalam kondisi diam kemudian
dilepas seperti gambar berikut!
Jika massa m1 = 5 kg , m2 = 3 kg dan massa katrol M = 4 kg, tentukan :
a) percepatan gerak ember
b) tegangan tali pada ember 1
c) tegangan tali pada ember 2
Pembahasan
a) percepatan gerak ember
Tinjau katrol
Tinjau ember 1
( Persamaan 2 )
Tinjau ember 2
( Persamaan 3 )
Gabung 2 dan 3
( Persamaan 4 )
Gabung 1 dan 4
b) tegangan tali pada ember 1
Dari persamaan 2
c) tegangan tali pada ember 2
Dari persamaan 3
- Sebuah katrol silinder pejal
dengan massa M = 4 kg berjari-jari 20 cm dihubungkan dengan dua buah massa
m1 = 5 kg dan m2 = 3 kg dalam kondisi tertahan diam
kemudian dilepaskan.
Jika lantai dibawah m1 licin , tentukan percepatan gerak kedua massa!
- Pembahasan
Tinjau katrol M
( Persamaan 1 )
Tinjau m2
( Persamaan 2 )
Tinjau m1
( Persamaan 3 )
Gabung 2 dan 3
- ( Persamaan 4 )
- Sebuah silinder pejal bermassa 10
kg berada diatas permukaan yang kasar ditarik gaya F = 50 N seperti
diperlihatkan gambar berikut!
Tentukan percepatan gerak silinder jika jari-jarinya adalah 40 cm!
Pembahasan
Tinjau gaya-gaya pada silinder :
( Persamaan 1 )
( Persamaan 2 )
Gabung 1 dan 2
- Bola pejal bermassa 10 kg
mula-mula diam kemudian dilepaskan dari ujung sebuah bidang miring dan
mulai bergerak transalasi rotasi. Jari-jari bola adalah 1 meter, dan ketinggian
h = 28 m.
Tentukan kecepatan bola saat tiba di ujung bawah bidang miring!
Pembahasan
Hukum Kekekalan Energi Mekanik :
- Sebuah roda berputar dari kecepatan 10 rad/s menjadi 70 rad/s karena mendapat momen gaya tetap dalam waktu 3 sekon. Jika momen kelembaman roda 4 kg m2, tentukanlah besar momen gaya tersebut.
Jawab:
Diketahui: ωo = 10 rad/s
Diketahui: ωo = 10 rad/s
ω = 70 rad/s
I =
4 kg m2
t = 3 s
Ditanya: τ =......?
τ=Iα
τ=I.[(ω–ωo)/t]
τ=4.[(70rad/s–10rad/s)/3s]
τ = 80 Nm
τ=I.[(ω–ωo)/t]
τ=4.[(70rad/s–10rad/s)/3s]
τ = 80 Nm
7.Sebuah silinder
pejal berjari-jari 15 cm dan bermassa 2 kg dijadikan katrol untuk sebuah sumur,
seperti tampak pada gambar. Batang yang dijadikan poros memiliki permukaan
licin sempurna. Seutas tali yang massanya dapat diabaikan, digulung pada
silinder. Kemudian, sebuah ember bermassa 1 kg diikatkan pada ujung tali.
Tentukan percepatan ember saat jatuh ke dalam sumur.
Jawab
Diketahui: R = 15 cm, massa
katrol silinder M = 2 kg, dan massa ember m = 1 kg.
Rotasi pada katrol silinder:
Berdasarkan pesamaan momen gaya didapatkan
τ = Iα
RT = Ia/R
T = (I.a)/R2 …. (a)
Berdasarkan pesamaan momen gaya didapatkan
τ = Iα
RT = Ia/R
T = (I.a)/R2 …. (a)
Translasi pada ember:
Berdasarkan Hukum Newton didapatkan
Berdasarkan Hukum Newton didapatkan
ƩF
= m.a
mg – T = ma …. (b)
Dengan menggabungkan Persamaan
(a) dan Persamaan (b), diperoleh hubungan.
Selanjutnya,
substitusikan harga I = ½ M R2 pada Persamaan (c) sehingga
diperoleh
dengan m adalah massa ember dan M
adalah massa katrol silinder.
8.
Sebuah benda pejal bermassa M dan
berjari-jari R, memiliki momen inersia I = kMR2.
Benda tersebut menggelinding pada suatu bidang miring dengan sudut kemiringan,
seperti tampak pada gambar.
a. Berapakah percepatan yang dialami benda pejal tersebut?
b. Tentukanlah percepatan yang terjadi, jika benda itu berupa bola dengan momen inersia I =(2/5)MR2, atau silinder dengan I = ½ MR2.
a. Berapakah percepatan yang dialami benda pejal tersebut?
b. Tentukanlah percepatan yang terjadi, jika benda itu berupa bola dengan momen inersia I =(2/5)MR2, atau silinder dengan I = ½ MR2.
Jawab
Diketahui: I benda pejal = kMR2.
Diketahui: I benda pejal = kMR2.
a. Menurut Hukum
Kedua Newton pada gerak translasi, diperoleh hubungan
Mg
sin θ – f = Ma atau Ma
+ f = Mg sin θ …. (a)
Berdasarkan prinsip
rotasi terhadap pusat benda, berlaku hubungan
τ
= Iα → f R = kMR α→ f = kMa …. (b)
Substitusikan Persamaan
(b) ke dalam Persamaan (a), diperoleh
Ma
+ kMa = Mg sinθ ⇨ a = (g sinθ) / (k +1)
b. Untuk silinder dengan
k = ½ , diperoleh
a = (g sinθ) / ( ½ + 1) = (2/3) (g sinθ)
9. seorang anak dengan kedua lengan berada dalam pangkuan
sedang berputar pada suatu kursi putar dengan 1,00 putaran/s. Ketika ia
merentangkan kedua lengannya, ia diperlambat sampai 0,40 putaran/s. Tentukan
perbandingan:
a. momen inersia gabungan anak + kursi sebelum dan sesudah kedua lengannya direntangkan
b. energi kinetik sebelum dan sesudahnya
a. momen inersia gabungan anak + kursi sebelum dan sesudah kedua lengannya direntangkan
b. energi kinetik sebelum dan sesudahnya
jawab:
ω₁= 1 rps (sebelum merentangkan tangan)
ω₂= 0,4 rps (sesudah merentangkan tangan)
a). Gunakan Hukum Kekekalan momentum sudut
=> L₁= L₂
=>I₁ω₁= I₂ω₂
=>I₁(1) = I₂(0,4)
maka : I₁: I₂= 0,4 : 1
atau : I₁: I₂= 2 : 5
b). Rumus energi kinetik rotasi adalah : Ekr = ½ I ω²
Maka :
Ekr₁= ½ I₁ω₁² dan Ekr₂= ½ I₂ω₂²
Sehingga perbandingan :
Ekr₁: Ekr₂= (I₁/ I₂).(ω₁: ω₂)²
Ekr₁: Ekr₂= (2/5) . (5/2)² = 5/2
Ekr₁: Ekr₂= 5 : 2
ω₁= 1 rps (sebelum merentangkan tangan)
ω₂= 0,4 rps (sesudah merentangkan tangan)
a). Gunakan Hukum Kekekalan momentum sudut
=> L₁= L₂
=>I₁ω₁= I₂ω₂
=>I₁(1) = I₂(0,4)
maka : I₁: I₂= 0,4 : 1
atau : I₁: I₂= 2 : 5
b). Rumus energi kinetik rotasi adalah : Ekr = ½ I ω²
Maka :
Ekr₁= ½ I₁ω₁² dan Ekr₂= ½ I₂ω₂²
Sehingga perbandingan :
Ekr₁: Ekr₂= (I₁/ I₂).(ω₁: ω₂)²
Ekr₁: Ekr₂= (2/5) . (5/2)² = 5/2
Ekr₁: Ekr₂= 5 : 2
10. pada sistem keseimbangan benda tegar, AB adalah
batang homogen panjang 80 cm, beratnya 18 N, berat beban 30 N. BC adalah tali.
Berapa tegangan pada tali (dalam newton) jika jarak AC = 60 cm?
(gambar no. 2 ini berbentuk siku2, dengan siku2 di A, B sejajar horizontal dengan A, dan C sejajar vertikal dengan A. BC adalah sisi miring. pada B, tergantung beban)
(gambar no. 2 ini berbentuk siku2, dengan siku2 di A, B sejajar horizontal dengan A, dan C sejajar vertikal dengan A. BC adalah sisi miring. pada B, tergantung beban)
Jawab:
Langkah 1.
Gambarkan semua gaya-gaya pada tongkat AB, yaitu :
Wt = 80 N (berat tongkat - ke bawah) => letak ditengah AB
Wb = 30 N (berat beban di B -m kebawah) => letaknya di B
T = gaya tegangan tali (pada garis BC - arah dari B ke C)
Langkah 2.
● hitung sudut ABC (α) => tan α = AC/AB = 60/80 = 3/4
sehingga diperoleh : α = 37º
● buat garis tegak lurus, dari titik A ke BC
(garis ini kita beri nama d, dimana d tegak lurus BC)
=> d = AB sin α
=> d = 80 sin 37º = 48 cm
(d = jarak gaya tegang tali T ke titik A)
Langkah 3.
Ambil resultan momen di titik A (A sebagai poros).
Στ (di A) = 0
Στ (di A) = Wt.d1 + Wb.d2 - T.d = 0
======> 80.(40) + 30.(80) - T.(48) = 0
======> 3200 + 2400 = 48.T
======> 5600 = 48.T
======> T = 5600/48 = 116,67 N
Langkah 1.
Gambarkan semua gaya-gaya pada tongkat AB, yaitu :
Wt = 80 N (berat tongkat - ke bawah) => letak ditengah AB
Wb = 30 N (berat beban di B -m kebawah) => letaknya di B
T = gaya tegangan tali (pada garis BC - arah dari B ke C)
Langkah 2.
● hitung sudut ABC (α) => tan α = AC/AB = 60/80 = 3/4
sehingga diperoleh : α = 37º
● buat garis tegak lurus, dari titik A ke BC
(garis ini kita beri nama d, dimana d tegak lurus BC)
=> d = AB sin α
=> d = 80 sin 37º = 48 cm
(d = jarak gaya tegang tali T ke titik A)
Langkah 3.
Ambil resultan momen di titik A (A sebagai poros).
Στ (di A) = 0
Στ (di A) = Wt.d1 + Wb.d2 - T.d = 0
======> 80.(40) + 30.(80) - T.(48) = 0
======> 3200 + 2400 = 48.T
======> 5600 = 48.T
======> T = 5600/48 = 116,67 N
Catatan :
untuk mencari gaya tegangan tali (T) pada soal-soal sejenis di atas, kamu ga perlu menghitung : ΣFx = 0 dan ΣFy = 0 (syarat setimbang translasi), Tapi cukup dengan memperhitungkan syarat setimbang rotasinya saja, yaitu Στ = 0.
untuk mencari gaya tegangan tali (T) pada soal-soal sejenis di atas, kamu ga perlu menghitung : ΣFx = 0 dan ΣFy = 0 (syarat setimbang translasi), Tapi cukup dengan memperhitungkan syarat setimbang rotasinya saja, yaitu Στ = 0.
11. Dua silinder homogen disusun seporos dengan panjang dan
massanya masing-masing: l1 = 5 cm ; m1 = 6
kg ; l2 = 10 cm ; m2 = 4 kg.
Tentukan letak titik berat sistem silinder tersebut !
Jawab:
Kita ambil ujung kiri sebagai acuan, maka:
x1 = 0.5 . l1 = 2.5 cm
x2 = l2 + 0.5 . l1 = 5 + 5 = 10 cm
X = (å mi . xi)/(mi)
X = (m1.x1) + (m1.x1)/(m1 + m2)
X = (6 . 2.5 + 4 . 10)/(6 + 4)
X = (15 + 40)/(10) = 5.5 cm
Jadi titik beratnya terletak 5.5 cm di kanan ujung m
Tentukan letak titik berat sistem silinder tersebut !
Jawab:
Kita ambil ujung kiri sebagai acuan, maka:
x1 = 0.5 . l1 = 2.5 cm
x2 = l2 + 0.5 . l1 = 5 + 5 = 10 cm
X = (å mi . xi)/(mi)
X = (m1.x1) + (m1.x1)/(m1 + m2)
X = (6 . 2.5 + 4 . 10)/(6 + 4)
X = (15 + 40)/(10) = 5.5 cm
Jadi titik beratnya terletak 5.5 cm di kanan ujung m
KATA PENGANTAR.
Segala puji dan syukur yang
tiada terhingga selalu kami panjatkan kehadirat ALLAH.
S.W.T. hanya berkat rahmat
dan hidayangnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber akurat dan
terpecaya. Serta ranggkuman berbagai pemahaman yang Di miliki, sehingga menjadi karya yang sederhana
akan tapi menarik untuk di baca
Pembaca dapat dengan mudah memahami serta menambah
wawasan tentang dinamika rotasi.
Semoga makalah ini dapat mendampingi pembaca mencapai
sukses merai cita-cita. Namun makalah ini jauh dari sempurnah, karena itu kami
dengan senang hati akan menerima saran dan kritik dari pembaca.
Ambon, 15-02-2013
Penulis
No comments:
Post a Comment
jangan komen yang aneh-aneh